Di tengah perjalanan menuju ruang transit, tiba-tiba langkah Rayn terhenti. Ia jadi teringat dengan obrolan kru yang didengarnya saat hendak menuju kamar mandi beberapa menit yang lalu.
(Flashback on)
"Jadi benar ya, Airin itu aktris gagal move on"
"Iya, kabarnya dia itu memiliki seseorang yang sudah dia cintai sejak 9 tahun yang lalu"
"Wah lama sekali. Tapi kan dia sudah punya pacar."
"Punya pacar sekarang, bukan berarti bisa menghapus masa lalu kan ?"
"Pantas saja dia sering gonta-ganti pacar, ternyata dia gagal move on"
(Flashback off)
Tak mau terlalu memikirkan omongan kedua tersebut, lantas Rayn melanjutkan perjalanan menuju ruang transit.
Setelah kejadian yang menimpa Airin tadi di ruang make up, lantas Airin menolak keras untuk diantar pulang Brian. Akhirnya disinilah ia berada, ia sedang menunggu seseorang yang akan mengantarkannya pulang. Tak lama seseorang yang ditunggu itu pun datang dan menepuk pundak kanan Airin dari belakang.
"Hei, apa sudah lama.." Kata orang itu terputus karena tiba-tiba Airin membalikkan badannya dan memeluk erat orang itu sambil menangis.
"Hei hei, kau kenapa ? ada masalah ?", kata orang itu berusaha melihat wajah Airin.
" Frans, itu.. hikss Brian.. hiks Brian.." kata Airin di sela tangisannya.
" Ah sudah kuduga pasti ada yang tidak beres, kau berbohong kan terkait Brian ? Dia tidak mengantarmu pulang bukan karena dia ada urusan keluarga kan ? Ah dasar "
Kemudian Airin beranjak dari pelukan Frans dan menatap mata Frans.
" Kami putus... huweeee" Airin berhambur ke pelukan Frans.
" What ? Bagaimana mungkin ? Kalian baru saja mendapat julukan pasangan terserasi, tapi kenapa tiba-tiba putus ? " tanya Frans.
" Itu.. hiks itu..."
"Ah begini, aku akan mengantarmu ke apartemen dulu. Disana ada Icha kan ? Dia baru saja mengabariku jika dia kurang enak badan. Jadi aku pikir kau nanti bisa cerita setelah kita sampai di apartemenmu uh ?", tawar Frans.
" Heem (mengangguk-anggukkan kepala)"
Frans pun kemudian menepuk-nepuk pelan kepala Airin dan kemudian membimbingnya memasuki mobil.
Tanpa mereka sadari, kegiatan mereka dari awal sampai akhir telah diamati secara sempurna oleh Rayn Wijaya.
" Tidak salah aku menyebutnya murahan, dia bahkan sudah menemukan pelukan lelaki baru. Hebat sekali " Ujar Rayn.
Sejurus kemudian mobil Airin dan Frans meninggalkan parkiran, begitupun Rayn.
***
Apartemen Airin terletak di ruang B13 lantai 3 gedung apartemen Gandaria City. Setelah memasuki apartemen lantas Airin pun menuju kamarnya hendak mengganti bajunya. Sedangkan Frans menghampiri Icha yang sedang duduk di sofa.
" Apa yang terjadi hn ?" Tanya Icha.
" Itu... eh tunggu bagaimana keadaanmu ?" tanya Frans.
" Aku hanya terlalu lelah. Besok juga sudah sembuh. Jadi apa yang terjadi ?" Tanya Icha sekali lagi.
" Ssstt kau ini (meraih Icha dan memeluknya) Kau sedang sakit, bisa kah kau khawatirkan dirimu terlebih dahulu ? "
"hmm, aku tidak apa-apa jangan berlebihan. Lagipula Airin itu aktris ku, dia aset ku, kalau dia kenapa-kenapa aku juga yang repot uh ?", tukas Icha.
"Ya tapi tetap saja.."
"Ehem..."
Perkataan Frans terpotong karena deheman Airin. Kemudian Airin mendudukkan diri di sofa yang masih kosong. Frans dan Icha pun melepaskan acara pelukan mereka.
" Hehe ehem, jadi bagaimana ? coba ceritakan apa yang terjadi ", pinta Icha.
