CINTA tidak untuk dijalani dengan cara saling menyakiti. Tetapi yang lazim terjadi, ia tumbuh melalui sesuatu yang terkadang sulit dipahami oleh hati. Seperti yang kami alami.
Bertahun-tahun, kami hanya memiliki kesempatan berbincang di atas jam sebelas malam, terbiasa melewatkan akhir pekan tanpa berkencan, dan selalu melangsungkan temu tanpa bisa sekadar berpegangan tangan.
Kami bukan dua insan yang gemar keluar masuk penginapan, bukan pula golongan yang bebas memamerkan kemesraan di hadapan orang-orang. Sebetulnya, aku dan dia sama-sama sadar bahwa hubungan kami dibebani banyak batasan juga kekhawatiran--konyolnya, hingga saat ini kami tak lelah mencari celah agar tetap sanggup untuk bertahan.
Tempat yang agaknya dirasa masih cukup aman untuk menyembunyikan kami hanyalah ruang gelap sekaligus kedap suara semacam teater serta studio karaoke. Walau nyatanya, kebersamaan kami di dua titik itu masih saja sembari digerayangi perasaan was-was beriring pikiran yang tidak tenang.
Biasanya, dia yang akan memesan tempat dan bergegas masuk lebih dulu baru aku menyusul, atau sebaliknya--serupa yang kulakukan malam ini.
“Kemarilah, aku menunggu di 509.”
Di ujung telepon, lama dia terdiam. Hingga selang beberapa kedipan, selafal maaf terdengar.
“Kekasihku tiba-tiba datang dan aku tak bisa beralasan untuk bepergian.”
Sewaktu dia bertutur, lagu milik Little Mix feat. Jason Derulo sedang mengalun ....
Why can’t you hold me in the street?
Why can’t I kiss you on the dance floor?
I wish that it could be like that
Why can’t we be like that? Cause I’m yours
And nobody knows I’m in love with someone’s baby
I don’t wanna hide us away
Tell the world about the love we making
I’m living for that day, someday
Tanpa sadar, kontan aku mempertanyakan kewarasan diri sendiri: Adakah tindakan bodoh yang lebih menyakitkan dari telanjur saling sayang pada seseorang, padahal tahu dirinya telah berpasangan?
*Judul diambil dari lagu milik Little Mix feat. Jason Derulo