Sebelumnya....
"Tentu, aku, Airin dan Rayn adalah teman satu SMP hingga SMA", jawan Lisa.
"Ahh begitu, wah baguslah..", kata Dave sambil tersenyum.
"Kapan-kapan saja kalau mau nostalgia, lebih baik sekarang kita masuk. Aku tidak mau waktu ku habis di depan loket tiket masuk", kata Rayn.
Memang benar, tujuan mereka ke sini adalah untuk melihat dan menikmati wahana taman bermain yang konon terbesar se-Indonesia ini. Sama halnya taman-taman bermain lainnya, J-Way Land berisi wahana untuk bermain seperti roller coster, tornado, kora-kora, kincir angin dan masih banyak lagi. Selain itu taman bermain ini juga menyediakan 5 kolam renang besar dengan berbagai wahana permainan air. Kemudian juga ada blok khusus tempat dijualnya makanan dan minuman. Lalu ada tempat untuk belanja oleh-oleh, dan yang keren dari tempat ini adalah adanya lapangan khusus untuk menampung lampion dengan berbagai macam bentuk (hewan dan tumbuhan) dalam berbagai ukuran. Ah jangan lupakan pertunjukkan air mancur yang selalu diselenggarakan setiap sabtu malam minggu menjadi daya tarik sendiri dari J-Way Land ini.
Tempat pertama yang disinggahi adalah area lampion. Lampion berukuran besar dengan berbagai macam bentuk itu benar-benar memanjakan mata Airin dan kawan-kawannya. Airin paling suka dengan lampion berbentuk pohon dan bunga. Segera ia mengeluarkan kamera yang berada di tasnya untuk memotret lampion tersebut. Dave tersenyum melihat tingkat Airin. Diperhatikannya setiap gerak-gerik Airin saat mengambil gambar. Berbeda dengan Rayn dia lebih tertarik pada lampion yang berbentuk hewan, dan Lisa selalu mengekor kemanapun Rayn pergi.
Setelah puas melihat-lihat Lampion akhirnya mereka memutuskan untuk menuju area air mancur, karena pukul 10 malam pertunjukkan air mancur akan segera dimulai.
Akhirnya disinilah mereka, duduk di barisan paling depan penonton dengan posisi Airin dan Lisa yang diapit oleh Rayn dan Dave. Rayn berada di samping kanan Lisa, sedangkan Dave berada di samping kiri Airin.
Pertunjukkan air mancur benar-benar memanjakan mata. Air mancur membentuk berbagai pola teratur dengan sorot lampu warna-warni sebagai background-nya. Tak lupa Airin mengarahkan kameranya untuk mengambil setiap momen perubahan bentuk air mancur tersebut. Hal ini berbeda dengan Dave, bukannya melihat air mancur, ia malah memandangi wajah Airin dari dekat. Langsung saja senyum terukir di wajah Dave. Di lain pihak, ternyata Rayn juga sedang memperhatikan Airin dan Dave, lantas ia mendecih sebal.
"Kamu kenapa ?", tanya Lisa.
"Tidak apa-apa ", singkat Rayn.
Setengah jam berlalu, akhirnya pertunjukkan air mancur selesai. Sebelum melanjutkan perjalanan mengitari J-Way Land, mereka pun mampir ke kedai Thai Tea. Airin memesan rasa greentea, Dave dan Lisa memesan rasa original, dan Rayn memesan Balck Coffee. Mereka duduk di meja dengan empat kursi yang berada di sudut kanan ruangan.
"Aah segarnya", kata Airin setelah menyedot greenteanya.
"Kamu suka greeantea ya ?", tanya Dave
"Heem (menganggukkan kepala) ya Pak. Sejujurnya aku tidak terlalu suka minuman manis, jadi greentea terasa pas di lidahku."
"Jadi begitu, oh ya, jangan panggil aku Pak ya, aku tidak setua itu. Panggil saja aku kakak", ujar Dave
"Uhukk!", Rayn yang mendengarnya pun tersedak.
"Dia kan bukan adikmu, kenapa harus memanggilmu kakak", lanjut Rayn.
"Aku juga bukan bapaknya, kenapa dia harus memanggilku Pak, lagipula Lisa juga memanggilku dengan sebutan kakak, iya kan Lis"
"Eh iya kak hehe", jawab Lisa.
