Loading...
Logo TinLit
Read Story - Tell to The Wind
MENU
About Us  

"Hai, Will. Sudah lama?" aku duduk di kursi kosong di hadapan William.

"Oh, hai, Nana. Barusan. Tumben mengajak ketemu di sini. Bagaimana kuliah hari ini?"

"Ya, lancar. Aku sedang tidak ingin pulang cepat, lagipula di rumah ramai."

Aku bangkit, memesan satu porsi churros dan greentea latte kepada pelayan. Dan kembali dengan membawa pesanan itu. William tidak memesan apa pun, dia tidak bisa makan. Aku memasang earphone, agar orang-orang tidak menganggapku aneh bicara sendiri.

"Jadi, ada apa? Kau mengajakku ke sini bukan hanya untuk menemanimu minum, kan?"

"Hahaha ... tidak ada apa-apa. Hanya .... Will, kau pernah patah hati?"

"Ya, dua kali, sewaktu masih hidup. Kau juga tahu."

"Hehehe~"

"Kau bisa cerita apa pun padaku, kapan saja."

"Iya, aku tahu," aku terdiam sejenak. "Will, sepertinya aku mendapat karma."

"Maksudmu?"

"Kau ingat dulu aku pernah tak mengacuhkan laki-laki yang sedang dekat denganku? Saat itu kedekatan kami bubar karena tiba-tiba aku tidak tertarik lagi padanya. Aku mengabaikannya, membalas pesannya dengan singkat tanpa perhatian lagi. Lalu, sepertinya sekarang aku yang berada di posisinya. Dulu aku yang meninggalkannya lebih dulu, sekarang aku yang ditinggalkan lebih dulu. Will, apa aku mendapat karma?"

Sahabatku yang kukenal lima tahun lalu itu menatapku sejenak, yang kubalas dengan sorot melankolis. "Bisa jadi. Tapi, aku tidak akan berkomentar dulu. Lalu?"

"Lalu sekarang kami tidak lagi saling menyapa hangat seperti dulu! Tidak ada lagi, "Selamat pagi, gimana kabar? Apa agenda hari ini?", atau, "Selamat malam, selamat istirahat." Kami tiba-tiba menjadi orang asing yang pernah dekat. Bukankah itu lucu? Aku―astaga! Kenapa lagu macam itu diputar di saat begini!"

"Mungkin pemilik kafe juga sedang sepertimu. Abaikan saja. Lalu bagaimana?"

Aku mendesah kesal karena lagu yang terdengar amat menyedihkan itu. "Aku bingung, serba salah. Aku tidak ingin pergi, tapi sepertinya dia ingin aku pergi. Aku bertanya-tanya masih adakah aku di hatinya?" aku nyaris meneteskan air mata ketika lagu itu mencapai reff.

"Hei, sudah, jangan menangis. Kau tahu, dengan karma hidup bisa menjadi adil. Mungkin aku yang tidak kunjung pulang ini juga sedang mendapat karma karena pernah menyakiti Mama dulu. Kalau memang begitu, bagiku tidak keberatan. Bukankah kau bisa jadi lebih dewasa dengan rasa sakit? Yeah, itu juga kalau kau bisa mengambil hikmah dan maknanya."

Aku sedikit terisak, lalu dengan pelan aku berkata, "Jadi, sekarang aku harus bagaimana?"

"Menjadi ciptaan Tuhan yang patuh, lah," jawab William acuh tak acuh, sepertinya dia mulai gerah. "Maksudku, pasrah saja dengan apa yang diputuskan Tuhan, seperti aku yang pasrah menunggu kapan waktu pulang. Bukankah kau sudah cukup berjuang untuk mempertahankan dan menyapa laki-laki bernama Rick itu? Kau lupa cerita kakak kandungmu, Nina? Kalau memang kalian berjodoh, suatu hari nanti Tuhan juga akan mempertemukan lagi. Seperti Nina dan Hans."

"Tapi, tapi, aku takut kesepian."

William menepuk jidat. "Astaga. Kau punya Tuhan, kau punya aku. Kalau kau tidak bisa atau sungkan bercerita pada teman-temanmu. Kau bisa datang pada Tuhan atau aku. Tidak perlu khawatir, Na."

Air mataku kembali menggenang di pelupuk. "Will, aku jadi ingin memelukmu. Hiks ... andai saja kau masih hidup ...."

"Sudahlah, habiskan pesananmu. Lalu kita pulang."

Tags: ffwc2

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • rulisakti

    Hai, tulisanmu sangat bagus. Ceritanya pun menarik. Dan kebetulan mirip dengan apa yang aku alami. Tapi sayang, dalam kisahku, ujungnya Rick kembali padaku. Terus berkarya ya!

Similar Tags
ANSWER
752      476     6     
Short Story
Ketika rasa itu tak lagi ada....
Friday Night Murder
505      350     10     
Short Story
Menceritakan malam valentine mencekam seorang lelaki yang sedang mengunjungi sang kekasih di rumahnya. Sang kekasih pun galau menghadapi kenyataan yang ada.
Jangan Salahkan Cinta
298      237     2     
Short Story
Terkadang kita dihadapkan pada dua pilihan kisah cinta. Memperjuangkan cinta yang ingin didapatkan atau menerima cinta yang tidak diinginkan.
Di Sudut Jalan Yang Sama
436      290     0     
Short Story
Sekarang, aku masih melewati jalan yang sama.
From Ace Heart Soul
611      371     4     
Short Story
Ace sudah memperkirakan hal apa yang akan dikatakan oleh Gilang, sahabat masa kecilnya. Bahkan, ia sampai rela memesan ojek online untuk memenuhi panggilan cowok itu. Namun, ketika Ace semakin tinggi di puncak harapan, kalimat akhir dari Gilang sukses membuatnya terkejut bukan main.
Cincin Untuk Tania
415      351     0     
Short Story
Argi yang akan segera ditinggal nikah oleh Tania berjuang keras untuk menjadi lelaki pertama yang memasangkan cincin di jari manis sang pujaan hati
Mungkin
623      363     5     
Romance
Mungkin dia datang.. Atau mungkin dia hanya menghampiri, Hampir datang. -Karena terkadang kenyataan tak seindah mimpi-
Kamu&Dia
296      232     0     
Short Story
Ku kira judul kisahnya adalah aku dan kamu, tapi nyatanya adalah kamu dan dia.
Kenangan
463      336     5     
Short Story
Lala adalah seorang gadis yang mempunyai kenangan sangat pahit dimana kekasih yang sangat dia cintai meninggal dalam sebuah kecelakaan.Semenjak kejadian itu Lala berubah dari gadis periang menjadi gadis pemurung.Bahkan Lala memutuskan untuk tinggal di desa bersama neneknya daripada tinggal di kota.Dengan bantuan neneknya Lala memulai menulis karena memang hobinya adalah menulis.Bagaimana kisah La...
Cinta Dalam Diam
440      306     3     
Short Story
Cinta dalam diam memang cinta paling tulus, karna tak mengharapkan balasan atas perasannya.