“Selamat pagi Niel.” Kata Ziggy membangunkanku
Aku kaget dan hanya memandang jam di layar pada dinding kamar. Layar dengan gambar rerumputan dan suasana tenang tertutupi oleh notifikasi pesan. Ada sembilan pesan dari kantor serta dari Nona Yami. Aku segera merubah layar dengan tampilan ganda dan memilih lagu tenang untuk meredakan kegelisahanku. Beberapa pilihan lagu relaksasi untuk menenangkan diriku dari mimpi buruk. Beberapa gambar dari video yang kulihat terngiang di kepalaku. Kepalaku terus mengingat mata Rahu, mata sang Pelahap Dunia. Monster yang mampu memakan bintang.
“Apa tidurmu nyenyak?” tanya Ziggy seolah tidak terjadi apa-apa.
“Kau pasti bercanda bertanya seperti itu.”balasku sambil memegang kepalaku.
“Apa mata itu melihatmu terus?” tanya Ziggy sambil mengambil pistol plasma.
“Aku melihatnya bahkan di dalam mimpiku. Ini mengerikan. Bahkan video saja bisa membuat kita mati karena stress.” Jawabku mengeluh.
Sejenak aku terdiam melihat pesan nona Yami. Nona Yami menginfokan akan ada beberapa orang yang mau bertemu dengan diriku dan Ziggy. Aku seakan ragu dengan pilihan ini. Ziggy juga terlihat tidak stabil dan mulai kehilangan keseimbangan pikiran. Pikiran kami seperti dalam gelap dan berhadapan dengan seekor hewan buas dengan mulut menganga. Kondisi seperti ini secara terus menerus bisa menghabiskan kemampuan otak. Harus ada obat untuk hal ini.
“Zigg. Nona Yami ingin kita bertemu dengan temannya. Kau ikut?” tanyaku sambil membuka sebotol minuman ZipZap. Kuharap ini bisa memberi tenaga ke otakku yang lelah.
“Aku akan ikut. Aku perlu solusi untuk tidurku.” Jawabnya meringkuk di bawah meja.
Aku paham dengan penderitaannya. TIdak bisa tidur nyenyak selama tiga hari berturut-turut. Terngiang dengan gambar buruk setiap waktu. Akhirnya otakpun lelah dan memilih mengakhiri hidup. Mungkin inilah yang disebut senjata terkuat yang disebut-sebut bisa mengakhiri makhluk hidup. Sebuah kemampuan hewan alien yang mempengaruhi otak makhluk lain dan mengisinya dengan ketakutan.
“Berikan aku itu.” Kata Ziggy mengambil ZipZap berwarna biru.
Aku tidak tahu apakah minuman dengan tingkat elektrik tinggi seperti ini bisa membantu. Paling tidak otakku dan Ziggy bisa sedikit terbangun, walaupun harus merasa tergelitik karena setrum listrik kecil setiap meminumnya.
“Aku akan bersiap dan berangkat.”
“Nona Yami tahu tentang apa yang kita alami kan?” tanya Ziggy dengan matanya yang terbuka lebar.
“Aku belum memberitahu dia. Kita mungkin bertemu orang lain yang lebih ahli.”
Aku terpaksa menyeret Ziggy dari bawah meja dan menariknya menuju keluar rumahku. Mobilku sudah terpampang di depan rumah. Aku terus memperhatikan sekitar dan mobilku apakah ada hal aneh yang sudah terjadi. Sepertinya tidak ada perubahan malam ini. Malam yang lalu aku menemukan beberapa bulu gagak. Entah apapun itu kelihatannya mengintai rumah ini. Untungnya sedikit perisai transparan bisa membantu. Apapun itu yang masuk akan langsung musnah oleh robot bersenapan laser di atas atap rumahku.
“Niel, kita lebih aman bila di rumah kan?” katanya
“Kita selalu izin datang siang dan pulang cepat di kantor. Kita harus mencari solusi Zig. Atau kau mau kita diberhentikan dengan tidak hormat?” tanyaku sambil mendorongnya masuk ke mobil.
Ziggy akhirnya menurut dan duduk dengan lebih tenang. Dirinya seperti hewan yang berada di sekitar kandang singa, atau lebih tepatnya kelinci di tengah-tengah kumpulan hewan buas. Bergetar dan takut untuk melihat keluar. Perlahan tangan dan kakinya memegang tempat duduk dan dirinya menengok kecil dari jendela. Aku benar-benar tidak paham apa yang terjadi dengan diriku dan Ziggy.