" Hiks hiks (Airin mulai menangis lagi) Aku, aku putus dengan Brian huweeee "
" What ? ", Icha mulai menegakkan badannya.
Airin pun menceritakan dari awal hingga akhir kejadian yang menimpa dirinya beberapa jam yang lalu.
" Jadi, kau hampir diperkosa olehnya ? Begitu ?" Tanya Icha.
" Bu-bukan begitu, dia hanya mau menciumku "
" Astaga Airin (seraya menepuk dahi) bukankah itu hal biasa yang dilakukan sepasang kekasih, kau tidak perlu memutuskannya. Aku pikir wajar karena yah kau tahu lah kau terlampau ekslusif bahkan dengan kekasihmu sendiri."
" Aku tidak bisa, aku tidak bisa, aku..."
" Ya, tentu saja kau tidak bisa. Karena kau masih mencintai dia. Kau hanya mau disentuh oleh dia, iya kan ? " Icha mulai meninggikan suara.
"Sayang tenang.." Frans mencoba menenangkan Icha.
" Lihat gadis bodoh di depan kita ini Frans, 9 tahun berlalu dan dia masih saja mencintai lelaki itu. Aku tidak pernah menemukan gadis bodoh yang lebih bodoh daripada dia. Ah, astaga" Icha memijat keningnya.
" Dia-dia bahkan melihat pertengkaran kami " ucap Airin semakin sesak.
" Apa ? Rayn Wijaya melihat pertengkaran kalian ?" tanya Frans memastikan. Airin pun menganggukkan kepalanya.
" Ah bagus, lengkap sudah. Aku jadi penasaran apa yang saat ini dia pikirkan. Apa dia akan simpati denganmu karena melihat kau menolak kekasihmu, atau dia semakin membencimu"
Ya, kisah mengenai Airin yang memiliki cinta tak terbalas memang benar adanya. Airin telah mencintai Rayn sejak 9 tahun yang lalu, tepatnya ketika ia berusia 14 tahun dan sedang menduduki bangku kelas 8 SMP.
(Flashback On)
Hari ini adalah hari valentine. Hari yang ditunggu muda-mudi untuk mengungkapkan betapa mereka sangat menyayangi pasangannya. Hari ini juga biasanya menjadi momentum seseorang yang ingin mengungkapkan perasaan cintanya kepada seseorang, tak terkecuali Airin. Airin tampak bahagia sambil bersenandung ketika memasuki kelas yaang belum begitu ramai. Yah wajar saja, ini baru jam 6 pagi. Namun disana Icha telah datang terlebih dahulu karena kebagian jadwal piket kelas. Melihat sahabatnyaa begitu sumringah, Icha pun bertanya kepada Airin.
" Hei,.. hei.. kau tampak bahagia sekali ada, apa ?"
" Tadaaaa (menunjukkan sekotak coklat berbentuk hati) hari ini aku akan mengungkapkan semua perasaanku. " jelas Airin.
" Maksudmu Rayn Wijaya ? " tanya Icha.
" Ehem siapa lagi ?"
" Astaga Ai, ini sudah berlangsung 4 tahun dan kau masih memiliki perasaan untuknya ?"
" Kau tahu kan, ini adalah tahun terakhir kita di SMA, aku tidak mau menahan perasaan ini lagi. Aku tidak akan meminta Rayn untuk membalas perasaanku, aku hanya ingin mengungkapkannya, itu saja."
" Tapi bagaimana jika dia menolakmu "
"Sudah ku bilang kan, aku tidak akan meminta dia untuk membalas perasaanku, aku hanya..." Tiba-tiba perkataan Airin terpotong karena Icha memeluknya.
"Berjanjilah padaku, apapun nanti jawaban Rayn, kau harus baik-baik saja.."
Mendengar itu Airin pun mengangguk. Tanpa mereka sadari, di depan kelas ada seseorang yang turut serta mendengarkan perbincangan mereka. Seseorang itu terlihat mengepalkan tangannya. Tak lama ia pun beranjak meninggalkan kelas tersebut.
Kriiiiiing.... suara bel istirahat pun berbunyi. Siswa-siswi pun berhamburan keluar dari kelas. Mungkin karena hari ini hari valentine, terlihat banyak siswa dan siswi yang membawa coklat, boneka dan bunga di tangannya. Namun di depan kelas 12 IPA 1 terlihat paling ramai jika dibandingkan dengan kelas lain. Apalagi jika bukan karena siswi-siswi yang mengerubungi si pangeran sekolah Rayn Wijaya.
