9.5 Valentine’s Day
Burung hantu sudah keluar mencari mangsa, saatnya bulan menggantikan matahari. Varo berjalan malas ke minimarket terdekat dengan motornya. Mamanya benar-benar pemaksa. Entah apa yang ada dalam pikirannya hingga terbangun di tengah malam, ingin makan mi instan.
"Untung saja, aku anak yang berbakti pada orangtua. Kalau tidak, aku tidak akan menghiraukannya." Varo mendesah lelah. Dia sudah tertidur lelap dan akan terbangun saat pagi. Sayangnya, mamanya mengacaukan rencananya. Padahal, Varo sangat kelelahan setelah bermain bola dengan anak-anak kompleks.
"Selamat datang di Indomaret," sapa pegawai yang sedang bekerja. Varo tersenyum dan mencari barang yang diperlukannya.
"Sepertinya dua bungkus Indomie sudah cukup." Matanya terhenti di bagian cokelat. "Oh, ya, besok 14 Februari." Varo memutuskan untuk tidak membeli cokelat.
"Totalnya enam ribu rupiah. Ada yang mau ditambah lagi?"
Varo menggeleng sambil memberikan sepuluh ribu pada pegawai itu.
"Karena besok valentine, semua pembelanjaan di atas jam 10 malam akan diberikan cokelat batangan secara gratis. Terima kasih."
Varo keluar dari minimarket dengan bingung. "Pada siapa harus kuberikan cokelat ini? Saat pertama kali melihat cokelat, yang terpikirkan adalah Claire. Namun tidak mungkin aku memberikannya padanya. Itu memalukan."
π
Varo sampai di sekolah dengan gugup. Dia membawa cokelat yang hendak diberikan pada Claire. "Kapan waktu yang tepat? Tidak mungkin aku langsung masuk ke dalam kelasnya dan memberikannya. Itu akan mempermalukannya dan diriku," gumamnya.
Varo terduduk di bangkunya yang sudah penuh akan cokelat dan bunga, serta ucapan dari para penggemarnya. Varo memasukkan semuanya ke dalam kantong, hendak diberikan pada mamanya saja.
"Varo, lo ada beli cokelat? Untuk siapa?" tanya teman sebangkunya.
Wajah Varo memerah. "Untuk apa gue kasih tahu? Hah," geram Varo menahan malu. Terdengar suara ejekan dari temannya. Memang tidak biasa Varo salah tingkah seperti ini.
Claire sampai di depan kelas Varo. "Sepertinya aku terbawa bukumu," kata Claire sambil memberikan buku catatan milik Varo. "Maaf lupa mengembalikan."
"Oh, ya." Varo mengambilnya sambil mengontrol degup jantungnya. "apa sekarang saatnya untuk memberikan cokelat itu?"
"Uhm, anu," kata Varo. Sayangnya, Claire sudah hilang dari pandangan. "Bukan sekarang."
π
"Ngapain?" tanya Lala yang memergoki Varo sedang mengikuti Claire. Di tangannya ada cokelat yang masih belum diberikan.
"Ngapain di sini," seru Varo.
"Ada yang mencurigakan. Lo pasti mau kasih cokelat ke seseorang, kan?" tebak Lala.Wajah Varo merah padam. "Biar gue tebak. Orang itu adalah Claire. Benar, kan?"
"Ti ... tidak mungkin Claire."
"Ayolah, gue daritadi mengikuti lo. Dengan mudahnya bisa gue simpulkan kalau lo suka sama Claire." Lala tersenyum menang. "Ayo, gue bantu kasih cokelat ini."
Sesaat kemudian, mereka menatap kepergian orang yang dimaksud. "Sepertinya aku tidak bisa memberikan cokelat ini pada Claire," pikirnya sedih. "Gue pulang duluan."
Varo masuk ke dalam mobilnya dengan sedih. Dia benar-benar kecewa atas dirinya yang pengecut. "Sepertinya bukan kali ini."
π
"Varo pulang," sapa Varo pada mamanya yang pasti menunggu kepulangannya.
"Hai, Varo. Ada Claire, nih." Ucapan mamanya membuat Varo mengangkat wajahnya dan melihat Claire sedang minum teh bersama mamanya. "Tadi mama minta dia datang. Di rumahnya sedang tidak ada orang. Kan, kasihan kalau dia sendirian di rumah, merayakan valentine sendirian."
Varo tak mampu berkata-kata. Ini bisa menjadi kesempatan lain untuknya.
"Mana cokelat yang kamu terima hari ini. Taruh di tengah, kita makan bersama," pinta mama Varo. Mata Claire berbinar menatap cokelat yang tersedia di depannya. Bisa dibilang dia pecinta cokelat.
"Oh, saya ada bawa cokelat juga, tante." Claire mengeluarkan sebungkus snickers dan memberikannya pada Varo dan mamanya.
Varo memberikan pula cokelat yang ingin dia berikan. "Ini untuk kamu."
"Punya gue mana?" tanya sebuah suara di belakang Varo. Varo membalikkan badan dan melihat Lala berada di belakangnya.
"Hai," katanya.
"Bagaimana lo bisa di sini?" kejutnya.
"Gue masuk ke bagasi lo. Saking kecewanya karena ehem, lo sampai tidak menyadari gue masuk ke dalam bagasi. Memang sih, tidak ditutup rapat," cerita Lala, "tahu tidak, Claire? Varo berulang kali menyesali sesuatu. Dia bilang—"
Varo menutup mulut Lala sambil melotot. "Jangan beritahu itu padanya," bisiknya. Lala hanya tersenyum miring.
"Lala, kamu ikut makan cokelat, yuk. Ada banyak, nih," kata mama Varo pada Lala. Sepertinya mereka sudah saling mengenal. Varo dan Lala pun terlihat dekat. Claire tersenyum melihat teman-teman yang dia miliki saat ini.
Dia tak menyadari kalau Varo juga merasa senang akan kehadiran Claire, juga karena telah berani memberikan cokelat padanya. "Ini benar-benar hari valentine yang berkesan untukku," pikirnya.
Claire menatap Varo, seakan bisa mendengar suara pikiran Varo. "Kalau tidak salah, dia berkata sesuatu tentang senang akan kehadiranku. Apa maksudnya?"
π