Warning :
Kalian akan menemukan banyak filter shuojo (imajinasi remaja cewek) dan teori yang menabrak dinding rasionalitas. Teman-teman koala, ini novel pendek pertama yang coba koalathor buat. Koalathor ingin membuat romance-misteri.
- Koalathor-
PART 5
“Zoe tidak bersalah, malam itu pasti bukan dia. Aku bisa pastikan itu!” ucap Rose.
“Baiklah, ayo kita ke pandai besi desa kita mungkin beliau tahu sesuatu tentang kunci ini.” Lanjut Ethan.
Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai di pandai besi desa Motherland. Mereka bertanya pada sang pandai besi perihal kunci tersebut. Sayang sekali mereka tidak mendapat jawabankan yang mereka inginkan namun mereka menemukan sesuatu yang baru.
“Hi paman Ben. Apa kau tahu sesuatu tentang kunci ini?” Tanya Rose.
“Halo Rose. Biar ku lihat.” Sahut paman Ben.
Paman Ben memeriksa dengan detil bentuk kunci tersebut. Kunci itu terbuat dari bahan anti karat yang ringan. Warnanya perak dengan hiasan batu permata hijau di bagian ujungnya dan dua daun yang berwarna emas.
“Sungguh luar biasa, pemilik kunci ini pasti bukan orang biasa.” Jawab paman Ben.
“Paman Ben yakin?” Tanya Ethan.
“Tentu saja. Ini adalah Ruby yang tidak pasaran. Terakhir kali toko kami membuat design sebagus ini adalah saat putri Alexa ada. Leluhurku yang membuatnya sebagai hadiah. Kami membuat kalung dengan liontin diamond aquamarine. Kami pun memberi logo disetiap produk kami sebagai merk. Kau tahu? Bisnis harus berjalan” Jawab paman Ben.
“Haha tentu paman Ben. Terima kasih. Kami pergi dulu. Aku tidak seharusnya menutup perpustakaan terlalu lama.” Sahut Ethan.
“Tapi Ethan, lalu bagaimana dengan kunci ini?” Tanya Rose panik.
Ethan hanya tersenyum dan berpamitan dengan paman Ben. Lalu menarik Rose untuk segera mengikutinya. Pertanyaan Rose yang menggunung tidak Ethan hiraukan. Dia fokus menuju perpustakaan dan membiarkan Rose penasaran. Rose menahan pintu yang ingin dibuka Ethan.
“Jawab pertanyaanku ETHAN!” Marah Rose.
“Minggir atau ...” Ethan mendekatkan wajahnya ke Rose. Rose panik, wajah Ethan terlalu dekat. Segera dia menjauh, membiarkan Ethan membuka pintu.
“Curang!” ucap Rose kesal.
Ethan merapihkan buku dan melayani pengunjung dengan sopan. Sebagian dari mereka adalah teman sekolah Rose. Mereka terlihat senang saat bersapa dengan Ethan. Sangat terlihat bahwa Ethan digoda oleh mereka dan Ethan yang ramah membalas sapaan mereka dengan senyum manisnya. Gadis-gadis itu sepertinya sangat menyukai Ethan.
“Wah luar biasa, bila mereka tahu kalau ketiaknya bau, mereka akan patah hati dan melupakanmu Ethan.” gerutu Rose yang melihat Ethan dari kejauhan.
Ethan melihat Rose yang berbicara sendiri dan memberikannya kecupan dari jauh.
“Wah gila… dia sekarang berani kiss bye ke aku. Geli.” Rose memalingkan wajahnya namun tersenyum dengan tingkah Ethan.
Rose cepat bosan, dia mengambil beberapa buku tentang hukum dan mencoba mempelajarinya tapi pikirannya selalu terpecah karena kunci itu. Dia berjalan mondar-mandir mencari perhatian Ethan sambil membaca beberapa bagian buku. Ethan tidak merespon, Rose kesal dan masuk ke ruang istirahat lalu tidur di sofa. Saat Rose mencoba membuka mata ternyata hari sudah malam. Dia keluar dari ruang istirahat dan melihat Ethan yang menuju pintu keluar bersiap untuk menutup perpustakaan.
