Daun-daun kering berterbangan terkena angin yang cukup kencang itu. Swan berada di kantin kampus sambil melamun dan merasakan kulitnya terkena angin dingin.
Seminggu lebih, dia tidak mendapat kabar dari Isla. Swan juga tidak menghubunginya membiarkan Isla untuk sendiri dulu.
Swan jadi teringat awal pertemuannya dengan Isla. Mereka berdua sekampus, hanya saja Isla jurusan sastra inggris sedangkan Swan mengambil jurusan desain komunikasi visual bisa disebut (DKV).
Tiga tahun lalu awal pertemuan mereka, dimana Swan menemukan Isla sedang menangis kecopetan dompet di stasiun kereta bawah tanah. Swan tidak tega melihat Isla menangis kehilangan dompetnya.
Tidak tega ya? Malah sekarang membuatnya menangis, bukan karena kehilangan dompet, tapi karenaku.
"Kau ngapain? Daritadi muter-muterin jarimu di atas minuman kalengmu"
Swan melihat Bill teman akrabnya duduk di sebelah dengan membuka laptopnya berlogo pineapple itu.
"Mikirin Mora ya? Atau Isla?" Tebak Bill dengan tertawa.
"Aku masih cinta dengan dua perempuan itu" Swan melihat taman kampus depannya.
"Tidak semua pria tampan sepertimu rakus Swan"
"Bukan masalah rakus Bill, hatiku mengatakan untuk tidak meninggalkan mereka berdua"
"Dari sini merasa paling disakiti Isla, kau jahat sekali. Ingatlah Mamamu, maka kau akan ingat mereka berdua, kau sama sekali tidak tegas" Bill merasa kasihan dengan Isla dan Mora mencintai seorang pria yang tidak tegas.
"Tapi gimanapun Isla lah yang paling sakit, karenamu Swan. Dan, kalau aku suruh milih lebih baik Isla dari Mora yang manja" imbuh Bill
Swan menghela nafasnya dengan berat "Kau tak tahu perasaanku Bill"
"Tentu saja aku tidak tahu, karena hatimu ada di tubuhmu sendiri mana mungkin hatimu di tubuhku"
"Nggak lucu Bill" ucap Swan datar.
"Aku nggak bilang lucu, pikiranmu aja perlu dilurusin. Jangan ada penyesalan dengan apa yang kau perbuat Swan. Karena dunia itu tiap tingkah laku dan perbuatan kita, akan ada timbal-baliknya"
Seperti inilah Bill memiliki sisi dewasa dan tegas, walaupun Bill sering sekali dibilang ramah banyak yang mengidolakannya, dia berhati-hati pada perempuan agar tidak menyakiti perempuan. Menyakiti perempuan sama saja menyakiti seorang ibu menurutnya. Makanya Swan suka nyaman tiap kali ada masalah bercerita pada Bill, walaupun kata-kata Bill pedas Swan menerimanya.
"Aku rasa memang harus berubah"
"Dari zaman nenekku lahir sampai punya cucu kayak aku, kau nggak ada perubahan"
Swan tertawa karena ucapan Bill. "Aku jalani kayak gini dulu Bill, perlahan saja dan saat itulah aku menentukan salah satu dari mereka"
"Memang Isla mau sama kau lagi? Kalau dia punya cowok lain gimana?"
"Memang aku pilih Isla?"
"Kau pilih anak manja itu?" Bill tidak habis pikir dengan tingkah laku Swan.
"Nggak tahulah, aku pusing mau pulang ada ujian ntar"
"Tumben mikirin ujian biasanya kabur" ejek Bill.
"Mau lulus Bill, nilaiku E nanti nggak lulus yudisium dan balik kuliah lagi"
"Yah gapapa, ortumu kan kaya dan manatahu ntar ketemu adik kelas bisa kau jadikan cewek ketigamu"
"Kau menyindirku ya?"
Bill tertawa.
"Pikirkan perasaan mereka Swan"
"Aku akan menemui Mora"
Bill mengerut keningnya. "Ngapain?"
"Entahlah, dia minta aku temani ke apartementnya"
Bill sangat kesal dengan Swan. "Ckckck, aku ngomong tadi kayak nggak guna"
"Aku mau ngomong Bill, makanya kesana"
"Ngomong atau menemaninya tidur?"
"Urusin saja kehidupanmu!"
Bill semakin menertawakan Swan yang kesal.
"Serahmu Swan"
Swan merasa bahwa dirinya memang jahat, tapi dia tidak tega untuk menolak Mora.
¤¤¤
Isla menggenaikan syal pink sambil berjalan menuju caffe, ada janji dengan temannya.
*Dingin sekali, ngapain nggak pake mantel saja*
Dia menggosok kedua tangan berkali-kali agar terasa hangat. Mulut mengeluarkan uap dan memang 17 derajat cuaca hari ini.
Isla menghentikan langkahnya secara tiba-tiba, pasalnya caffe yang akan dia datangin, ada Swan dan Mora baru masuk ke dalam.
Dia memutar arah dengan meremat tali tasnya berjalan lagi ke apartement.
Kenapa dia ada di sini? Merusak suasana hatiku?
Hatinya terasa semakin sakit dan perih, menahan untuk tidak menangis, nyatanya menangis lagi.
"Kau memang brengsek Swan!"
aku udah baca ceritamu sampai chapter 4 . Awalnya aku pikir ini bakalan cerita cinta segitiga ala-ala sinetron gitu, tapi ternyata nggak. ini beda dan suka juga lho dengan karakter yang ada dalam cerita ceritamu. tadi ada typo sedikit sih pas aku baca.
Comment on chapter 03semangat buat lanjutin....
Oh iya kamu juga boleh lho kasih saran ke ceritaku aku tunggu ya kritik dan saran mu terimakasih.