Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kesempatan
MENU
About Us  

Pada dasarnya, manusia itu penakut. Seringkali menghindari situasi yang membuat dirinya merasa tidak nyaman. Pada dasarnya, manusia itu selalu menginginkan kebahagiaan atas dirinya sendiri. Dan seringkali melupakan kebahagiaan orang lain.

Hal itu sudah seringkali dipikirkannya. Lebih-lebih sekarang. Duduk sendirian di stasiun tua memberinya waktu berpikir dengan lebih leluasa. Helaian rambutnya melambai-lambai di depan wajah. Ditiup angin. Duduk terpekur di samping koper, gadis itu kembali memikirkan jawaban yang akan diberikannya.

“Aku tidak meminta jawabanmu sekarang.” Begitu katanya. Tapi dibaliknya, pasti oang itu mengharapkan jawaban.

Beberapa orang, di situasi seperti ini, akan memberikan jawaban yang beragam. Ada yang menjawab iya, atau tidak tanpa tendang aling-aling. Ada pula yang mencoba mengulur waktu, berkata “beri aku waktu...”

Gadis itu masih merenung. Merasakan angin sejuk khas daerah ini.

Mungkin dia harus memberi kesempatan? Meniru jawaban yang sering kali digunakan oleh orang-orang untuk menghindari rasa sakit itu.

Suara deru kereta terdengar mendekat. Diiringi siulannya yang keras memekakkan telinga. Beberapa orang turun dari kereta. Kereta masih berhenti untuk sementara. Menunggu jadwal keberangkatan selanjutnya.

Gadis itu bangkit. Menarik koper di atas ubin yang sela-selanya ditumbuhi rumput liar. Berdiri di depan pintu gerbong kereta yang terbuka. Kakinya terhenti. Tidak melangkah masuk. Bahkan saat petugas menyorakinya, dan kereta kembali melaju mengikuti jadwal, dia masih berdiri di sana.

Apakah itu hal yang benar? Menerima perasaan orang lain sedangkan diri sendiri sesungguhnya tidak menginginkan hal itu? Apakah itu benar? Mencoba melindungi diri sendiri dari rasa bersalah dan mencoba melindungi orang lain agar tidak terluka?

Dia menghela napas panjang.

Sekarang kalimat “aku akan mencoba memberinya kesempatan” terdengar menyakitkan. Apalah gunanya memberi kesempatan namun hati sendiri belum siap menerima. Pada akhirnya kalimat itu hanya akan menuntun pada akhir yang jauh lebih menyedihkan dari pada kata maaf atau tidak yang diucapkan dengan tegas.

Sekarang kata-kata kesempatan itu malah terdengar seperti belas kasihan. Apa mungkin dia hanya merasa kasihan pada orang itu? Tapi betulkah ini bisa menjadi alasan untuk menjalin hubungan bersama seseorang?

Salah. Alasan itu sungguh salah. Alasan seseungguhnya untuk menjalin hubungan dengan seseorang adalah karena diri sendiri memang ingin bersamanya.

Ingin memberikannya kesempatan adalah omong kosong. Karena kesempatan itu selalu ada. Dikatakan atau tidak, itu akan tetap ada. Karena Tuhan selalu memberi kesempatan pada siapa pun. Gadis itu merasa situasinya mirip seperti saat menunggu kereta tadi.

Kereta selalu punya kesempatan untuk mendapat penumpang. Begitu pula pria-pria itu, mereka akan selalu punya kesempatan untuk memilih siapa yang ingin dijadikannya tambatan hati. Selalu punya kesempatan untuk berhenti. Begitu pula dirinya yang selalu memiliki kesempatan untuk memilih. Naik atau tetap tinggal. Ya atau tidak.

Tak ada alasan untuk naik kereta jika kau sendiri tidak ingin naik atau tidak ingin pergi ke suatu tempat dengan kereta itu. Hal aneh dengan mengatakan ingin memberikan kesempatan bagi kereta untuk membawanya pergi. Malah kalau memaksa naik mungkin akan berakhir tersesat. Begitu pula tidak ada alasan untuk menerima seseorang hanya atas dasar belas kasihan atau mencoba memberi kesempatan.

Gadis itu kembali melangkah, menarik kopernya kembali ke pinggiran stasiun. Dia akan menunggu keretanya sekali lagi. Kereta yang benar-benar ingin dinaikinya.

~Fin~

Tags: FFWC2

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Asa Menggenggam Kata
587      320     2     
Short Story
Kalbuku tersayat, mengenang kesalahan yang tak dapat kuperbaiki. Hatiku bimbang, kemana kaki harus melangkah?
Perayaan Patah Hati
505      344     2     
Short Story
Satu, dua, hingga 730. Aku terus menghitung hari yang terlewati setelah kaupatahkan hati. Di bawah langit sore ini, bibirku memulas senyuman. Bukankah luka yang menemani manusia mendewasa?
Bukan Untukku
340      235     2     
Short Story
Tak selamanya orang yang kita cintai adalah takdir.
Rindu
401      293     2     
Romance
Ketika rindu mengetuk hatimu, tapi yang dirindukan membuat bingung dirimu.
Pupus
430      289     1     
Short Story
Jika saja bisa, aku tak akan meletakkan hati padamu. Yang pada akhirnya, memupus semua harapku.
Ngaku Gak, Ya?
1536      721     18     
Short Story
Ketika gosip antara Siera dengan Jono semakin mencuat, haruskhah dia mengaku pada Ardi bahwa semua itu hanyalah karena ada rahasia antara mereka?
Semut di Ujung Pulau
495      301     2     
Short Story
Bagai semut di ujung pulau, itulah aku di matamu.
The Last Station
395      262     0     
Short Story
Yah, pulang. Meski aku bukan pelabuhan ataupun rumah. Setidaknya aku adalah stasiun terakhir yang membawamu pulang.
Sad Symphony
374      271     0     
Short Story
Aku ingin kamu ada dalam simfoni hidupku. Tapi kamu enggan. Aku bisa apa?
desire and waiting
362      243     2     
Short Story
Semilir angin menerpa wajah dan helaian rambutku ,,, Ku ukir senyuman yang amat sangat indah dan tulus,, Sambil membawa kotak berwarnag merah dan di hiasi pita berwarna merah muda,,,