“Ethan kau gila ingin mengurungku di sini?” Tanya Rose.
“Rose, kupikir kau pulang.” Jawab Ethan.
“Kau benar-benar licik. Jawab sekarang pertanyaanku tadi siang!” Pinta Rose.
“Oke oke maafkan aku. Begini, paman Ben bilang bahwa setiap pandai besi memiliki logo atau merek mereka sendiri. Aku juga setuju bahwa kunci itu tidak mungkin berasal dari desa ini karena orang-orang desa tidak akan mampu membeli berlian semahal itu.” Jawab Ethan.
“Aha, lalu?” Tanya Rose lagi.
“Jadi aku sangat yakin bahwa bangsawan lah pemilik kunci itu. Ada 5 bangsawan di kerajaan ini. Tapi menurutku pemilik kunci ini kemungkinan bangsawan yang dekat hubungannya dengan kerajaan karena design kunci ini mirip dengan lambang kerajaan Northen.” Lanjut Ethan.
Kerajaan Northen merupakan kerajaan yang memiliki tanah yang subur dibandingkan sekarajaan disekitarrnya. Sehingga tidak salah jika kerajaan ini memliki lambang daun yang melingkar. Rose teringat kunci tersebut memiliki design berbentuk daun.
“Masuk akal. Kita selidiki saja kerajaan Northen. Tapi bagaimana?” Tanya Rose.
“Dan mereka akan menangkapmu dengan atas tuduhan tanpa buktimu? Rose kau benarbenar ingin merasakan sel ya?” Tanya Ethan balik.
“Tuan sok pintar. Apa kamu ada ide? Maaf ya mungkin aku lebih suka berada di sana daripada berdiam diri seperti kamu.” Jawab Rose.
“Baiklah calon tahanan, ku beri tahu kita harus menuju kota dan bertanya kepada setiap pandai besi di sana terkait kunci ini.” Jawab Ethan.
Rose terdiam untuk beberapa saat. Dia terlihat memikirkan sesuatu yang penting.
“Hei aku punya ide! Jika ini bukan kunci yang dibuat paman Ben, ayo kita cari ke area lain. Karena kunci ini memiliki ruby yang mahal ayo kita coba di daerah dengan tingkat perdagangan tinggi, yaitu di kota!” sahut Rose dengan penuh semangat.
Ethan menanggapi Rose dengan wajah datar.
“Kau hanya mengulang kalimatku.” Ucap Ethan.
“Aku mendapat ide sepanjang hari tau.” Ucap Rose bangga.
“Kau hanya mengulang kalimatku, semuanya.” Ucap Ethan datar.
“Ahaha ayolah Ethan, biar aku yang memimpin di sini.” Jawab Rose.
“Kau yang ceroboh memimpin? Ajalku sepertinya semakin dekat.” Ucap Ethan.
Rose mencubit Ethan dengan keras. Ethan membalasnya dengan menjitak kepala Rose. Mereka berkelahi kecil seperti anak kecil mempeributkan siapa yang memimpin. Sampai akhirnya ide gila pun keluar. AYO CARI PENCURINYA.
*****
Dua pemuda desa itu menyiapkan segalanya. Bekal makanan, alat pelindung diri, sepatu, baju, uang, kompas, peta, bahkan Rose membawa busur dan panahnya. Mereka menyelinap keluar desa saat masih subuh. Berharap saat petang sudah dapat kembali ke rumah.
“Ini akan jadi petualangan yang luar biasa. Dekat denganku agar kau aman.” ucap Rose.
“Baiklah captain.” balas Ethan dengan senyum menawannya.
Tiga jam lamanya mereka berjalan. Mereka mencoba melewati jalan pintas melalui hutan. Banyak hewan aneh yang mereka baru temui. Terkadang mereka melihat ular melintas di depan mereka atau hanya sekedar tidur di sela-sela dedaunan. Perjalanan panjang itu tentu tidaklah mudah, persediaan air tinggal sedikit. Mereka harus mencari sungai.
