Warning :
Kalian akan menemukan banyak filter shuojo (imajinasi remaja cewek) dan teori yang menabrak dinding rasionalitas. Teman-teman koala, ini novel pendek pertama yang coba koalathor buat. Koalathor ingin membuat romance-misteri.
- Koalathor -
PART 6
Rose dan Ethan bersyukur bertemu Zoe. Mereka tidak perlu lagi berputar-putar di hutan. Terutama Ethan, tidak perlu lagi mengalami kejadian menakutkan itu.
Setibanya di rumah Zoe, mereka merebahkan diri di sofa. Ruangan itu sangat nyaman, material kayu sebagai bahan utama rumah itu menampilkan sisi mewah namun bersahabat. Dan yang lebih hebatnya adalah terdapat taman kecil dengan rumput hijau di sekitarnya. Satu lagi, terdapat bangku dan meja kecil yang memiliki magnet untuk berpiknik di sana. Seorang wanita separuh baya datang menatap Zoe dan Ethan dengan senyuman. Mereka langsung duduk dengan sopan dan membalas senyumannya.
“Kalian pasti teman Tuan Zoe?” Tanya wanita itu.
“Ah iya kami temn Zoe.” Jawab Rose.
“Lama sekali tuan tidak membawa teman ke sini.” teruskan wanita itu dengan senyum.
“Hana, jangan bicara hal yang tidak penting. Ku rasa mereka haus dan lapar. Oh iya siapkan kamar untuk Rose. Ethan maaf hanya terdapat satu kamar tamu. Kau bisa tidur dikamarku jika kamu mau.” Ucap Zoe.
“WAAAH, kalian akan tidur bersama?” Tanya Rose.
“Kendalian halusinasi liarmu. Aku di sofa saja.” Jawab Ethan.
Zoe tidak peduli dengan mereka, dia langsung pergi ke kamarnya.
“Ah saya lupa memperkenalkan diri, nama saya Hana. Saya adalah asisten rumah tangga tuan Zoe. Satu lagi ada penjaga kebun, namanya Melvin. Jika kalian butuh sesuatu silahkan panggil aku. Maaf Rose, bagaimana jika kita menuju kamarmu untuk beristirahat?” ucap bibi Hana.
“Baik bibi. Goodbye Ethan” ucap Rose sambil menjulurkan lidahnya.
“Ah iya, aku tidur sebentar.” balas Ethan.
Bibi Hana sudah menyiapkan kamar untuk Rose. Tidak, bibi memang rajin membersihkan kalau-kalau Zoe membawa teman menginap ke rumah. Kamarnya bersih, bahkan di dalam kamar mandi sudah ada peralatan mandi yang baru dan juga tersediaa handuk. Kamar ini terasa di hotel. Bibi mengingatkan untuk makan malam di ruang makan setelah mereka selesai mandi dan istirahat sejenak. Rose mengucapkan terima kasih kepada bibi Hana.
Zoe masuk ke kamarnya, menutup pintu dan langsung terduduk. Mukanya memerah, dibukanya kemejanya itu. Rasanya badannya panas. Zoe adalah tipe pemalu, dia akan sangat menjaga image nya untuk tetap terlihat keren meskipun sesungguhnya Zoe amat cemburu dan tidak tahan bertemu dengan Rose.
“Jika tidak ada dia, aku bisa berdua dengan Rose. Tapi aku senang melihatnya lagi.” Ucapnya.
*****
“Ah lelah, lengket, rasanya ingin mandi dan aku amat lapar.” ucap Ethan yang berusaha tidur dengan perut keroncongan.
Lima menit berlalu tubuh Ethan sudah berada di depan lemari pendingin. Dia meraih kue keju yang ada di depannya. Rasanya amat lezat, tidak kalah dengan kue buatan Rose. Makanan orang kaya tidak pernah salah. Dia menatap kembali ke dalam lemari pendingin itu, diambilnya sirup jeruk dan air dingin, es jeruk musim panas memang luar biasa. Dia kembali melahap kue keju di tangannya itu. Sebuah tepukan dibahunya membuatnya kaget.
