Pebruari ku basah sebasah Surabaya bulan ini. Hujan tiada henti setiap hari, layaknya pipi yang basah setiap mengingat kamu.
Pergimu membawa hangatku. Layaknya September yang telah pergi bersama dengan hangatnya matahari.
Harapku pun mati bersama guyuran hujan. Tidak lagi mekar seperti waktu itu. Waktu hangat yang telah kamu beri di bulan September. Pebruariku dingin sedingin sikapmu.
Entah apa yang salah, yang jelas aku yang salah. Aku yang terlalu aku dan melupakan kamu. Aku yang hanya peduli pada rasaku hingga melupakan rasamu.
Nyaman, itu yang dia berikan sampai dia memenangkan kamu. Sementara aku hanya menawarkan cara mencintaimu dengan hebat tanpa memberikan rasa nyaman. Kebodohanku yang membawa hujan dan dingin ini di Pebruariku.
Sekarang, biarkan semuanya seperti ini. Biarkan Pebruariku basah dan dingin karena aku akan memaksa diriku bahagia melihat Pebruarimu hangat bersama dia. Berpura-pura bahagia melihat kamu dan dia bahagia.
Bukan aku tidak mencintai dengan tulus lalu marah melihat kamu bahagia bersama dia. Aku hanya iri dan cemburu padanya yang mendapatkan kamu dengan mudah. Sementara aku melalui banyak pemikiran di Agustus, melalui banyak rasa di September, melalui banyak asa di Oktober, menghadapi rasa sakit di November, mengenyahkan menyerah di Desember, menahan rasa lelah di Januari, dan di Pebruari semuanya lenyap tak bermakna. Dia bersama kamu dengan mudahnya, sementara aku yang telah bermandi luka dan rasa ini tak dapat apa-apa selain kenangan dan rasa sakit.
Sekarang, aku akan menikmati Pebruari yang basah dan dingin ini bersama luka yang telah kamu persembahkan karena kebodohanku.
Aku bahagia melihat kamu bahagia bersamanya, meski ada sejuta sembilu dalam bahagiaku karena bahagiamu bukan aku.
Meski ada sejuta luka karena kamu menghapus semua tentangku. Kamu pura-pura tidak mengenal siapa aku ketika aku berada di sekitarmu. Tak apa, aku sadar bagaimana posisiku dalam hidupmu. Aku hanya pengacau di kehidupan indahmu.
Yang ingin aku katakan hanya terima kasih dan maaf.
Terima kasih telah membuat September-ku hangat dan bermakna meski singkat. Terima kasih telah membuat Pebruariku basah dan sedingin ini, setidaknya kamu mengajarkanku arti bersabar dan bertahan meski tak ditahan.
Maaf karena telah mencintaimu dengan hebat sampai lupa memberimu rasa nyaman. Maaf karena telah hadir dalam hidupmu dan mengacaukan segalanya.
Aku akan pergi dan bersembunyi untuk melihat kamu dari jauh. Untuk mencintaimu dalam kesendirian dan dinginnya sikapmu.
Terakhir, aku mencintaimu bagaimana pun keadaan akan berubah. Aku tetap mencintaimu bagaimana pun luka mencabikku. Aku tetap mencintaimu meski Pebruariku sebasah dan sedingin ini, karena ada setitik asa yang masih tertinggal dalam aku yang hancur. Asa yang percaya bahwa suatu saat nanti hangat kembali menyapa bulan-bulanku.
Karena aku ingin percaya bahwa suatu saat kamu akan membawa kembali kehangatan yang kamu bawa pergi.
Aku mencintaimu dengan segenap-genapnya hatiku :)
Teruntuk kamu, seseorang yang aku cintai yang kini tengah bahagia bersama yang bukan aku :)
Sedih namun juga membuatku berpikir...
Cara menulismu serupa denganku dan aku suka ego itu 😊