“Rose kamu yakin lewat sini?” Tanya Ethan.
“Tentu aku ingat saat Zoe membawaku kemari, tapi sepertinya sedikit berbeda. Saat itu aku menunggangi kuda wajar jika terasa begitu dekat. Ke situ aku yakin ke arah itu.” ucap Rose menunjuk sebuah pohon yang lebih besar dari lainnya.
Tiga puluh menit berjalan belum menemukan tepi hutan. Persediaan air sudah habis. Mereka beristirahat sejenak. Di bawah sebuah pohon. Ethan merebahkan badannya mencari posisi enak untuk tidur sejenak. Rose membiarkan Ethan tertidur sedangkan dia melihat-lihat ke sekitar. Rose mencoba memanjat pohon untuk dapat melihat kondisi dari atas.
Gadis tomboy itu cukup lihai mengambil setiap dahan untuk pijakan. Tepat sampai cukup atas gadis itu melihat pemandangan yang luar biasa. Kerajaan northen terlihat begitu dekat. Hanya perlu melewati sungai kecil dan berjalan sedikit lagi ke arah barat. Rose menuruni pohon untuk membangunkan Ethan. Terlihat Ethan cukup berkeringat karena panas dan haus. Matahari memang sungguh terik kala itu. Rose meninggalkan Ethan untuk mengambil air di sungai.
Langkahnya lincah melewati setiap pijakan batu. Membiarkan tubuhnya merasakan semuanya. Matanya bersinar menyambut yang ada di depannya. Angin menyambut langkah Rose. Rusa berlarian bersamanya. Bunga bermekaran disaat yang tepat. Warna warni mereka menambah keindahan sekitarnya. Tepat di depannya cahaya bersinar menembus sesuatu ke dalamnya. Sungai
itu tampak seperti di negeri dongeng. Sangat menenangkan. “Wah, ada Oasis di tengah hutan?” Terpancar kekaguman dari matanya. Semuanya begitu indah, ketenangan, kedamaian, kesejukkan, ada di tempat itu. Siapapun pasti ingin tinggal di sana. Rose beristirahat di sebuah batu di sungai. Kakinya menyentuh air sungai, sungguh nyaman, rasa pegal terasas terbalaskan. Ikan terlihat bermain-main di dekat batu. Rose mulai memainkan lagu yang disukainya sambil bermain air. Suaranya merdu, dia bagaikan peri yang datang untuk bermain di sana.
“Air di sini begitu segar. Aku seharusnya membangunkan Ethan. Aku sudah cukup lama di sini, aku harus kembali. Ah iya air, aku akan membawakan Ethan air.” Ucap Rose bersemangat.
Rose mengambil air sungai ke dalam botol. Segera dia berlari kembali ke tempat sahabatnya. Dia sangat senang sampai mengabaikan tanda yang dia buat selama perjalanan menuju sungai. Dia berhenti sejenak, yah tekadnya sudah kuat. Dia berlari lurus, dengan penuh keyakinan dia akan sampai di tempat Ethan. Sepuluh menit Rose berjalan memutar. Sepertinya dia selalu berada di tempat yang sama. Hanya berjalan di tempat. Dia menghela nafasnya, berpikir tenang, akhirnya dia menemukan patahan ranting yang dilaluinya.
‘Ethan, aku datang.’ Ucap Rose dengan senyum lebarnya.
*****
Angin berhembus meniup rambut Ethan. Mata sayu Ethan mencoba melihat sekeliling. Langit biru dengan matahari tepat di atasnya menyilaukan pandangannya. Dicarinya rekan petualanganmya, nihil, Rose tidak bersamanya. Ethan panik. Bergegas dia berkemas dan mencari jejak Rose. Langkahnya terhenti mendadak dan berbalik ke pohon itu.
“Benar-benar ceroboh. Bisa-bisanya aku tertidur. Dan dia meninggalkan aku begitu saja. Jika aku pergi dari sini, kami benar-benar berpisah. Dia pasti kembali kemari lagi. Tenang saja.” Keluh Ethan.