“Bibi Hana, maaf aku tidak izin dahulu.” ucap Ethan.
“Ah begitu tidak apa-apa maaf saya lupa menyediakan makanan untukmu.” jawab bibi Hana.
“Fyuh, ku kira aku akan dihukum.” Sahut Ethan.
“PENCURI!!” Bentak Zoe menarik kerah Ethan.
“Jika ini tentang kue dan sirup, iya aku siap. Aku sangat lapar.” ucap Ethan.
“Kau tidak dapat makan malam!” lanjut Zoe.
“Tenang lah, aku bahkan tidak akan tidur di sini.” sahut Ethan.
“Baguslah pergi.” pinta Zoe.
“Tenanglah tuan Zoe. Aku bisa membelikannya lagi.” ucap bibi Hana.
Keributan itu terdengar sampai kamar Rose. Rose yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk mulai khawatir karena mendengar teriakan-teriakan itu. Segera dia pergi menuju sumber suara dan terkejut melihat Zoe yang menarik kerah Ethan.
“Hei, kenapa kau mengusir Ethan? Jika kami menganggumu, kami akan pergi. Maaf merepotkan.” Ucap Rose.
“Benar, tuan muda. Maafkan kami yang sudah mengganggumu.” Ucap Ethan menatap Zoe sinis.
Zoe yang terkejut melihat kedatangan Rose. Dia mulai mengendurkan kepalannya dari kerah Ethan.
“Tunggu, ini tidak seperti yang kau lihat.” ucap Zoe sambil menghela nafas.
“Ah baiklah, maafkan aku bersikap kasar padamu.” lanjutnya.
“Dan Ethan, aku ingin tau dari sudut pandangmu.” pinta Rose.
“Dia tidak mengizinkanku makan meski aku amat kelaparan.” jawab Ethan.
“Aku tidak mengerti, bibi Hana tolong jelaskan kronologisnya.” pinta Rose.
“Saya sedang memasak makan malam dan lupa memberikan temanmu cemilan, jadi dia mengambil kue kesukaan tuan muda. Dia berjalan sambil mengantuk haha, dan langsung melahap kue itu. Maafkan saya tuan dan tamu tuan. Saya akan membeli lagi kue itu.” ucap bibi Hana.
Rose mendekati Ethan dan menarik telinganya.
“Kau ini..... Kau tidak sopan nakal. Minta maaf pada Zoe. Dan kau yang harus mengganti kue itu.” ucap Rose kesal.
“Rose, aduh, hentikan. Arrgh, iya maafkan aku. Akan aku ganti. Cih, cuma adonan tepung!” balas Ethan.
“Eh tunggu, baiklah aku yang akan menggantinya aku pandai memasak kue.” balas Rose.
“Tidak perlu Rose. Kalian lelah, aku juga. Istiraht saja.” sahut Zoe.
“Aku akan memasak setelah makan malam. Aku harus mengisi energiku. Bagaimana?” tanya Rose.
“Ah baiklah. Aku tidak bisa menghentikanmu.” jawab Zoe yang lalu duduk di kursi.
“Ethan, kau bisa mandi dan ganti baju di kamarku.” ucap Rose.
Bruuush...
Zoe tersedak mendengar itu. Dia berusaha menahan walau terbatuk-batuk.
“Tuan muda, anda baik-baik saja? Oh tuan Ethan. Kurasa tidak baik berbagi kamar dengan wanita. Saya sudah menyiapkan handuk, alat mandi, dan air hangat di kamar mandi utama. Silahkan digunakan.” ucap bibi Hana, melegakan pandangan Zoe.
“Wah bibi Hana. Mau kah kau menjadi istri keduaku? Aku pasti bahagia denganmu.” ucap Ethan.
“Terima kasih. Tapi siapa yang pertama?” tanya bibi Hana.
