Airin hendak melanjutkan kegiatannya membuat minuman, namun tiba-tiba Rayn mencekal tangan Airin. Airin meringis kesakitan karena cekalan Rayn lumayan kencang.
" Kau yang selalu mengganggu ku, kau selalu mengusik hidupku !" Rayn terlihat menahan emosinya.
" Kau... terlalu mudah bagi orang lain, dan aku membenci itu", suara Rayn mulai melunak. Cengkeraman di tangan Airin pun mulai mengendur, sedangkan Airin masih diam dan menatap Rayn menantikan untaian kata yang siap keluar dari bibir Rayn.
" Kau... tidak bisa kah kau juga lebih mudah bagiku ?"
Mendengar itu Airin membulatkan matanya. Ia tidak percaya Rayn akan berkata seperti itu. Ia merasa dadanya bergemuruh. Rayn memang tidak mengucapkan kata cinta atau sayang, tapi perkataan terakhir Rayn membuat ia merasa bahwa tidak lama lagi cinta yang selama ini ia pendam akan segera berbalas.
Entah sejak kapan namun saat ini tangan Ryan telah sempurna menangkup rahang Airin. Perlahan namun pasti Rayn mendekatkan wajahnya ke wajah Airin. Airin yang sadar situasi kemudian melabuhkan kedua tangannya di dada bidang Rayn. Rayn hampir tiba, dan Airin menutup matanya. 1, 2, 3...
"Hei..hei bangun putri tidur...!" Icha menggerak-gerakkan tubuh Airin. Mata Airin pun terbuka.
" Hei, aissshh kau benar-benar kenapa membangunkanku ?" teriak Airin frustasi.
Dan ternyata adegan drama tadi hanya sebatas bunga tidur Airin saja.
" Gadis bodoh ini, lihat sekarang pukul 11, nanti pukul 1 kau ada sesi pemotretan majalah Vogue" Ungkap Icha.
" Tapi-tapi tadi aah sebentar lagi.. Kau merusak semuanya "
" Kenapa ? Kau memimpikan pangeranmu yang tidak peka itu ? Tenang saja, mimpimu itu akan menjadi nyata. Partnet fotoshootmu Rayn Wijaya"
" Apa ? Kau serius ? Kenapa tidak mengatakan kepadaku sebelumnya. Ah, aku harus tampil cantik,"
Mendengar siapa partner fotoshootnya, Airin lantas melompat dari ranjanganya dan menuju kamar mandi. Dia tampak sangat bersemangat.
" Eh dasar gadis bodoh itu. Aku harap Rayn akan segera mengetahui perasaanmu. Ah, syukur-syukur dia membalasnya. Aku bahkan tidak tahu jika aku menjadi kau, apa aku bisa menjalani hidup selama dan sebaik ini. "
***
Airin sudah berada di tempat ia harusnya berada. Ya, saat ini ia sudah berada di lokasi fotoshoot. Tampak para kru berlalu lalang menyiapkan properti untuk sesi pemotretan. Airin pun saat ini sedang di make up. Namun Airin agak penasaran karena sampai sekarang Rayn belum menampakkan batang hidungnya.
"Kemana dia ?" tanya Airin dalam hati.
Tak lama pintu ruangan pun terbuka dan menampilkan sosok yang ditunggu-tunggu oleh Airin. Melihatnya Airin tersenyum lega. Airin masih saja melihat pergerakan Rayn dengan ekor matanya sampai Rayn terduduk sempurna di bangku riasnya.
" Apa dijalanan macet ? ", Airin memberanikan memulai percakapan.
" Tidak ", singkat Rayn
Airin yang mendengarnya hanya mengangguk dan kembali fokus menatap pantulan dirinya di cermin.
" Dingin seperti biasa " kata Airin dalam hati.
Sesi pemotretan akhirnya tiba. Saat ini sesi pemotretan mengambil tema glamour in black. Semacam dandanan pesta hanya saja dibalut dengan pakaian serba hitam. Rayn bertambah gagah dibalut dengan tuxedo hitamnya. Sedangkan Airin, ah jangan ditanya dia selalu memukau dengan balutan gaun hitam tanpa lengan yang melakat pas di tubuhnya.