Tidak lama Yami mengirimkan lokasi pertemuan. Peta menunjuk ke lokasi Slump District. Agak jauh dari Bullet Gym terdapat sebuah pasar bernama Bolt Market. Di antara lapak yang berjejer akhirnya kami bertemu dengan seorang bapak tua dengan rambut keriting dan berbadan gelap bertangan robot. Bapak ini berjaga sambil bermain dengan gadget nya.
“Permisi apakah ini benar dengan Black Magic Shop?” tanyaku kepada bapak itu.
“Betul. Dan anda adalah orang dari Aegis? Petugas keamanan?” tanyanya menunjuk pada jaketku.
“Benar, kami mendapat info dari Nona Inayami untuk ke tempat ini.”
“Benar. Perkenalkan, nama saya Frans. Frans Comau. Mari ke dalam.”
Segera tuan Frans berdiri dan menggunakan tangan kanan robotnya membuka pintu belakang toko. Terdapat begitu banyak barang di dalamnya. Semua berjejer tertata rapih. Lalu Frans memasukkan pin kode pada layar di dinding. Seluruh barang kemudian turun ke bawah dan digantikan dengan lemari dan meja rapat. Seketika ruangan gudang berubah menjadi ruang rapat sederhana. Bapak tua Frans ini mungkin mantan agen Aegis juga.
“Jadi bagaimana Nona Yami dan anda saling mengenal?” tanya Ziggy
“Jangan terburu-buru. Kita duduk dulu dan menunggu Nona Yami datang. Ada dua temanku yang lain.”
Ziggy terus memperhatikan pak tua. Tuan Frans duduk terdiam dan menunggu dengan sabar. Ziggy yang merasa penasaran lalu bertanya tentang beberapa barang yang terpajang di depan toko. Tuan Frans hanya mengangguk mengiyakan Ziggy. Selebihnya dia bercerita asal souvenir dan di mana tempat pembuatannya. Akhirnya muncul pertanyaan Ziggy tentang tangan si pak tua.
“Bagaimana ceritanya hingga anda menggunakan tangan robot?”
Pak tua Frans hanya tertawa dan kemudian menunjukkan merk pada lengan kanannya. Tercetak dengan huruf tebal AEGIS.
“Anda adalah mantan pasukan khusus?” tanyaku terkejut.
Tuan Frans mengangguk tertawa.
“Aku sempat bekerja di tempat yang berbahaya. Lalu aku kehilangan lengan kananku di sebuah misi. Akhirnya aku harus pensiun dengan kondisi seperti ini. Paling tidak perusahaan cukup baik memberikanku barang ini.”
Tiba-tiba terdengar suara bel. Tampak dari kamera CCTV Nona Yami dan dua makhluk di luar pintu. Yang pertama memiliki badan seperti dari batu berlian. Yang kedua seperti sekumpulan rumput dan tanaman dari rawa. Tuan Frans terlihat biasa saja dan tidak terkejut.
“Ssi.. Siapa mereka?” tanya Ziggy terkaget.
Pintu masuk ruangan terbuka dan masuklah Nona Yami dan kedua temannya. Sang alien berbadan berlian duduk di sofa pada pojok ruangan. Alien berbentuk tanaman hanya berdiri di sebelahnya dan diam saja. Di tengah badannya terdapat sebuah topeng dengan corak motif.
“Bagaimana kabar kalian?” tanya Nona Yami tersenyum
“Cukup baik.” Jawabku
“Baik dan tidak tidur beberapa hari. Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Ziggy.
“Mungkin sedikit gangguan frekuensi. Tenang saja hanya perlu beberapa hari menyesuaikan diri kalian dengan keadaan.” Jawab Nona Yami santai.
“Aku perlu penjelasan lebih detail.” Balasku memaksa.
“Kita perlu tahu apakah mereka sanggup terlibat.” Kata si alien berlian.
“Baik tenang dulu. Sebelum menjawab semua pertanyaan kalian, aku ingin kalian mengenal tim baru kalian. Orang tua di belakang kalian adalah Tuan Frans Comau. Pemimpin dari tim ini.”