Ethan ingin menunjuk Rose, Rose menghentikannya dengan memotong pembicaraan.
“Istri pertamanya buku bi. Dia penjaga perpustakaan, takkan sempat berkenalan dengan wanita. Mari berduka untuknya.” ucap Rose.
Mereka tertawa mendengar candaan Ethan dan Rose. Kecuali satu orang, Zoe. Dia kembali terdiam melihat mereka. Bibi Hana meninggalkan mereka untuk melanjutkan memasak. Ethan bergegas mandi karena tubuhnya sungguh sudah lengket. Hanya ada Rose dan Zoe sekarang. Mereka terdiam untuk beberapa waktu. Zoe menatap ke arah lain sesekali melihat apa yang dilakukan Rose. Rose yang sedang mengeringkan rambut pun merasa jika Zoe memperhatikannya. Rose melihat ke arah Zoe yang juga sedang melihatnya. Kedua langsung memalingkan wajah.
'Ya Tuhan, pria ini pendiam juga. Haruskah aku yang memulai?' Gumam Rose.
“Hei maaf jaketmu masih di rumah ku. Aku tidak membawanya.” Ucap Rose.
“Ah itu, tidak perlu, untukmu saja.” Jawab Zoe.
“Wah wah, baik sekali. Kau sedang pamer bisa membeli jaket semahal itu?” Lanjut Rose.
“Eh, aku terkesan begitu? Tidak, maksudku akan merepotkan, ah jika kau mau aku yang akan mengambilnya. Kau tungggu saja di rumah.” Jawab Zoe.
“Janji kau akan mengunjungiku? Aku akan membuat kue yang enak. Lalu, ayo berburu lagi! Hei aku juga membawa panahku.” Ucap Rose dengan penuh semangat.
“Wow, santai. Satu-satu. Jika ada waktu aku akan mengunjungimu. Yah aku sangat suka kue buatanmu. Dan bagaimana jika besok latihan memanah bersamaku?” Tanya Zoe dengan cukup tegang.
“Sungguh? Baiklah.”
Ethan kembali dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya. Mereka mulai makan malam bersama, seperti biasa bibi Hana dan paman Melvis yang baru datang ikut makan malam dan meramaikan suasana. Rose dan Ethan banyak berbagi hal tentang desa. Zoe bahkan tertawa mendengar lelucon yang dibuat Ethan dan Rose. Ketika makan malam selesai tinggal mereka bertiga di meja makan. Barulah Rose menjelaskan alasan kedatangannya ke kota. Zoe cukup tegang mendengar cerita mereka dan raut wajah khawatir tidak dapat disembunyikan. Zoe akan membantu mereka. Rose merapihkan meja makan dan melanjutkan memasak kue keju yang dijanjikannya.
*****
Matahari belum memunculkan diri, kedua orang itu sudah berlatih dari tadi. Mereka melatih otot lengan dan ketajaman dalam memanah. Memanah bukanlah hal sulit, tapi tidak juga mudah. Rose berlatih menanah dua anak panah sekaligus. Tembakannya selalu gagal, tentu saja kegagalan dipengalaman pertama adalah hal biasa, Rose hanya perlu yakin dan berusaha lebih keras. Rose tidak menyerah, dia melakukan lagi dan lagi hingga menghabiskan persediaan anak panahnya. Diambilnya anak panah uang berjatuhan untuk digunakan lagi. Sudah 40 menit dia mencoba dan itu membuat dia frustrasi. Mulutnya manyun karena selalu gagal. Mencoba menenangkan diri, Rose manarik nafas dan bersiap-siap memasang anak panahnya hingga dia terkejut saat ada yang menyentunya dari belakang. Zoe mencoba membantu Rose dengan membantu menarik anak panah itu dan memfokuskannya ke target. Helaan nafas Zoe terdengar dekat telinganya. Rose menarik nafas panjang untuk menenangkan jantungnya. Dia tidak mau Zoe tau jantungnya berdegub kencang.