Sesi pemotretan bersama Rayn adalah favorit Airin. Dengan aktivitas ini dia bisa sangat dekat dengan Rayn. Itu membuat jantungnya berdebar kencang. Sesekali wajahnya memerah ketika didapati dirinya begitu dekat dengan Rayn. Sedangkan Rayn, tidak mungkin dia merasa biasa saja ketika dihadapkan dengan Airin yang bernampilan dan berpose seperti itu. Hanya saja ia pandai menutupi ekspresinya yang satu itu.
Saat ini pukul 3 sore, sesi pemotretan pun dibreak untuk sementara. Airin dan Rayn mengganti baju dan riasannya karena konsep pemotretan kedua akan diubah. Sebelum mengganti pakaiannya dengan kostum baru, Airin menyempatkan diri melihat Icha yang sedang menyiapkan minuman di dapur.
" Apa yang kau lakukan ?" Tanya Airin pada Icha.
" Ah aku sedang membantu seseorang membuatkan minuman untuk para kru. Tapi dia keluar sebentar untuk mengangkat telepon."
"Begitu, oke lanjutkan pekerjaanmu hm, aku mau mengganti baju terlebih dahulu,"
Saat hendak pergi tiba-tiba Icha meraih tangan Airin.
"Ah tunggu, Ai tolong jaga minuman ini sebentar ya, perutku sakit. Aku ke toilet sebentar. Oh iya, nanti kru tadi pasti akan segera kembali ke sini. bye"
Setelah mengatakan itu Icha pun berlari ke kamar mandi. Sedangkan Airin hanya mendengus sebal melihat tingkah sahabat yang sekaligus menjadi manajernya itu. Merasa tak ada kerjaan, ia pun meraih pengaduk minuman itu dan mengaduknya pelan. Airin tampak menikmati apa yang sekarang sedang ia lakukan. Namun hal itu tak berlangsung lama karena ada sesorang yang tiba-tiba memasuki dapur dan menginterupsinya. Perlahan orang itu berjalan mendekati Airin.
" Apa yang kamu lakukan ? ", tanya orang itu.
Kemudian Airin pun menghentikan aktivitasnya. Lalu ia membalikkan badan dan tersentak karena melihat seseorang yang sangat dicintainya.
"R-rayn ?"
Yang disebut namanya hanya memandang lurus Airin.
" A-aku, aku sedang membantu membuatkan minuman untuk teman-teman kru. " Jawab Airin susah payah sambil memundurkan dirinya agar tercipta jarak antara dirinya dan Rayn.
"Kau dibayar disini untuk menjadi artis, bukan pembuat minuman"
Deg... Airin merasa De Javu dengan ucapan Rayn. Ah ia sadar, adegan ini hampir sama seperti mimpinya tadi pagi. Dengan hati-hati ia mengucapkan kalimat yang sama persis dengan mimpinya.
" Tak apa, aku senang melakukannya " Kata Airin sambil tersenyum.
" Orang baik dan orang gampangan beda-beda tipis "
" Apa ? " Airin kaget karena percakapan mereka benar-benar mirip dengan mimpi Airin.
" Oh ya, bagaimana dengan mantan pacarmu ? Tck, kau tidak terlihat sedih karena putus dengannya "
Lagi-lagi Airin dibuat terkejut karena dialog yang diucapkan Rayn pun sama persis dengan yang ada di mimpinya. Seketika wajah Airin pun berubah cerah. Dia tidak sabar mengetahui kelanjutan mimpinya yang dipotong oleh Icha.
" Aku hanya perlu mengulang dialog yang sama, dan mimpi itu akan benar-benar menjadi kenyataan " Kata Airin dalam hati.
" Itu bukan urusanmu. Ah, kenapa kau tidak pergi saja ? kau menggangguku "
" Ah ide yang bagus " Rayn pun hendak berbalik, namun hal itu ia urungkan karena suara Airin menginterupsinya.
" Tunggu, bukan dialog itu yang harusnya kau ucapkan oops " Airin langsung menutup mulutnya.
" Maksudnya ? "
" Aaa itu, hmmm " Airin tak kunjung membuka mulutnya.