"Jelas beda, Kau sudah lama mengenal Lisa, dan dia juga sudah dekat dengan keluarga kita. Sedangkan Airin ? Kau baru mengenalnya bebera hari yang lalu", ujar Rayn.
"Apa segala sesuatu itu selalu kamu permasalahkan ? Ini hanya masalah panggilan, tidak perlu berlebihan. Sudah Ai, jangan dengarkan Rayn, panggil saja aku kakak hmm", jelas Dave
Sekali lagi Rayn pun hanya mendecih sebal sambil memutar kedua bola matanya. Sedangkan Airin hanya mengangguk menanggapi perkataan Dave.
"Ah sudah-sudah, setelah ini kita ke wahana bermain kan ?", tanya Lisa.
"Yap, kamu mau naik wahana apa Ai ?", tanya Dave.
"Eh, hmmm, mungkin bianglala" jawab Airin.
"Hahah bianglala ? apa kamu itu anak SD?", komentar Dave.
"Tck, Aku yakin di wahana itu tidak ada tulisan 'khusus untuk anak SD', jadi sah sah saja kalau aku mau naik itu", jawab Airin.
"Haha iya iya, nanti naik dengan ku ya ?", tawar Dave.
Mendengar ajakan Dave kepada Rayn, membuat Rayn menolehkan kepala ke Airin, karena sebelumnya ia tengah memandang lalu lalang manusia yang berjalan melalui jendela kaca di samping kanannya. Rayn penasaran apa jawaban yang akan diberikan Airin terhadap ajakan Dave. Menyadari ditatap Rayn, sebelum menjawab tawaran Dave, Airin sekilas melirik ke arah Rayn.
"Hmmm boleh", kata Airin sambil tersenyum, sedangkan Rayn membuang wajahnya sekali lagi ke jendela.
"Waah, kalian tahu tidak, ada kepercayaan di Jepang, jika ada pasangan yang menaiki bianglala kemudian berciuman ketika bianglalanya tepat di posisi paling atas, mereka akan bersama selamanya"terang Lisa.
"Benarkah ?", tanya Dave antusias.
"Tapi kami bukan pasangan jadi..", kata Airin
"Omong kosong, itu hanya mitos jangan percaya" Rayn memotong ucapan Airin.
"Bagaimana jika aku dan Airin yang membuktikan. Kita lihat itu mitos atau suatu hal yang benar-benar terjadi"
"Ehhh", Airin kaget, Rayn melotot dan Lisa tersenyum geli.
"Haha aku bercanda, ayo ke wahanan bermain"
Setelah itu mereka berempat pun berjalan menuju wahana bermain. Saat ini mereka telah sampai di depan wahana bertuliskan 'Kora-Kora'. Terlihat orang-orang yang menaiki wahana itu berteriak histeris. Airin jadi ngeri mendengarnya.
"Kita naik ini ya?", tanya Dave.
"Ahh, tidak-tidak, terakhir kali aku naik ini dan aku muntah", timpal Airin.
"Yah, Lisa kamu mau naik kan ?', tanya Dave.
"Maaf kak, tapi Lisa sedang darah rendah, jadi harus mengurangi kegiatan yang membuat kepala pusing", jelas Lisa.
"Hmm begitu, ayo Rayn, aku tidak mau mendengarmu banyak alasan."
"Hn", kata Rayn sambil berjalan ke arah pintu masuk wahana.
Setelah itu, Rayn dan Dave pun menaiki wahana. Mereka tidak perlu repot-repot membeli tiket, karena mereka adalah pemilik tempat bermain ini. Sebelum kora-kora bergerak, Dave sempat melambaikan tangannya ke arah Airin dan Lisa yang masih menunggu mereka berdua di bawah.
" Aku dengar kau sakit sehingga harus membatalkan live talkshow. Tapi kenapa kau bisa sampai sini ?", tanya Lisa membuka percakapan.
" Aku hanya, tiba-tiba kepalaku pusing", jawab Airin.
"Hmm begitu, aku kira karena ada Rayn", kata Lisa sambil melirik ke Airin.
"Bukan"
"Ah, jadi kamu sudah tidak menyukai Rayn lagi ya?"
"Jadi, kau memang sudah tahu sejak awal ?"
"Hanya orang idiot yang tidak tahu perasaanmu pada Rayn",jawab Lisa.
