Mobil hitam.
Mewah.
Mengkilap.
Mahal.
Kaca mata hitam.
Setelan pakaian hitam putih.
Rambut hitam rapih.
Tegap.
Gagah.
Semua orang melihat kagum. Tapi aku melihatnya benci.
Tak ingin larut memandinginya, aku membaur dengan yang lain. Mencoba menghilangkan diriku dalam massa.
Hingga sesuatu menahanku. Bukan berupa panggilan. Bukan merupakan genggaman. Tapi berbentuk kehangatan.
Kehangatan yang belum pernah aku rasakan. Dan aku benci harus menikmati kehangatan ini. Aku tidak senang. Dan aku harus memastikan jika ini adalah kehangatannya yang pertama dan terakhir menyetujui.
"Aku merindukanmu."
Aku diam, tidak ingin mengatakan lebih banyak.
"Aku ingin kita kembali," Terusnya.
Aku tidak ingin membahas apapun lagi dengan dia. Aku tidak ingin banyak hal lagi tentang dia.
Tapi aku sudah menceritakan lebih dari seratus kata tentangnya. Tentang dirinya yang tak seharusnya datang kembali setelah sebuah fakta menyakitkan tentangnya harus aku terima. Dan lebih menyakitkan lagi, dia terlihat bangga akan apa yang menyakitiku.
Aku menepuk pelan salah satu punggung tangannya yang berada di pundakku, memberi isyarat untuknya agar melepaskan pelukannya. Tapi aku merasakan pelukan itu malah semakin erat.
"Kembali," Ujarnya lirih sambil menenggelamkan wajahnya pada leherku. Dari hembusan napasnya aku tahu, jika dia berkata dengan sungguh.
Aku mengangkat pandanganku dan mendapati semua orang melihat ke arah kami. Aku mengepalkan kedua tanganku.
Ini tidak boleh dilanjutkan. Semuanya sudah menjadi cukup keterlaluan.
Aku melepaskan kedua melepaskan dengan memaksa. Melangkah sedikit menjauh darinya dan berhenti saat aku mendengar derap langkahnya yang harus dihindari.
"Semuanya telah berakhir," Ujarku tanpa membalikkan badan dan mengubah langkah tanpa ada lagi yang melepaskan.
Aku menghela nafas pelan, tenang saja aku kembali luluh. Tubuhku sudah sangat lemas saat memelukku dan berkata dengan penuh penyesalan. Belum lagi debaran jantungku yang selalu lebih keras saat bersamanya dulu masih terasa saat memelukku tadi.
Ingin aku kembali, teramat ingin. Tapi semuanya akan semakin salah.
Aku hanya berharap semoga saja dia tidak datang kembali seperti tadi, karena mungkin pada saat itu hatiku akan luluh.
~
Oleh Luthfita AS