Melihat tingkah Airin yang aneh Rayn pun hanya mendecih sebal dan kemudian pergi meninggalkan dapur. Airin pun merutuki kebodohannya karena bertingkah konyol di depan Rayn.
" Padahal tinggal sedikit lagi, kau hanya perlu mengucapkan, 'kau yang selalu mengganggu ku, kau selalu mengusik hidupku', kemudian dilanjut dengan 'kau... terlalu mudah bagi orang lain, dan aku membenci itu' " Kata Airin sambil menirukan gaya bicara Rayn.
" Yang terakhir harusnya kamu mengatakan 'Kau... Tidak bisa kah kau juga lebih mudah bagi ku ?' setelah itu.. setelah kita akan... arghhhhhh" Saking sebalnya Airin pun memukul-mukul kepalanya sendiri. Saking sibuknya ia dengan kegiatan itu, ia tidak menyadari jika ada seseorang yang memasuki dapur.
" Kau kenapa ? "
Tiba-tiba Icha memasuki dapur dan menegur tingkah aneh Airin yang memukul-mukul kepalanya sendiri. Airin pun terkejut mendengar teguran dari Icha. Tak mau terlihat lebih konyol lagi, Airin pergi meninggalkan Icha dengan muka sebal. Icha yang melihatnya hanya memberikan dengusan sambil memasang wajah bingung.
Setelah waktu break selesai. Sesi pemotretan pun di mulai kembali. Konsep yang dipakai masih seputar costum in black. Bedanya dari yang konsep sebelumnya adalah jika tadi riasannya agak glamour karena temanya pesta, maka konsep kedua kali ini lebih formal. Rayn mengenakan setelan kemeja hitam, sedangkan Airin mengenakan minidress hitam brokat berlengan samping.
Beberapa foto pada konsep kedua telah diambil. Terlihat fotografer nampak mengamati hasil jepretannya. Setelah sedikit menimbang-nimbang kemudian ia memberi instruksi kepada dua modelnya.
" Pose kalian kurang intim. Hmmm coba Airin duduk di pangkuan Rayn " Arah fotografer itu.
"Frans, kau serius ? ", tanya Airin memastikan.
" Tentu, ayo cepatlah. Kalian tidak lupa kan jika nanti pukul 8 malam kita ada acara pengenalan presiden agensi yang baru. Setidaknya kita harus selesai sebelum pukul 6 , dan ini sudah pukul 5" Ungkap Frans
Mendengar itu Rayn pun memposisikan diri, sedangkan Airin tampak masih ragu-ragu. Tak sabar Rayn pun menarik tangan Airin. Seketika Airin jatuh terduduk menyamping di pangkuan Rayn. Wajah Airin tiba-tiba memerah, sedangkan frans menyunggingkan senyum kecilnya.
"Apa tidak apa-apa ? " tanya Airin pada Rayn.
" Apanya ? Tidak usah naif. Kita bahkan pernah melalukan adegan yang lebih daripada ini. " jawab Rayn enteng.
" Ta-tapi...", wajah Airin memerah.
Raynpun memberikan deathglare gratisnya kepada Airin. Hal itu cukup membuat Airin menutup mulutnya dan berpose sebagaimana yang fotografer inginkan. Kemudian sesi pemotretan berlangsung kembali dan selesai pukul 05.30 sore.
***
Suara biola mengalun indah memenuhi ballroom hotel Wijaya, Jakarta. Sesuai rencana, malam ini pukul 8 sedang diadakan pesta pengenalan presiden agensi baru LA Entertainment. Presiden baru kali ini merupakan seorang presdir muda berusia 27 tahun. Seorang yang tampan, gagah, hangat dan digilai banyak wanita tentunya. Keluarga Wijaya memang dianugrahi paras yang tampan nan mempesona, tak terkecuali si sulung dari keturunan ke-dua keluarga Wijaya, Dave Wijaya.
Pria bernama Dave itu mengenakan setelan jas abu-abu satin dengan kemeja dalam berwarna putih. Sembari menggenggam blue squash (sejenis minuman berwarna biru), Ia menyapa para pengunjung dengan senyum ramahnya. Terlihat ia berjalan ke arah empat orang yang berdiri di dekat podium. Kemudian dengan cerahnya ia melambaikan tangan kepada kumpulan orang-orang itu.