"Sejak kapan kamu dekat dengan Rayn ? Setahuku dulu kamu ditolak"balas Airin.
"Hah, itu kan dulu. Dulu mungkin aku terlalu terburu-buru mendekatinya. Tapi sekarang berbeda, aku kan bermain halus saat ini"
Berbicara soal dulu, dulu Airin, Lisa dan Icha memang bersahabat. Airin sangat menyayangi kedua sahabatnya. Ia selalu tidak ingin suatu hal membuat persahabatan mereka merenggang. Namun kejadian saat Lisa menyatakan perasaannya kepada Rayn, membuat Airin sakit hati. Memang Airin tidak pernah mempermasalahkan itu secara langsung kepada Lisa. Namun, Icha mengetahui itu, dan Icha semakin marah saat ingat jika sejak dulu bahwa Lisa selalu berusaha mengambil apa yang diinginkan Airin. Lalu suatu ketika Icha pun melabrak Lisa dan mengatakan bahwa dirinya dan Airin bukan sahabat Lisa lagi. Sejak saat itu, mereka tak pernah terlihat bersama. Komunikasi mereka pun semakin buruk. Selain karena masalah tadi, juga dikarenakan Lisa yang melanjutkan kuliah kedokteran kulit di Singapura, sedangkan Airin dan Icha masih tinggal di dalam negeri untuk kuliah dan menitih karir.
"Hmm semoga kau beruntung", kata Airin.
"Tentu saja, dan aku harap kau tahu diri. Sampai kapanpun kau dan Rayn tidak akan bisa bersama, karena dia membencimu"
Mendengarnya Airin pun mengepalkan tangannya. Saat ini Airin ingin sekali menjambak rambut nenek sihir di depannya ini. Namun tentu saja hal itu ia urungkan, tidak mungkin dia melakukannya di tempat umum seperi ini. Mungkin jika di tempat yang lebih privasi Airin akan melakukannya.
Tak lama Rayn dan Dave pun turun dari wahana. Rayn tetap menampilkan ekspresi datar seperti biasanya seolah ayunan kora-kora tidak begitu berimbas padanya. Berbeda dengan Dave yang menampilkan eksepresi meringis sambil menepuk pelan kepalannya.
"Kakak tidak apa-apa ?", tanya Airin.
"Tak apa, aku hanya sedikit pusing"
"Kak Dave tunggu di sini sebentar, sepertinya asisten ku membawa obat sakit kepala, aku tadi lihat dia membeli makan di kedai depan situ", kata Airin menunjuk kedai sosis telur.
"Oh iya, iya. Hmm nanti langsung ke wahana bianglala saja ya."
Setelah mengatakan itu, Lisa pun pergi menghampiri asistennya. Sedangkan Airin, Dave dan Rayn berjalan menuju Bianglala.
Saat telah sampai di depan loket masuk bianglala tiba-tiba ada sekitar 10 orang yang menghampiri Airin, Rayn dan Dave untuk meminta foto. Mau tidak mau, mereka bertiga pun melakukan fan service. Airin sebenarnya agak gelisah, karena bianglala sebentar lagi akan berputar. Sesekali ia melirik dave yang berada di samping kirinya untuk memberi kode supaya fan service ini segera dihentikan karena mereka harus menaiki bianglala sekarang. Bukannya berkurang, tapi massa malah bertambah. Airin jadi tidak bisa melihat secara jelas wajah Dave yang berada di sampingnya.
Airin mendengar jika mesin bianglala sudah dinyalakan. Tidak mau buang waktu, maka segera ia mengakhiri sesi fan service nya dan menarik tangan Dave yang ada di sebelahnya.
Susah payah Airin keluar dari kerumunan fans. Setelah berhasil sampai ke dalam wahana, langsung saja dia menaiki bianglala dengan Dave yang tadi ditariknya. Airin pun duduk di sisi kanan bianglala, sedangkan Dave yang tadi diatriknya berada di sisi kiri. Setelah mendudukkan diri di posisinya, barulah Airin sempat memperhatikan seseorang yang dia tarik tadi. Dan dia terkejut, ternyata yang dia tarik untuk menaiki bianglala bukan Dave, tapi...
"Rayn...? kok...", Airin terkejut.
Setelah mengatakan itu, pintu bianglala yang mereka tumpangi pun tertutup dan bianglala mulai berjalan memutar pada porosnya.
