Pagi-pagi sekali aku mendapat telpon dari rumah sakit kalau Woojin sudah sadar dari komanya. Betapa bahagianya aku mendengarnya. Sesegera mungkin aku dan Lala langsung berangkat ke rumah sakit. Kini aku dan Lala sudah berada di rumah sakit dan kami langsung menuju ke ruang ICU. Untungnya kami sempat bertemu dengan dokter yang menangani Woojin.
" Gimana keadaan Woojin dok? ", tanyaku
"Syukurlah, Pak Woojin sudah sadar dari komanya tetapi kami masih harus memeriksa kondisi badannya secara keseluruhan dan baru lusa bisa dipindahkan ke kamar inap"
"Apakah kami bisa menjenguknya dok?"
"Tentu saja boleh, tetapi satu-satunya ya"
"Baik dok, sekali lagi terima kasih banyak dok"
"Sama-sama"
"Kamu aja yang masuk duluan Lu, aku nunggu di luar aja"
"Sungguh La? Nggak apa-apa aku yang masuk duluan", ujarku yang merasa tidak enak karena harus masuk duluan, bagaimanapun Lala masih pacarnya
"Iya Lu, masuklah"
"Makasih ya La"
Akhirnya aku masuk ke ruang ICU dan aku melihat Woojin sudah sadar tetapi tatapan matanya kosong.
" Woojin", ujarku menyapanya
"Lulu", sahutnya lirih sambil melihat ke arahku
"Syukurlah Woojin akhirnya kamu sadar juga. Terima kasih Tuhan", ujarku tanpa sadar memeluknya sambil menangis
"Aku dimana Lu? Kamu kenapa nangis?", tanyanya masih dengan suara lirih sambil menatap mataku
"Kamu sekarang di rumah sakit Woojin. Kamu sudah lama koma"
"Kamu kemana aja Lu? Kenapa kamu menghilang? Kamu marah sama aku? Aku sayang dan cinta sama kamu Lu", tanyanya sambil memegang tanganku
"Ssst, jangan banyak bicara dulu. Maafkan aku"
"Jawab pertanyaanku dulu Lu. Kenapa kamu minta maaf, harusnya aku yang minta maaf. Kamu masih sayang dan cinta sama aku khan?"
"Nanti setelah kamu dipindahin ke kamar inap, aku akan cerita semuanya, sekarang yang penting kamu cepat sembuh. Aku nggak bisa lama ya, ada Lala di luar. Gantian ya. Lala juga ingin melihat kamu"
"Lala? Lala sudah tau semua tentang kita Lu, aku sudah menceritakan semua sama Lala dan dia kelihatan sangat marah sama aku Lu", ujar Woojin dengan nada lirih dan sedih
"Tenang Woojin, kamu nggak boleh capek dulu. Iya, Lala sudah menceritakan semuanya padaku dan Lala merasa sangat bersalah menyebabkan semua ini"
"Terus? Apakah Lala menyakiti kamu?"
"Aku dan Lala kini sudah menjadi saudara. Lala menyetujui hubungan kita Woojin"
"Sungguh Lu? Sungguh Lala menyetujui hubungan kita? Berarti Lala dan aku sudah resmi putus, iya khan?, tetapi bagaimanapun aku tidak enak sama Lala. Aku merasa mengkhianati hubungan kita"
"Kalau kamu merasa nggak enak sama Lala, haruskah aku yang mundur? dan membiarkan cinta kalian bersatu lagi?, karena bagaimanapun aku juga bersalah disini"
"Kamu kok bicaranya seperti itu. Aku mohon Lu jangan pernah tinggalin aku ya, aku hanya sayang dan cinta sama kamu"
" Iya, aku tau. Aku juga sayang dan cinta sama kamu Woojin. Sekarang yang penting kamu sehat dulu. Udah ya, biar Lala masuk dulu, banyak yang mau Lala omongin sama kamu"
"Lu, tapi nanti kamu masuk lagi khan"
"Iya, paling nanti aku masuk lagi, karena nggak bisa lama-lama dan sering-sering di ruang ICU ini"
"Aku jadi pengen cepat-cepat keluar dari rumah sakit"
"Eitz, belum boleh. Lusa juga kamu masih harus dipindahkan ke kamar inap"
"Aaargh, lama juga"
"Ya udah aku keluar ya"
Kemudian aku menyuruh Lala untuk gantian masuk, pasti banyak yang ingin Lala dan Woojin omongin dan aku memilih untuk menunggu di luar. Dalam hati berkali-kali aku mengucapkan syukur sama Tuhan, kalau Tuhan mendengarkan doaku dengan membuat Woojin sadar dari komanya.
Tidak terasa dua hari sudah berlalu dan hari ini Woojin dipindahkan ke kamar inap. Aku mengurus semua administrasinya dengan memilih kamar vvip untuk Woojin. Awalnya Lala menolak dengan menyuruh aku memilih di kamar biasa aja, tetapi aku tidak mau. Pokoknya aku mau Woojin mendapatkan perawatan yang bagus supaya cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit. Dengan perdebatan yang lumayan, akhirnya Lala menyetujui keputusanku.