Ziggy terkaget dan segera tertunduk malu. Segera Ziggy meminta maaf dan tuan Frans membalas dengan tawa. Perkenalan berikutnya adalah kedua alien yang sangat unik. Yang bertubuh berlian adalah Alpha dan yang bertubuh tanaman rawa adalah Fidelis. Topeng Fidelis memberi kesan seakan ada wajah di tubuh tanamannya. Yang tidak kukira adalah keduanya bisa bicara seperti makhluk hidup. Keduanya memancarkan gelombang suara sehingga pikiran mereka bisa terdengar. Alpha memiliki suara yang sedikit menggema dan terdistorsi sementara Fidelis bersuara mendesis dan berkoar seperti reptil buas. Keduanya seakan memiliki kemampuan yang berbahaya.
“Sesuai instingmu Niel. Haha, kau harus lebih santai. Mereka hebat tetapi tidak berbahaya seperti Fornax. Walaupun begitu mereka jauh lebih kuat dari Fornax.” Tawa Nona Yami.
Aku terkejut Nona Yami tahu dengan gelagat tangan kananku yang mendekat ke pistol di pinggangku. Posisiku yang duduk seharusnya bisa membuat tanganku tersembunyi. Mereka jelas jauh lebih hebat dari yang kukira. Semoga semua baik – baik saja.
“Baik jadi apa penjelasan untuk kami?” tanya Ziggy
“Kalian melihat dan menyesuaikan frekuensi dari kegelapan.” Kata si alien berlian.
“Alpha! Jangan membuat mereka takut! Aku menganggap mereka sebagai teman.” Kata Nona Yami.
“Rrrr… Aku pikir kita perlu memberitahu mereka bahwa mereka sama seperti kita.” Kata Fidelis sambil membesarkan badannya.”
“Sama dalam hal?” tanya Ziggy bingung.
Alpha lalu menunjukkan sebuah alat deteksi. Dari alat kemudian muncul sebuah petunjuk dan pembacaan kondisi tubuh dari diriku dan Ziggy. Tampilan menunjukkan bahwa aku dan Ziggy memiliki sebuah anomali pada bagian otak. Ada beberapa bagian yang menurut mereka mengalami perkembangan. Menurut mereka aku dan Ziggy mulai peka atau sensitif terhadap sinyal dan gelombang dari alien yang bersifat memangsa. Sebuah insting yang dimiliki otak yaitu membedakan predator atau bukan. Alpha menjelaskan bahwa ada planet di luar sana yang disebut Tartarus. Planet yang dihuni sekumpulan makhluk pemangsa dengan sebutan Black Dawn. Bernama demikian karena datangnya monster dari planet Tartarus menandakan munculnya era kegelapan bagi kehidupan di planet lain. Era di mana kengerian predator menghantui planet yang bertarung dengan monster.
“Jadi Rahu juga berada di planet itu?” tanyaku berkeringat dingin.
“Rahu hanya salah satu yang besar. Kami pernah melawan sesuatu yang lain. Monster yang aneh.” Jawab Alpha sambil membuka beberapa gambar tulisan kuno.
Alpha lalu menjelaskan tulisan di gambar kuno tersebut. Di planet mereka pernah terjadi kiamat yang menyebabkan musnahnya planet. Kemusnahan karena inti planet yang dilahap oleh sebuah material hitam seperti cairan. Seluruh planet berubah menjadi dingin dan kemudian membeku. Seluruh penghuni kesulitan bergerak dan akhirnya kehidupan berhenti. Alpha adalah salah satu yang selamat dari serangan Black Dawn. Planet mereka dimakan oleh Gorg Sang Lumut Hitam. Perlahan Gorg menyelimuti seluruh dataran planet dan kemudian berkumpul menjadi satu. Setelah cukup besar Gorg akan memiliki kemampuan berpikir lalu memakan inti planet. Perlahan Gorg akan memakan dan mengambil mineral planet. Pada akhirnya planet menjadi segumpal bola hitam dan dari sanalah bermula ekosistem predator kegelapan. Muncul segala monster mengerikan dari tanah. Monster itu adalah hasil buatan Gorg. Monster itu akan membuat ekosistem mereka dan berkembang menjadi peradaban yang maju.
“Aku tidak percaya ada sesuatu seperti itu.” Kataku sambil mengganti tampilan layar.
