Read More >>"> Kata Tanpa Nyawa
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kata Tanpa Nyawa
MENU
About Us  

Aroma tanah yang dikecup hujan menguar, bercampur dengan bau masakan pedagang yang berderet di pinggir jalan. Payung mulai bermekaran dan kedai-kedai mulai dipepati pelanggan yang berteduh sembari makan. Raditya menatap ke atas sekilas, mungkin berharap ada kanopi untuk berlindung dari langit yang menggelap. “Kita akan basah.”

“Ya, dan kita akan tidak ke mana pun!” tegasku mencekal pergelangan tangannya.  

“Aku harus pergi,” bisiknya pelan di atara sendawa hujan. Udara mendingin, begitu juga sesuatu yang selama ini cair dalam kehangatan di antara kami, kini membeku dan tajam.

“Kenapa ... kenapa harus pergi sekarang?” Napasku tertahan sejenak, setengah mati takut terisak. “Kamu harus pamit dengan sopan pada perempuan yang baru saja dibuang ... olehmu.”

Pandangan getir kami saling mengunci. Siluet Raditya nampak bersinar kala lampu-lampu kedai menyala dan berpendar jingga di belakang punggungnya. Air menetes dari tepi rambutnya yang basah, mengalir hingga tepi bibir. Dia seka dengan kasar. “Aku harus pergi, Aira!”

“Aku hanya bertanya ‘kenapa’!”

Napas kami sama-sama tersengal setelah masing-masing mengeluarkan nada tinggi. Raditya menggeleng, entah menahan pedih sepertiku atau jengah. “Aku tidak bisa melihat kamu menangis!”

Aku memejamkan mata, mengingat seberapa banyak kebohongan lucu yang dibuatnya pada masa lalu. Semua selalu punya celah untuk dimaafkan kecuali satu ini. “Bukan. Kamu bukan tidak ingin melihat aku menangis, Dit. Kamu tidak mau merasa bersalah atas apa yang kamu perbuat sampai membuatku menangis! Untuk sebatas menanggung rasa bersalah pun kamu tidak mau!”

“Cinta bukan sesuatu yang bisa aku kendalikan, Aira! Ini takdirku!” Dia menghentak cengkeraman tanganku hingga terlepas, sekaligus menepisku dari hidupnya. “Mencintai dia diluar kehendakku, sebagaimana aku mencintaimu dulu!”

“Dulu?” aku mengulang pelan.

“Ya, sekarang tidak lagi. Maaf.”

Kalimatnya jatuh menghantam relung dada dengan suara terlalu keras dan gaung terlalu panjang. Entah sampai kapan suaranya akan tergiang. Aku terhuyung, meraih tepi lengan kemejanya, menunduk dalam dengan isak yang menguasai bibir. “Lalu kamu mau aku bagaimana? Melepaskan kamu untuk dia dan menerima semua yang terjadi atas nama takdir?”

Ketegangan memberangus mulutnya untuk tidak mengucapkan apa pun kecuali menatap aspal. “Kalau cinta ada di dalam kehendakku, aku tidak akan memilih kamu, Radit ... tapi tidak bisa! Kamu juga harus paham itu setelah berani-beraninya bawa nama takdir di tengah perpisahan kita!”

“Aira ... maaf, aku membuatmu membuang waktu dengan pria yang salah.”

“Lalu aku harus salahkan siapa jika jatuh cinta pada pria salah sepertimu? Takdir itu milik Tuhan, berani kamu salahkan Tuhan?”

“Aku memang pria yang salah, tapi kamu ... jatuh cinta padaku, adalah takdir yang benar. Aku di sini hanya hadir untuk membuat kamu belajar menerima.” Dia mencoba menjelaskan pada seseorang yang nyaris hilang akal? Aku kecewa!

“Kalau begitu ajari aku menerima.”

“Aira ....”

“Kamu harus bertanggung jawab atas kata-katamu!”

“Aira!”

“Kamu cuma pria kekanakan yang pura-pura dewasa pakai kalimat bijak, Raditya.” Aku melepaskan genggaman, memandang wajahnya yang diburamkan hujan dan air mata. Dengan langkah bertolak, warasku hancur, pergi dari kemungkinan untuk dipedulikan. Ada kesedihan yang butuh ratapan. Aku harus pergi ke bawah selimut cepat-cepat, membunuh perasaan yang masih ingin hidup itu untuk mati berkali-kali, setiap hari. Atas nama takdir?

Tags: FFWC2

How do you feel about this chapter?

0 0 0 1 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tidak Ada Senja Untuk Hari Ini
191      161     1     
Short Story
Senja memberi nyawa dan imajinasi bagi Ferdian. Tidak ada hari yang terlewati tanpa menatap senja. Dan, Jika aku punya pacar, dia juga harus suka dengan senja, katanya. Apakah cita-citanya akan tercapai?
Heartache
283      230     1     
Short Story
Aku salah, Aku sudah kecewakanmu... Tapi percayalah, semua hanya kesalah pahaman saja.
Bukan Romeo Dan Juliet
344      250     2     
Short Story
Kita bukan Romeo dan Juliet yang rela mati hanya demi cinta. sebab hidup dan mati itu kehendak Allaah.
Kamu, Laut, dan Mencoba untuk Melupakannya
400      261     8     
Short Story
Tentang kamu yang sedang galau karena dia.
He or Them?
588      334     4     
Short Story
Shouta terlihat pintar, tampan dan baik hati ... tapi, Amane merasa sangat sulit menaklukkannya. Sedangkan pria-pria yang tak diinginkan Amane berjejer di depan kelas membawa spanduk bertuliskan berbagai pernyataan cinta para pria itu untuknya. Mana yang akan dipilih Amane?
Tak lekang oleh waktu
210      180     0     
Short Story
Thanea menyukai seorang pria yang selalu datang lewat mimpi nya dan pada suatu ketika dia bertemu secara tidak langsung, hanya lewat layar kaca.Namun apalah daya jika dia hanya seorang upik abu dan sang ibu yang sangat galak selalu mengomelinya. Namun dia tak putus asa, malah semakin sering berimajinasi untuk mendapatkannya
Curhatan Jomblo IT
553      293     2     
Short Story
Jika saja di dunia ini tersedia software hati. Pasti akan aku install ulang hati ini.
P O T E K
409      265     1     
Short Story
Aku memang menyukainya, tapi bukan berarti aku rela menyakiti hatiku sendiri.
HILANG
473      275     3     
Short Story
Ia mulai putus asa dengan hatinya sendiri. Mengingkari janjinya dengan membuka kotak itu, kotak yang berisikan buku diary, membaca kembali bait demi bait yang ditulis, ingtannya kembali memutar memori yang selama ini ingin dilupakan.
Kesempatan
278      173     0     
Short Story
Pada dasarnya, manusia itu penakut. Seringkali menghindari situasi yang membuat dirinya merasa tidak nyaman. Pada dasarnya, manusia itu selalu menginginkan kebahagiaan atas dirinya sendiri. Dan seringkali melupakan kebahagiaan orang lain.