Kupandangi senja ini, angin berembus memanggil nelayan pulang kandang. Pohon menari selaras angin berhembus. Hantaman ombak dan aroma air laut yang menabrak karang membuat teater alam ini begitu indah.
Jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk duniawi. Kupetik senar gitarku, dan kumasukan beberapa kord, kumainkan lagu- lagu sendu. Mungkin inilah salah satu cara menikmati dan mensyukuri hidup yang singkat.
Sesaat aku mendengar tipis suara merdu yang terbungkus deburan ombak. Suaranya membuat aku gemetar, entah apa yang sedang ia nyanyikan tapi ini begitu menyayat hati.
Kurasakan sejumlah emosi yang tertuang dari lagu yang ia nyanyikan bahagia, sedih, kesepian, marah, kecewa. Semua bercampur menjadi satu menjadi sebuah jiwa. “lagu ini seakan memiliki nyawanya sendiri” pikir ku.
Suara merdu yang membuatku seakan memberontak dari posisi nyamanku, dan menuntuku untuk menemui sumber suara tersebut. Yang kutahu ini pastilah suara dari seorang wanita.
Benar saja, suara merdu ini adalah suara seorang wanita. Yang sedang duduk di jembatan kayu yang ujungnya mengarah ke laut, tempat nelayan berlabuh. Kulihat rambut panjang terurai yang di lindungi topi jerami yang ia kenakan, dan maxi dress berwarna hitam.
“Haruum” cakap ku pelan menghirup aroma parfume yang ia pakai. Dia tampaknya tidak menyadari kehadiranku, atau hanya berpura- pura tidak sadar.
Dia mulai meyanyikan lagu berikutnya, kali ini ia menyanyikan lagu yang kukenal. Lagu yang sudah berulang kali kudengarkan dan kunyanyikan bersama Kezia dulu. Tanpa sadar aku mulai menyanyikanya pelan, berusaha agar ia tak mendengarku.
“How deep is your love ? I really need to learn” lirik dan suara nya yang lembut membuat suasana senja semakin romantis.
Entah mengapa suara ku yang tadinya pelan perlahan kian membesar “Cause we are living in a world of fools, breaking us down” tanpa sadar aku melanjutkan alunan lagu yang ia nyanyikan.
Kini dia merasakan kehadiranku. Wajah cantiknya menoleh dan melempar senyum manis padaku lalu kembali bernyanyi. Aku yang saat itu membawa gitar terbawa suasana dan mulai mengiringinya bernyanyi. Sesekali kami saling mencuri pandang dan berbalas senyum.
Tanpa kusadari bahwa kami sudah berada pada penghujung lagu.
“...How deep is your love I really mean to learn 'Cause we're living in a world of fools Breaking us down...” Mata kami yang saling bertatapan , dan suara kami yang menjadi satu, menandakan bahwa ini lah akhirnya. “...when they all should let us be We belong to you and me.” Lagu pun berakhir dengan ditutup oleh petikan gitarku.
Wanita itu beranjak dari duduknya dan mendekat kearahku.
“Permainan gitar kamu bagus” ucapnya
“Terimakasih, suara kamu juga bagus” sahutku saat itu hatiku begitu berdebar
“Namaku Siren ..” sambil menjulurkan tanganya
Aku menjulurkan tanganku juga untuk membalas salam perkenalanya “Namaku De ..”
Dia mengakhiri salamnya dan pergi sebelum aku memperkenalkan diriku
“Sekarang belum waktunya, nanti kalau kita bertemu lagi, aku akan menanyakan namamu” katanya, menghentikan langkah dan membalikan badanya.
“Kapan ?”
“Nanti, kalau kita berjodoh. Kita pasti bertemu lagi.” Sambil melempar senyumnya ia melanjutkan langkahnya dan pergi tepat di saat mata hari terbenam.
Siren, namanya mengingatkanku pada sebuah makhluk mitologi bersuara merdu yang mampu meluluhkan hati. Dan hatiku sekarang luluh olehnya.
@rara_el_hasan makasih koreksinya