Jika kebanyakan orang akan bercerita tentang pengalaman masa muda nya yang penuh warna, maka tidak dengan cerita ku. Entah mantra apa yang dirapalkan oleh tuhan atau kesalahan apa yang telah ku perbuat di kehidupan masa lalu sehingga nasib ku begini -carut marut-. Belum lagi harus menanggung beban menjadi "Jomblo akut" atau "yang belum laku" ah sungguh sial nasib ku.
Tapi setidaknya ada dia, dia bias ku. Laki-laki yang seringkali kuteriakkan nama nya dalam doa dan laki-laki yang membuat kaki ku gemetaran padahal hanya dipandang lewat layar kaca.
"Thanea, maukah kamu menjadi kekasih ku" suara nya lantang, tidak dibuat-buat namun berhasil menggemakan seisi ruangan. Gelap dan sunyi, terasa dingin di dalam sini. Aku hanya menatapnya, tidak mampu berucap apa-apa, terbujur kaku dan mati rasa.
"Thanea, apakah ada yang salah? Kenapa kamu hanya terdiam"
Mulut ku tertutup rapat, lidah ku kelu. Aku meruntuk dalam hati, memaksakan untuk segera menjawab
"Maaauuuu"
"Iyaaa aku maauu, sungguh. Aku tidak menyangka akan menjadi kekasih mu, Jeon Jungkook"
Byuurrr... Ku rasakan bulir air membasahi muka ku, bahkan selimut dan kasur ku juga basah karena terguyur menyeluruh.
"Bangun, kerjaan kok hanya tidur. Sana cuci piring lalu cuci baju. Jangan lupa kandang moci juga dibersihkan" ibu berkacak pinggang lalu pergi meninggalkan ku.
Ah sungguh nasib upik abu, menyukai pria hanya bisa dalam mimpi.
Ku kecup kening Jungkook lewat layar handphone dan bergumam "semoga suatu saat kita bertemu"