" Rayn ini coklat untukmu, ambilah dan jadilah kekasihku.." Kata siswi berambut panjang ikal.
" Ah tidak ambil saja kado ku, kumohon " kata siswi berambut pendek.
"Ah tidak punya ku saja.."
Dan yaa, begitulah mereka tengah berebut perhatian Rayn. Rayn pun hanya diam dan memandang mereka dengan tatapan tidak suka. Sebenarnya Rayn lapar dan hendak ke kantin, namun para fansnya menghalangi jalannya. Alhasil disinilah dia, tengah berusaha keluar dari kerumunan fans nya yang terlampau ganas.
Pemandangan itu tak luput dari pengamatan Airin yang juga menggenggam sekotak coklat dalam tangannya. Dia hendak melangkahkan kakinya, namun ia ragu. Entahlah apa yang ia pikirkan. Tak lama berselang tiba-tiba ada yang menepuk bahu kanannya dari samping.
" Hei..."
" Astaga Lisa kau mengagetkanku.."
" Aku mau minta pendapatmu.. hari ini aku akan mengungkapkan perasaanku pada Rayn"
" Apa ? " Airin terkejut.
" Hei kenapa kamu terkejut ? Ah, aku belum cerita ya, aku sudah lama menyukai Rayn." Ujar Lisa.
" Tidak mungkin, bukankah kamu selama ini berpacaran dengan orang lain? kenapa tiba-tiba... "
" Ya, selama ini aku berusaha untuk melupakan perasaanku padanya dengan menjalin hubungan dengan orang lain, namun sia-sia aku tidak bisa melupakannya "
"Dan aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, ini tahun terkahir ku berada di SMA, aku akan mengungkapkan semua padanya."lanjut Lisa.
Airin hanya diam mendengarnya. Matanya kini mulai berkaca-kaca. Ia benar-benar bingung dengan apa yang harus dilakukan. Apakah ia tetap melanjutkan aksinya mengungkapkan perasaannya kepada Rayn, dia merasa lega namun sahabatnya sakit hati atau ia tidak mengungkapkan perasaannya kepada Rayn, tapi ia memandam rasa lebih lama, dan tidak akan terjadi apa-apa dengan sahabatnya
"Ai..Ai.. (mengibaskan tangan di depan Airin) Kenapa melamun ? " kata Lisa memecah lamunan Airin.
" Ah tidak "
" Oh ya, jadi cokelat yang ada di tanganmu itu untuk siapa ? jangan bilang untuk Rayn ", terka Lisa
" Ah tentu saja tidak, hmm ini ambilah untukmu. Aku lihat kau tidak membawa apa-apa, setidaknya bawalah sesuatu untuk Rayn "
Airin pun menyerahkan sekotak cokelat itu kepada Lisa. Kemudian Lisa mengucapkan terimakasih dan memeluk Airin. Saat menyerahkan kotak itu saat itu pula ia merasa ada separuh jiwanya yang pergi. Ini sudah kesekian kalinya Airin hendak mengungkapkan perasaannya pada Rayn, namun lagi-lagi gagal.
Airin menatap punggung Lisa yang mulai menjauh menuju tempat Rayn berada. Dia masih mengamatinya bahkan ketika kini Lisa dan Rayn sudah saling berhadapan. Sungguh saat ini Airin ingin pergi saja dari sana, namun entah kenapa kakinya tidak bisa bergerak barang sedikitpun. Sepertinya Sang pemilik takdir sedang memaksanya untuk menyaksikan sesuatu yang tidak ingin dilihatnya.
Rayn yang berada di depan Lisa hanya mengerinyitkan dahinya melihat tingkah Lisa yang tiba-tiba memblokir jalannya. Atmosfer di sana berubah menjadi sedikit canggung. Terlihat siswi-siswi sedang memusatkan perhatiannya pada dua anak manusia berbeda jenis kelamin yang sedang berhadapan ini.
" Kau mengahalangi jalanku, ", ujar Rayn dingin.