Dia mondar-mandir gelisah menunggu Rose. Sampai langit berubah gelap, awan mendung mulai menggerumunginya. Hujan akan datang dan yang berbahaya bisa jadi badai. Awan perlahan mulai semakin pekat. Ethan dirundung kecemasan. Saat hendak mencari Rose, langkahnya terhenti kembali mendengar suara geraman.
Rrrrrrrrraaaawwggghhh.
'Apa itu?' gumam Ethan sambil melihat sekeliling.
Ethan menangkap sosok bayangan diujung pohon. Cukup besar dan matanya berwarna merah. Entah kenapa rasanya itu adalah hal buruk untuk tetap tinggal. Ethan melihat dengan seksama bayangan itu. Ketika cukup dekat. Ethan tidak dapat menahan pandangannya untuk waktu cukup lama. Serigala hutan yang kelaparan berada didekatnya, mengendus aroma tubuhnya. Ethan merasa itu adalah akhir hidupnya. Dia raihnya tas bagian depannya untuk mengambil pisau lipat. NIHIL! Pisau itu tidak ada, hilang ketika dibutuhkan, sangat bagus. Hal yang bisa dilakukannya hanya bersembunyi dibalik akar pohon yang besar.
Ritme jantung Ethan berdebar kencang. Nafasnya tidak beraturan, namun dia tetap mencoba untuk menstabilkan nafasnya. Keringat dingin mulai membanjirinya. Tangannya ikut bergetar menahan dadanya untuk tenang. Sebisa mungkin, Ethan tidak membuat satu gerakan yang dapat menimbulkan kekacauan. Geraman serigala itu semakin jelas terdengar, mungkin jaraknya tidak kurang dari dua meter. Ethan bergeser perlahan menghindari sumber suara. Kakinya tidak sengaja menyentuh batu yang cukup besar. Dewi keberuntungan berada dipihaknya. Ethan menggunakan batu itu sebagai perangkap untuk melarikan diri. Dilemparkannya batu itu jauh ke semak-semak di seberangnya.
Srak srak srak.
Batu itu melesat jauh ke semak-semak. Sebuah bayangan melesat cepat mengikuti batu itu, itu serigala yang cukup besar. Berhasil, Ethan dapat bernafas lega. Perlahan dia memutar tubuhnya untuk mencari jejak Rose. Ethan membatu, matanya tidak dapat berpaling dari apa yang ada di depannya. Nafasnya terhenti sejenak, dan dia mencoba menelan ludah. Mengerikan, tepat dihadapnya ada serigala yang lainnya siap memangsa Ethan. Serigala itu menunjukkan taring tajamnya, kedua matanya tidak berpaling sedikitpun dari Ethan. Ekornya berkibas-kibas dan cakarnya mencengkram tanah bersiap melompat melahap Ethan.
‘Sial’ Gumam Ethan.
‘Woi pengecut, tenanglah. Kau ini laki-laki. Kau tahu kau bisa kalahkan dia. Dia hanya anjing liar. ’ Gumam sisi baik Ethan.
‘Hah, kau tau apa? Kita harus kabur, atau kita tercabik oleh serigala itu s e r i g a l a’
‘Lalu? Kau lebih suka Rose melihat tubuh mu mati tercabik? Sangat memalukan untuk seorang pria! Dan membiarkan kesempatan Rose menikahi pria lain.’
Ethan tersadar dari lamunanya. Cita-cita menikahi Rose tidak dapat memundurkan langkahnya. Apapun yang terjadi, Ethan akan berjuang. Saat serigala itu menyerang, dia menghuyungkan tas nya ke arah serigalanya itu yang cukup menjauhkannya beberapa meter. Ethan melihat sekeliling mencari perlindungan, namun langkah serigala itu lebih cepat dari hembusan nafasnya. Ethan mencoba menahannya dengan kedua tangannya. Serigala itu terjatuh, tepat disampingnya. Serigala itu mencoba berdiri namun kesakitan, dia berlari sambil membawa panah yang menancap di tubuhnya
“Kau baik-baik saja?” Tanya seseorang dengan khawatir.