“Aku melihatnya sendiri. Dan Gorg tidak boleh sampai ada di planet lain. Di manapun.” Jawabnya menunjuk Fidelis.
Fidelis kemudian membuka bagian tengah badannya. Dari kumpulan semak belukar terdapat sebuah artefak kuno. Sebuah pecahan batu dengan warna hijau mengkilap. Fidelis lalu menggeram dan menggenggam batu dengan tangan rumputnya. Seluruh akar dari kakinya menancap pada tanah dan sebuah bunga muncul dari tangannya yang lain. Nona yami memintaku dan Ziggy memakan bunga itu. Sekejap seluruh gambaran planet dari Fidelis tampak di kepalaku. Kemudian sekilas terlihat sebuah bola hitam yang menyelimuti planetnya. Aku terkaget dan terjatuh dari kursiku. Aku bisa melihat pengalaman Fidelis secara nyata.
“Apa barusan itu sebuah halusinasi?” tanyaku pada Nona Yami.
“Dia memberimu sensasi seperti pengalamannya. Di kedokteran Aegis menyebutnya Neural Fruit.”
“Aku bisa melihat apa yang dialami kalian?!” teriak Ziggy terkaget dan terjatuh terjerembab.
Setelah semua penjelasan itu Nona Yami lalu memberi waktu untukku dan Ziggy beristirahat sejenak. Aku dan Ziggy merasakan seluruh tubuhku semakin berat. Alpha lalu menunjukkan bahwa otak kami semakin sensitif pada gelombang yang dikeluarkan monster Black Dawn. Bahwa kami sama seperti mereka memiliki kemampuan yang sama. Bahwa di dunia ini telah tercipta golongan seperti kami yang berevolusi untuk menghadapi Black Dawn.
“Sekarang menjadi pilihan bagi kalian yang sudah cukup tahu. Apakah kalian akan bergabung dengan kami atau tidak?” tanya Alpha.
“Aku tidak tahu.” Jawabku sambil memegang kepalaku.
“Mereka yang mampu akan bertarung melawan yang mampu.” Kata Fidelis.
“Artinya monster akan tertarik pada kalian karena kalian mudah merasakan kehadiran mereka.” Kata Nona Yami.
“Kenapa harus kami?” tanya Ziggy
“Tidak ada yang tahu. Bahkan kamipun tidak tahu bahwa kami bisa melawan Black Dawn. Pertanyaan besarnya apakah kalian mau?” Jawab Alpha.
Aku dan Ziggy kemudian setuju. Nona Yami mengingatkan bahwa pertemuan kami dengan Fornax bukanlah kebetulan. Sebuah daya tarik bagi monster untuk memangsa yang sama kuatnya dengan mereka. Predator akan menyingkirkan penghalang untuk bisa menguasai sebuah wilayah.
Alpha dan Fidelis kemudian berkata bahwa mereka senang mendapati rekan kerja baru. Bagiku dan Ziggy adalah sebuah petaka besar yang menanti di hadapan kami. Aku dan Ziggy hanya terduduk lemas di mobil. Ziggy masih tidak bisa merasakan kakinya.
“Zig, kupikir jalan kita akan semakin keras ke depan.” Kataku padanya.
“Betul Niel, dan jangan lupa dengan apa yang mereka katakan. Aku mulai berhalusinasi.” Katanya
“Kalau begitu mobil dalam posisi autopilot.”
“Jangan sampai menabrak hewan di sana.” Katanya lirih
“Tunggu! Di mana?”
Ziggy kemudian terlelap dan tertidur. Mungkin pengaruh obat yang diminum sebagai penahan rasa sakit dari memakan bunga dari Fidelis. Yang membuatku bertanya adalah apa yang Ziggy lihat. Aku tidak menemukan apapun di kejauhan. Aku harap ini hanya halusinasi Ziggy saja.
Imajinasi si penulis ini sungguh tak terbatas. Banyak sekali istilah2 teknologi dan nama2 monster yg disebutkan. Herannya mengapa si penulis bisa bgt memplot2kan banyak nama jalan, serta kondisi dari setiap pemain di cerita ini pun juga dijelaskan dengan detail perannya sebagai apa. Recomended sih ini buat dibaca, bagi pecinta cerita aksi dan fantasi. Good Luck ya untuk Autor. Ditunggu chapter berikutnya
Comment on chapter Dark Portal : The Pathfinder