“Kita lepaskan bersama. 3, 2, 1.” Ucap Zoe.
Anak panah itu melesat lebih cepat dari tembakan Rose sebelumnya. Anak panah itu melaju menembus udara di sekitarnya. Zleb. Panah itu masuk, hanya satu. Satunya terbang bebas ke arah lain. Rose amat kesal sekarang dan Zoe tertawa melihatnya.
“Ah gila aku lama-lama. Berapa lama kau berlatih seperti ini?” tanya Rose kesal.
“Aku pernah mengikuti pelatihan penjaga kerajaan, aku dibarisan belakang sebagai pemanah. Yah cukup lama latihannya aku mengikuti kelas pelatihan seusai sekolah dulu.” jawab Zoe.
“Oh wow, kau pernah ikut pelatihan militer? Bagaimana bisa? Harusnya sekarang kau ikut berperang!” ucap Roe.
“Tidak ada perang saat ini. Pamanku Jendral dan beliau mengajakku. Tapi, ayahku menginginkan aku menjadi hakim. Dah yah, aku berhenti ketika lulus dan melanjutkan sekolah tinggi.” jawab Zoe.
“Kau ini bangsawan ya? Tidak heran, kau bisa melakukan yang kau mau dan yah barangbarang mu bagus.” lanjut Rose.
“Hei tidak begitu. Kejadian ini cukup lama, aku tidak bisa menolong temanku yang dibully selama setahun lamanya. Terakhir kami bertemu ketika dia menelan obat hingga overdosis. Aku mencari mereka yang membuat temanku seperti itu, kami berkelahi dan aku masih lemah. Aku ditemukan oleh pamanku dan dia berkata jika ingin lebih kuat ikutlah dengannya, begitu. Tapi aku baru sadar, andai dulu aku lebih berani untuk setidaknya menemani dia. Dia tidak akan berakhir seperti itu. Aku terlibat dalam kematiannya juga, tidak secara langsung, psikisnya hancur.” Zoe menjawab sambil menundukan kepalanya ekspresi wajahnya berubah-ubah sedih dan marah. Zoe tampak emosional.
“Ya ampun mereka ituuuu, ayo kembali hajar mereka kau kan sudah besar!” ucap Rose kesal sambil menaikkam lengan bajunya.
“Tenanglah Rose, tidak seharusnya hal jahat dibalas jahat. Aku sama seperti mereka jika begitu.” ucap Zoe tertawa menahan salah satu tangan Rose.
Rose diam dan tersenyum melihat Zoe tertawa. Orang tampan kalau tertawa sah-sah aja ya! Rose merasakan kehangat didirinya dan tangannya. Iya dia baru sadar Zoe memegang tangannya. Rasanya dia sangat ingin menyambut tangan itu, sangat.
“Rose, ayo masuk bibi Hana menyuruh sarapan.” ucap Ethan dari teras rumah lalu masuk kembali dengan tatapan sinis kepada Zoe.
Keduanya terkejut dan menoleh, lalu melepaskan tangan dan mencoba bersikap biasa saja. Merekapun merapihkan peralatan olahraga dam bergegas menuju rumah. Harum masakan bibi Hana luar biasa. Masakan mewah dan enak tersedia di atas meja, sebuah kejutan kue keju Rose berada juga di atasnya.
Zoe makan dengan anggun, table manner sepertinya sudah jadi makanan sehari-hari. Berbeda dengan Ethan dan Rose, mereka makan sambil bercengkrama, Ethan bahkan tersedak. Rose tertawa dan Zoe merasa sebal. Bukan karena sikap Ethan, tapi perhatian yang diberikan Rose pada sahabatnya. Ethan melihat ke arah Zoe dan tersenyum sambil mengangkat alisnya. Apa ini? Sebuah balas dendam? Jika iya, Ethan sudah berhasil merusak suasana hati Zoe. Matahari sudah meninggi, tidak butuh waktu lama untuk mereka bersiap-siap berangkat ke tujuan utama mereka.