" Kakek, aku sangat merindukanmu." Kata Dave langsung berhambur ke pelukan kakeknya.
Kakek Dave, Adi Wijaya merupakan pendiri grup Wijaya. Di usianya yang kini sudah menginjak kepala 8 terlihat masih bugar meskipun saat ini kakek Dave harus berjalan dengan bantuan tongkat favoritnya. Mengetahui dirinya dipeluk cucunya ia pun membalas dengan menepuk-nepuk punggung cucunya itu. Tak lama berselang, Dave pun mengarahkan pandangannya kepada pasangan yang masing-masing sudah menginjak kepala 5.
" Ayah Ibu aku juga sangat merindukan kalian ", Dave memeluk kedua orang tuanya bergantian.
Kemudian pandangannya beralih kepada seorang pemuda yang mengenakan setelan jas dongker. Dave menyipitkan matanya dan mengamati pemuda itu dari atas kepala hingga ujung kaki. Kemudian ia menyunggingkan senyum meremehkannya.
" Hai adik kecil ", kata Dave sambil mengacak gemas rambut pemuda itu.
"Tck stop your fucking hand or i will break it ", ucap pemuda itu kesal.
" Haha Rayn... Rayn... tidak berubah emosional ", kata Dave tertawa terbahak-bahak.
Sedangkan kakek dan kedua orang tuanya hanya geleng-geleng melihat duo pangeran Wijaya itu. Rayn pun hanya memutar malas kedua bola matanya.
" Setidaknya berikan aku ucapan selamat datang dan selamat atas jabatan baru ku di agensimu ", kata Dave sambil merentangkan kedua tangannya.
" Jujur saja, tujuanmu menjadi presiden di agensiku karena kau ingin memata-mataiku bukan ?" selidik Rayn.
" Apa ? (menurunkan kedua tangannya) Haha ayah ibu, bagaimana mungkin kalian bisa melahirkan anak selucu ini", Dave kembali tertawa.
" Sudah sudah, sini peluk ", Dave hendak merangkul Rayn.
" Tunggu, " mendengar suara Rayn, langkah Dave pun terhenti.
" Selamat datang kak, selamat atas jabatan barumu ", Rayn tiba-tiba memeluk kakaknya dan tersenyum tulus kepada kakaknya.
Setelah itu, Rayn pun mengajak Dave untuk menemui para cucu-cucu kebanggaan keluarga Wijaya. Kakek Rayn sendiri memiliki 2 orang anak. Kebetulan ayah Rayn, Deny Wijaya adalah anak kedua dari kakeknya. Sedangkan anak pertama kakeknya adalah seorang perempuan bernama Rima Wijaya. Rima Wijaya memiki tiga orang anak. Anak pertama bernama Roynaldi Wijaya, berusia sekitar 30 tahun. Anak kedua bernama Revandra Wijaya berusia 27 tahun, dan anak terakhir bernama Anastasia Wijaya 23 tahun. Kabar baiknya semua cucu laki-lakinya masih lajang aka belum menikah. Tapi percayalah dari ke semua cucu Wijaya tidak ada yang tidak rupawan.
" Waah lihat siapa ini, salah satu eksekutif muda paling sukses di Asia Tenggara ", ucap Rayn sambil menyenggol lengan Revandra Wijaya atau yang biasa dipanggil Andra Wijaya.
" Aku lebih suka mendapat julukan the most wanted man to be husband in the world ketimbang julukan itu", kata Andra sambil menyenggol lengan Rayn.
Mendengar itu seketika tawa dari cucu-cucu konglomerat itu pun meledak.
"Di mana kak Roy ?", tanya Rayn.
"Ah, dia tidak bisa datang aku dengar kemarin dia kurang enak badan. Tapi entahlah, aku juga belum sempat menengoknya. Setelah transit dari bandara aku langsung kemari.", jelas Andra.
" Aku dengar kau khusus pulang ke Indonesia untuk menyambutku ? " tanya Dave.
" Tentu saja, sudah lama aku tidak melihatmu. Lagi pula saat ini perusahaan yang sedang aku tangani berada di singapura, jadi aku bisa lebih mudah untuk pulang-pergi Jakarta-Singapura."
