Galau ? Kata itu bukan untuk melambangkan sebuah perasaan sedang patah hati saja, banyak sekali kegalauan yang ada pada remaja seperti kita. Remaja yang sedang menuju sebuah proses kedewasaan ini juga mengalami fase yang dinamakan galau. Hanya saja untuk setiap orang, galau itu berbeda makna.
“Melamun aja nih, Ra… Ada apa ? Sini cerita sama bunda.”
“Fara lagi galau bun !” Celetuk Azka, kakak laki-laki dari Fara.
“Apa sih kak ! Ganggu aja !”
Fara melemparkan bantal sofa yang sedang dipeluk nya, sedangkan Azka hanya menjulurkan lidah nya. Senang rasa nya menganggu adik perempuan satu-satu nya tersebut.
“Siapa nih laki-laki yang buat Fara galau ? Biar Ayah marahin, berani-berani nya bikin anak gadis Ayah galau.”
“Apa sih, yah… Nggak perlu didengar ucapan Kak Azka.”
“Terus kamu kenapa ?” Tanya Bunda Fara seraya mengelus puncak kepala anak nya.
“Fara nggak lulus sbmptn bun, jadi Fara galau.” Celetuk Azka.
“Kan masih ada jalur lain nya, kamu masih bisa mencoba.” Celetuk Ayah.
Fara hanya mengigit bibir dalam nya, menahan sesuatu yang sangat ingin dia ucapkan.
“Udah lah dek, bilang aja sih sama ayah.”
Fara melotot menatap kakak laki-laki nya tersebut, Azka hanya terkekeh pelan dan duduk di samping Fara.
“Kenapa sih ini ? Ada yang kalian sembunyikan ya ?” Tanya Ayah.
Fara dan Azka saling berhadapan, seperti saling memberi sinyal. Dengan malas Azka memutar mata nya malas dan mengeluarkan suara nya.
“Fara itu nggak mau jadi dokter yah. Lagian, dia juga pas SMA ambil jurusan Bahasa. Karena dia nggak suka pelajaran yang ada di IPA, tapi karena aku yang kuliah dikedokteran dan ayah juga seorang dokter. Fara jadi nggak mau mengecewakan ayah, karena ayah pasti bangga kalau Fara juga masuk kedokteran.” Jelas Azka.
“Kakak…” Ucap Fara pelan.
“Kakak masuk kedokteran bukan karena ayah kita adalah seorang dokter. Kakak memang sangat tertarik dengan dunia kedokteran, walaupun lelah. Tapi karena ini adalah pilihan kakak sendiri, jadi semua yang kakak jalani terasa menyenangkan. Begitu juga kamu, ini pilihan hidup kamu.” Jelas Azka.
Perlahan, ayah memegang pundak Fara dan tersenyum menatap anak gadis kesayangan nya tersebut.
“Ayah tidak akan memaksa kamu, jika itu berat untuk kamu.
Jangan memaksakan sesuatu yang bukan keinginan kamu. Karena akan percuma, percuma kamu menjalani nya disaat kamu tidak pernah menyukai hal tersebut.” Jelas Ayah.
“Ayah nggak marah ?” Tanya Fara.
“Buat apa marah ? Ayah tidak ingin menjadi orang tua yang memaksakan anak nya untuk pencitraan. Kenapa ayah harus melampiaskan semua nya ke anak hanya karena ayah ingin dipandang sebagai ayah yang hebat dimata orang lain maupun dunia ?”
Mata Fara mulai berkaca-kaca , rasa galau nya pun berubah menjadi perasaan haru karena orang tua nya memahami kondisi nya.
“Jangan galau lagi ya, nggak baik untuk kesehatan. Lagian sudah ada kakak kamu yang ayah jadikan tumbal untuk kesuksesan ayah.”
“Ayah kok gitu sih sama Azka, pilih kasih nih…” Protes Azka.
Gelak tawa menghiasi keluarga ini, saling bercanda dan meluangkan waktu bercerita agar saling terbuka satu sama lain.
[SELESAI]