" Aku.. aku menyukaimu, kenapa kita tidak pacaran saja ? "
Semua orang yang mendengar pengakuan Lisa seketika menutup mulutnya masing-masing. Pasalnya Lisa tidak pernah terlihat mendekati Rayn, ia bahkan sering bergonta-ganti pacar. Tapi apa ini, sekarang Lisa sedang mengungkapkan perasaannya pada Rayn. Siswi-siswi di sana pun langsung berbisik-bisik. Rayn yang mendengarnya masih bersikap biasa saja. Namun setelah Rayn melihat lurus ke depan, lantas ia membulatkan matanya. Melihat perubahan ekspresi Rayn, Lisa pun menolehkan kepalanya ke sesuatu yang ditatap Rayn. Lisa pun ikut terkejut. Disana yang ditatap rayn adalah.. Airin.
"Awas.." Rayn mengucapkannya dengan nada rendah.
" Setidaknya terimalah cokelatnya. Ini dibuat benar-benar dengan perasaan yang dalam." tukas Lisa.
Rayn kemudian mengulurkan tangan hendak mengambil kotak cokelat itu. Tak lupa ia melihat sekilas Airin yang masih berdiri 15 meter darinya. Kotak itu telah berada dalam genggaman Rayn. Namun tiba-tiba prankkk! Rayn menjatuhkan kotak cokelat itu. Semua orang yang disana pun terkejut, tak terkecuali Airin. Melihatnya Airin hanya mampu menutup mulutnya berusaha tidak menangis di tempat. Cokelat yang dengan sengaja ia buat untuk Rayn dengan sepenuh hati, saat ini telah jatuh berserakan karena perlakuan orang itu sendiri. Airin benar-benar tidak kuat melihatnya, lalu Airin pergi meninggalkan drama yang menyesakkan itu.
(Flashback off)
***
Keesokan harinya, setelah drama putusnya Airin dengan Brian, lantas Airin memutuskan utnuk melanjutkan hidup dan memulai sesi pemotretan seperti biasa. Sudah menjadi kebiasaan jika sebelum pemotretan di mulai, Airin akan menyeduh teh kesukaannya dan tak jarang pula dia turut membuatkan untuk teman-teman kru lainnya, ah Airin memang aktris yang sangat baik.
Disinilah Airin di dapur tempat pemotretan, gadis ini tengah sibuk mengaduk minuman yang berada di depannya. Gadis itu tampak menikmati apa yang sekarang sedang dia lakukan. Namun hal itu tak berlangsung lama karena ia merasa ada seseorang yang tengah berdiri sangat dekat di belakangnya. Ia bahkan mampu merasakan hembusan nafas dari orang itu.
" Apa yang kamu lakukan ? ", tanya orang itu.
Kemudian Airin pun menghentikan aktivitasnya. Lalu ia membalikkan badan dan tersentak karena mendapati dirinya berada sangat dekat orang itu.
"R-rayn ?"
Yang disebut namanya hanya memandang lurus Airin.
" A-aku, aku sedang membuatkan minuman untuk teman-teman kru. " Jawab Airin susah payah sambil memudurkan dirinya agar tercipta jarak antara dirinya dan Rayn.
"Kau disini dibayar untuk menjadi artis, bukan pembuat minuman hmm", ucap Rayn dengan suara beratnya.
" Tak apa, aku senang melakukannya " Kata Airin sambil tersenyum.
" Orang baik dan orang gampangan beda-beda tipis "
" Apa ? "
" Oh ya, bagaimana dengan mantan pacarmu ? Tck, kau tidak terlihat sedih karena putus dengannya "
" Itu bukan urusanmu. Ah, kenapa kau tidak pergi saja ? Kau menggangguku "
Airin hendak melanjutkan kegiatannya membuat minuman, namun tiba-tiba Rayn mencekal tangan Airin. Airin meringis kesakitan karena cekalan Rayn lumayan kencang.
" Kau yang selalu mengganggu ku, kau selalu mengusik hidupku !" Rayn terlihat menahan emosinya.
" Kau... terlalu mudah bagi orang lain, dan aku membenci itu", suara Rayn mulai melunak. Cengkeraman di tangan Airin pun mulai mengendur, sedangkan Airin masih diam dan menatap Rayn menantikan untaian kata yang siap keluar dari bibir Rayn.
" Kau... Tidak bisa kah kau juga lebih mudah bagi ku ?"
Bersambung....