Ya, Ravendra Wijaya memang eksekutif muda sukses. Di Usia yang ke-27 ia sudah menjadi pemegang saham terbesar Wijaya senilai 51% dan telah mendirikan grup baru bernama J-Way yang asetnya sudah hampir menyamai Wijaya Group.
" Jadi sekarang kau tinggal di Singapura ? ", tanya Rayn memastikan.
Mendengarnya Andra pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Terlihat Dave juga sudah mengobrol asik dengan sepupu perempuannya. Mereka pun larut dalam perbincangan sementara MC bersiap memulai acaranya.
" Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua. Seperti yang kita tahu saat ini, dunia hiburan Indonesia sedang mengalami peningkatan yang sangat luar biasa. Bukan hanya artis yang dituntut untuk memberikan penampilan terbaik bagi para penggemarnya, namun lebih dari itu harus ada sebuah manajemen artis yang bagus untuk menunjang itu semua.", kata MC laki-laki.
" Benar sekali. Inovasi demi inovasi dalam dunia hiburan senantiasa ditunggu guna menghasilkan karya terbaik untuk masyarakat. Untuk itu dengan bangga, kami panggilkan presiden baru LA Management yang digadang-gadang akan membawa angin segar untuk industri hiburan Indonesia."
" Untuk itu kami persilakan untuk naik podium Dave Wijaya.."
Merasa namanya di panggil, Dave wijaya pun berjalan dengan gagah menunju podium. Semua mata tertuju pada setiap langkah yang ditempuh Dave. Tak lama Dave sudah berdiri di podium dan meraih microphone.
" Selamat malam semua... "
Dave melanjutkan sambutannya. Sedangkan terlihat di ruang make up seorang perempuan yang mengenakan dress peach selutut sedang mempersiapkan dirinya untuk tampil.
" Bagaimana ? apa penampilanku sudah bagus ?", tanya perempuan yang diketahui bernama Airin.
" Kau.. sempurna. Rayn akan jatuh hati padamu " jawab Icha.
" Jangan mengejekku " Airin tiba-tiba cemberut.
" Haha sudahlah, ayo dalam 5 menit kau akan tampil ", ajak Icha.
Kemudian Airin dan Icha berjalan menuju back stage. Kali ini Airin akan menyanyikan sebuah lagu berjudul 'Kasih Putih' dengan memainkan piano. Sepertinya presiden agensi yang baru telah menyelesaikan pidatonya. Hal ini terdengar dari riuh tepuk tangan yang diberikan hadirin. Airin mengatur pernapasan lagi, dengan sekali tarikan nafas kemudian ia melangkah menuju stage. Ia merasa ia sudah siap. Mendadak lampu ballroom hotel dimatikan. Disaat itulah Airin memasuki stage dan memposisikan diri duduk di bangku piano. Intro lagu kasih putih di mulai dan perlahan lampu mulai menyala. Perhatian hadirin terpusat pada Airin yang sedang memain tuts-tuts piano dengan indahnya. Disana, terlihat Rayn juga sedang menikmati penampilan Airin.
Penampilan Airin diakhiri dengan tepukan riuh oleh seluruh hadirin. Airin menerima begitu banyak tatapan kagum. Lantas Airin berdiri dari bangku duduknya. Ia berjalan perlahan menuju ke tengah stage . Dengan anggun ia tersenyum hangat dan membungkukan badannya. Setelah menegakkan badannya ia pun berjalan ke arah main hall ballroom. Disaat itu pula terdengar lantunan musik lembut yang menjadi penanda sesi dansa dimulai.
Terlihat para hadirin tengah berdansa dengan pasangan-pasangannya. Airin berjalan hendak menyusul Icha yang sedang mengobrol dengan Frans. Namun langkahnya terhenti karena seseorang memanggil namanya.
"Airin..."
" Pak Dave Wijaya. Ah hai...." kata Airin serasa membungkukkan badannya.
"Penampilan yang bagus", puji Dave.
" Ah benarkah ? Terimakasih " Airin tersenyum lembut.
" Hmm, mau berdansa dengan ku ? "
Bersambung....