“Lebih baik aku mati saja.” Jawab Ethan ketus. Yah dia adalah Zoe, pria bermata shappire.
“Kau sendirian?” Tanya Zoe.
“Apa pedulimu? Ah sial, aku tidak dapat menemukannya dan malah terjebak di kondisi seperti ini.” Jawab Ethan.
“Kau bersama Rose? Apa yang kalian lakukan di hutan?” Zoe mulai panik.
Ethan berdiri dan langsung terdiam. Berusaha menjauhi orang itu.
“Saat ini cukup berbahaya, di mana dia?” Zoe menarik lengan Ethan.
“Aku sedang berusaha mencarinya, minggir.” Ethan melepas paksa tangan Zoe.
“Kau gila membiarkan berjalan sendirian? Tidak becus!” Zoe mulai mengepalkan tangannya, amarahnya mulai memuncak.
Ethan yang tidak suka melihatnya pun mulai terbawa emosi. Sekejap saja mereka bisa langsung berkelahi. Beruntung, Rose datang kala itu.
“Ethan ada apa? Zoe? Kau di sini? Luar biasa, kau menemukan kami?” Rose menunjukkan senyumnya.
“Oh ... iya. Aku berlatih di sini, kadang. Kau sedang apa? Langit sudah mulai mendung aku akan mengantar kalian pulang.” Ucap Zoe.
“Tidak Zoe, kami mencarimu. Kami butuh bantuan.” Ucap Rose.
“Oke ... dan itu?” Tanya Zoe.
“Jika tidak ingin menolong ya sudah kami bisa melanjutkan perjalanan tanpa mu.” Ucap Ethan menarik tangan Rose.
“Maaf tapi dia mencariku.” Zoe menarik lengan Rose yang lain.
“Haha, raut wajahmu menjawab semuanya. Terima kasih tuan atas perhatiannya.” Ethan mencoba melepaskan tangan Zoe dari Rose tapi Zoe mulai mendorong Ethan menjauh.
Melihat ketegangan itu Rose mencoba mengambil kendali suasana.
“Teman-teman, kalian seperti raksasa dan tanganku cukup sakit.” Pinta Rose mereka melepaskan Rose.
“Ethan,ethan, aku membawakanmu air. Maaf aku pergi sendiri kamu terlihat lelah tadi.” Ucap Rose sambil memberikan botol minum.
“Rose, ini terakhir kalinya. Jangan pergi sendirian!” ucap Ethan mengenggam tangan Rose.
“Jadi, kalian akan bagaimana setelah ini?” Tanya Zoe memutuskan obrolan mereka
“Ah kau benar, izinkan kami menginap di rumahmu. Hanya semalam dan kami akan pulang.” Pinta Rose.
“Baiklah, naiklah kudaku Rose.” Ucap Zoe
“Eiden! Kau membawanya bersamamu? Aku rindu padanya.” Balas Rose.
“Aku juga” ucap Zoe,
“Begitu kata Eiden.” Zoe salah tingkah.
“Ethan, inilah kuda yang aku ceritakan itu. Dia cantik kan? Tapi dia juga gagah. Dia bahkan lebih tinggi dariku. Dunia ini rasanya hanya aku yang kecil.” Ucap Rose.
“Artinya kamu bisa menghemat pakaian. Kau kan tidak tumbuh lagi.” Potong Ethan. Rose menarik kuping Ethan.
“Kau mau aku kutuk terkurung di perpustakaan selamanya? Aku tidak akan menemanimu lagi.”
“Astagah, maafkan aku Rose. Jangan begitu, aku tidak memiliki teman lagi selain kamu. Dan tubuhku akan kurus tanpa asupan gula dari mu.” Pinta Ethan.
Rose tertawa melihat Ethan kesakitan. Mereka pergi menuju tempat Zoe. Zoe lebih banyak diam dari biasanya. Melihat Ethan dan Rose rasanya tidak mungkin dia masuk begitu saja dalam percakapan mereka, terlebih dia orang asing dan Ethan membencinya. Zoe berjalan di depan menjadi pemimpin, sebuah alasan untuk tidak melihat mereka.