Dengan jarak hampir dua meter, kami berjalan dengan posisi dia memimpin di depan dan aku mengikuti dari belakang. Gadis yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama, semenjak mencium aroma strawberry yang menguar dari tubuhnya. Keyra, nama yang sesuai dengannya. Cantik.
Apa ini waktu yang tepat untuk menyatakannya?
Aku memandang resah kearahnya, dia hanya memakai celana jins panjang dengan t-shirt polos bertuliskan 'Nope!', bukan karena tulisan yang tertera di bajunya, melainkan hawa dingin yang mulai terasa menusuk tulang.
"Apa kau tidak kedinginan?" tanyaku dengan kedua tangan terangkat memeluk kedua lenganku sendiri yang mulai kedinginan. Lihatlah, dia terus berjalan dan acuh tak acuh dengan pertanyaan yang aku ajukan.
"Sejujurnya aku tidak menyukai musim dingin, karena aku tidak bisa dengan bebas merasakan dunia yang ada disekelilingku." lanjutku memulai percakapan setelah tidak ada satupun dari kami yang berbicara.
"Karena pada saat itu, semua jendela yang aku lihat sedang tertutup rapat. Yah, mungkin berharap dapat menahan dinginnya suhu dihari itu." tambahku dan aku melihatnya masih berjalan, tidak menoleh ke belakang sedikit pun untuk melihatku.
"Dan kau tahu, aku suka musim semi, musim panas dan musim gugur karena itu membuat mereka membuka semua jendelanya." mungkin kata-kataku terlihat sedikit membosankan atau bahkan tidak menarik untuk dijadikan bahan obrolan saat aku sadar dia masih melenggang pergi, sedikit demi sedikit.
Aku berhenti.
Menatap sosoknya sampai agak jauh, memikirkan semua hal saat bersamanya, mengingat semua kebersamaan yang pernah kami lalui. Aku tidak bisa membendung perasaanku lebih lama lagi.
"Dan itu berlaku juga untukmu." teriakku.
Semilir angin langsung berhembus ditengah kebungkaman kami. Aku melihatnya berhenti dan tidak beranjak dari tempatnya.
"Kau membiarkan jendela itu terbuka, membuatku bisa mencium aroma masakan yang sedang kau buat. Aku bisa mencium aroma rempah masakanmu yang berasal dari dalam sana dan aroma beras yang baru dimasak." kataku perlahan berharap dia mencerna semua perkataanku yang sedikit ambigu.
Apa aku terlihat seperti meminta makanan?
"Dihari saat terjadinya hujan, aku bisa melihatmu yang sedang mengulurkan tangan untuk dapat merasakan air hujan yang terjatuh dari atas langit." lanjutku sebelum Keyra memikirkan yang tidak-tidak. Aku bisa melihat bahwa Keyra justru menundukkan kepalanya.
Aku berjalan mendekat. Saat aku menaruh kedua tanganku di pundaknya, aku bisa merasakan tubuhnya sedikit bergetar. Refleks aku memeluknya dari belakang, berharap dapat memberikan rasa tenang padanya yang mulai terisak.
"Jangan menangis, kau tahu jika aku tidak menyukainya." ucapku dalam saat dia masih saja terisak dalam tangisnya. Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan.
Benar, ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakannya!
"Aku hanya ingin berada disisimu dalam waktu yang lama. Mungkin sebagian jejakku, layaknya jejak topi itu. Apakah jejakku juga bisa ada disana?"