"Apa ?"
"Aku kira tadi kak Dave. Tadi, tadi bukannya kak Dave yang berada di sebelahku ?"
"Entah, tadi aku melihat dia keluar dari kerumunan sambil memegang perutnya" jawab Rayn.
"Astaga..(menepuk jidat) maaf, aku tidak tahu jika itu kamu"
"Jangan bohong, kau sengaja kan menarikku. Bilang saja kalau ingin naik denganku"
"Ya itu benar", ucap Airin dalam hati.
"Eh, bu-bukan seperti itu" kata-kata yang keluar dari bibir Airin.
"Kalau begitu sekarang hubungi kakakku, dan katakan kepada dia, agar dia meminta petugas untuk menghentikan bianglala ini"
"Ehh, kenapa tidak kamu saja yang menghubunginya"
"Ponselku mati"
"Punyaku juga mati"
"Bohong, jelas-jelas tadi aku melihatmu mengangkat telepon dari seseorang"
Mendengar itu, kemudian Airin merogoh ponsel di tasnya. Ia buka ponselnya, kemudian sengaja menonaktifkannya,
"Tuh mati", kata Airin sambil menujukkan layar ponselnya kepada Rayn.
"Kau! Kenapa ada orang sepertimu di dunia ini" Rayn kesal karena melihat Airin dengan sengaja menonaktifkan ponselnya.
"Ah sudahlah, kita disini tidak akan lama. Nikmati saja"
Kata Airin sambil memulai memotret pemandangan dari atas bianglala. Sedangkan Rayn membuang muka ke arah kanan sambil melihat pemandangan.
"Kamu tidak takut ketinggian kan?", tanya Airin.
Merasa diajak bicara, Rayn pun menolehkan wajahnya ke Airin kemudian memberikannya tatapan sinis.
"Iya, iya, yasudah kalau tidak mau bicara"
Airin melanjutkan sesi pengambilan foto menggunakan kameranya. Sedangkan Rayn mulai bosan, ia pun sesekali menguap. Melihat aktivitas uapan dari Rayn, membuat Airin berpikiran jahil. Ia mengarahkan kameranya tepat ke wajah Rayn dengan men-zoom out kameranya. Sesuai dugaan Airin, setelah beberapa saat Rayn pun menguap kembali. Momen itu tidak dilewatkan Airin. Langsung saja ia mengambil gambar Rayn yang sedang menguap.
Namun sayang, Airin lupa tidak mematikan suara kamera ketika gambar berhasil difoto. Akhirnya Rayn menoleh ke Airin setelah mendengar suara kamera iu.
"Kau mengambil fotoku ya?"
"Eh ti-tidak.."
"Tck, bohong, sini..."
Kemudian Rayn berpindah posisi duduk di sisi bianglala di mana Airin berada. Karena aksinya itu, membuat keadaan bianglala yang dinaiki Airin serta Rayn agak condong ke kanan.
"Sini kameranya.."
"Tidak mau.."
Rayn mencoba meraih kamera yang dibawa Airin dari samping. Saat ini posisi mereka sangat dekat. Mereka terlalu asik berebut kamera hingga tidak sadar jika bianglala perlahan berhenti. Saat ini Rayn telah sukses mengurung tubuh Airin dipojok tempat duduk bianglala. Tangan kanan Rayn memegang pinggang ramping Airin, sedangkan tangan kirinya sudah memegang tangan kanan Airin yang membawa kamera. Baru ketika bianglala benar-benar tidak berputar lagi, mereka sadar akan posisi mereka. Mereka saling menatap mata berusaha menyelami alam pikiran masing-masing.
Saat ini yang dipikirkan Airin adalah terkait mitos Jepang yang disampaikan oleh Lisa tadi saat mereka membeli minuman. Dan siapa sangka jika yang ada dipikiran Rayn pun sama. Mereka tidak melihat lalu lalang manusia, itu artinya kemungkinan bianglala yang mereka naiki berada di atas.
Tiba-tiba Rayn bergerak dengan memajukan wajahnya mendekati wajah Airin. Airin bahkan bisa merasakan hembusan nafas yang keluar dari hidung Rayn. Rayn semakin mendekat, detak jantung Airin menggila. Airin perlahan menutup matanya berharap sesuatu yang diinginkan terjadi. 1, 2, 3...
Bersambung..