Dear, readers! Aku lagi sedih, nih. Aku mau cerita. Boleh kan, ya?
Pertama-tama, aku mau kenalkan diriku dulu. Namaku Raina. Aku sekolah di salah satu sekolah menengah kejuruan yang ada di Kota Bogor. Aku kelas 11.
Aku dikenal sebagai seorang pendiam. Padahal sih? Aku bawel. Tapi, semua berubah.
Semua berubah semenjak Aldi meninggalkanku ke Jakarta. Ia adalah pria yang aku cintai. Tetapi, kini aku tidak tahu ia di mana dan harus ke mana aku mencarinya. Aku juga tidak tahu kapankah ia akan kembali dan akankah ia menepati janjinya untuk kembali? Karena, bagiku, ia telah bahagia dengan Tasya, musuhku.
Aku jatuh cinta kepada Aldi saat pandangan pertama. Aldi, kakak audit yang ditugaskan untuk bekerja di Bogor selama 2 minggu, ditugaskan untuk bekerja satu ruangan denganku. Awalnya, kami saling diam. Aku memutuskan untuk diam, karena aku ingin terlihat dingin di depannya.
Namun, semua berubah di hari ketujuh. Keheningan itu pecah. Aku mulai memberanikan diri untuk bicara. Kami saling berbicara, meskipun hanya bicara mengenai hal penting saja.
Dan, semua berubah drastis saat kami stok opname. Kami saling berbicara, tertawa, bercanda. Sungguh bahagianya hari itu! Sampai-sampai aku tidak menyangka bahwa, stok opname dapat merubah segalanya dan dapat memecahkan keheningan kami.
Pada hari itu juga, Aldi menembakku sebagai pacarnya di depan semuanya. Aku tidak menyangka bahwa, selama ini Aldi mencintaiku dan cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Tetapi, kebahagiaan itu tidak terjadi lama. Karena, siangnya ia berfoto mesra dengan Tasya di depanku.
Aku cemburu. Aku marah. Namun, marahku hanya dalam hati dan aku tidak mengeluarkan kata-kata apa pun kepadanya. Aldi mengetahui marahku dan ia langsung mengejarku untuk mengajakku berfoto.
Dan aku memilih menolak, karena hatiku sudah sungguh kecewa. Itulah hal yang aku sesali hingga kini, karena aku tidak memiliki foto momen kebahagiaan kami. Dan, kini? Ia telah pergi dan tidak tahu di mana.
Tasya menangis di depan semuanya. Ia berkata kepada semua orangnya bahwa, aku yang merebut Aldi dari Tasya. Padahal, siapa yang merebut? Dia yang merebut, mengapa ia malah memutarbalikkan fakta?
Tasya juga melaporkan kepada guruku di belakangku. Guruku berkata, “Rebut saja, Sya, dari Raina! Dia lebih pantas denganmu daripada sama Raina.” “Oh begitu, Bu!” Tegurku dengan halus.
“Iya. Tasya lebih pantas dari kamu. Ingat, Raina! Kamu tidak pantas sama dia.
Tasya lebih terbuka darimu. Dia itu orang Jakarta. Pasti mau sama yang terbuka-buka bukan sama yang tertutup sepertimu,” ejeknya. Hatiku sakit sekali.
Aku merasa sangat sedih. Aku ingin menangis. Namun, air mataku tidak bisa menetes. Aku hanya bisa menunduk sedih dan berkata “Iya, saya tahu, ibu sudah bahagia dengan suami ibu sekarang. Semoga ibu cerai dengan suami ibu karena direbut orang. Lalu, punya suami yang lebih buruk dari suami ibu sekarang, dan memoroti kekayaan ibu agar ibu tahu bagaimana rasanya menjadi saya.”