Warning :
Kalian akan menemukan banyak filter shuojo (imajinasi remaja cewek) dan teori yang menabrak dinding rasionalitas.
- Jejak Existed Koalathor-
PART 1
"Panas sekali hari ini. Mungkin aku harus berlari bersama angin" keluh seorang anak perempuan tomboy.
Anak itu pun mengambil ancang-ancang untuk berlari.
3... 2... 1...
Dia melesat bagai angin melewati kerumunan orang. Langkahnya sangat lihai dalam mengambil pijakan untuk menghindari kerumunan orang. Rambutnya yang panjang seolah ikut terbang bersama angin. Tangannya yang kecil terlihat kerepotan karena membawa sebuah kotak cukup besar yang beberapa kali menyenggol orang lain.
"Hei hati-hati!" ujar seorang penduduk.
"Oh astaga, anak ini hampir membuatku jatuh." Ucap pedagang sayur. Gadis itu melirik dan merasa bersalah.
"Maafkan aku paman John, aku terburu-buru." Jawab gadis itu.
"Bisa tolong bantu aku? Aku tadi tersenggol dan jatuh karena anak itu." Pinta seorang ibu yang terduduk sesaat setelah anak itu lewat.
"Benar-benar sulit dipercaya, ku kira dia akan menjadi gadis yang tumbuh manis. Astaga, aku yakin Dough kesulitan juga mengatur anak itu" ujar John membantu wanita itu berdiri.
"Kau benar tapi sebetulnya dia anak yang baik, dia hanya senang dengan kebebasan. Dia akan bersikap dewasa pada waktunya." Ujar ibu tersebut.
"Ku harap begitu, Rose memang anak yang rajin dan suka menolong. Dia hanya sedikit tidak bisa tenang, anak itu terlalu aktif." Balas John.
Mereka pun tertawa mengingat kelakuan Rose dulu hingga sekarang yang tidak berubah.
*****
Rose masih berlari menuju suatu tempat. Dia benar-benar takut jika terlambat. Dari kejauhan terlihat gedung klasik megah berwarna cream. Gedung itu benar-benar vintage dan elegan. Diatasnya tertulis "LIBRARY". Tak lama kemudian Rose berlari semakin kecang menuju gedung itu. Tangga demi tangga dia pijak dengan cepat.
"Baiklah sedikit lagi sampai di tangga terakhir" ucap rasa percaya dirinya.
Sayang takdir tak berpihak padanya, dia salah mengambil langkah dan terpeleset. Kakinya mencoba mencari pijakan untuk keseimbangan namun tetap gagal. Tubuhnya perlahan berguling ke belakang.
'Selamat tinggal dunia.' gumamnya sambil mulai menutup mata.
BRUK...
Badanya mendarat ke bawah. Dia terdiam sesaat merasaan semuanya dan membuka mata. Dilihatnya langit biru dan burung melintas diatasnya.
"Ajaib, aku jatuh tapi tak merasakan sakit. Ini pasti kekuatan amal baik. Terima kasih kau menyelamatkan ku dari kematian mengerikan tangga perpustakaan. Tapi ini masih terlihat seperti desa. Haruskah aku melihat pemakamanku?" celotehnya.
Dua tangan tiba-tiba muncul di antara dia. Rose berpikir tangan itu mencoba menerkamnya. Tangan itu semakin mendekati wajahnya.
Tok tok tok tok ...
Matanya terpejam menahan sakit jitakan tangan itu.
"Apakah ada orang di sini?" Tanya seseorang dengan suara yang familiar.
"Ya Tuhan... aku lupa dia bukan orang, dia hanya rangka berselimut kulit yang beranggapan dia mati." Lanjutnya.
Mendengar suara itu Rose bangun dan terkejut. Wajah familiar itu terlihat kesakitan, Rose pun panik.
"Oh ya ampun Ethan, kenapa kau tidur di bawah sana? Cepat bangun nanti kakek keburu datang." Ujar Rose.
"Rose, kau... benar-benar. Aku rasa aku mati sekarang. Menyedihkan rasanya menolong gadis sepertimu." Balas Ethan kesal.
"Ethan kau tidak akan mati karena tangga itu hanya 5 buah." Balas Rose.
"Benarkah? Oh, kurasa aku harus menghadiri pemakaman ku." Cakap Ethan dengan nada mengejek Rose.
"Haha. Maafkan aku Ethan, tapi tanganku penuh kotak, ayo berdiri. Terima kasih ya, aku akan membalasmu nanti dengan kue." Ujar Rose.
"Baiklah" Ethan mencoba bangkit dan merapihkan bajunya yang kotor.
"Rose apa yang ada di kotak itu?" Tanyanya.
"Kue untuk kakek Bobby, kau tidak lupa kakekmu bertambah usia kan?" tanya Rose. "Benarkah? Apa yang harus ku lakukan? Aku sudah membawa orang tua itu hadiah". Jawab Ethan.
"Haha Ethan itu lucu, bantu aku membuka pintunya" pinta Rose.
Mereka pun menyiapkan semuanya, kue, lilin, piring, minuman, pemotong kue dan tentu hadiah. Pintu sengaja mereka tutup. Ketika pukul 10, tepat waktunya perpustakaan dibuka. Tak lama terdengar suara pintu terbuka. Langkah kaki seseorang mendekat. Rose dan Ethan saling mengangguk satu dan lainnya.
"HAPPY BIRTHDAY KAKEK BOBBY." Ucap Rose dan Ethan dengan semangat.
"Ya Ampun terima kasih kids. Kalian melakukannya lagi di ulang tahunku ke 60" jawab kakek Bobby.
Mereka berlari memperlombakan pelukan kakek yang pertama. Tentu tidak ada yang menandingi Rose dalam berlari.
"Aku senang kakek datang." Ucap Rose.
"Gadis kecil ku, kemarilah aku punya berita untuk kalian" jawab kakek.
Mereka pun merayakan ulang tahun kakek Bobby dengan canda ria. Kakek senang dengan kue buatan Rose, benar-benar lembut, kue keju terbaik. Ethan juga memperagakan kejadian di depan perpustakaan dengan tepat, bahwa Rose hampir terjatuh karena tidak berhati-hati. Mereka tertawa melihatnya.
Kakek Bobby membuka hadiah dari Ethan. Beliau tersenyum dan terharu, Ethan memberinya kacamata baru. Kakek pun menceritakan berita yang ingin dikatakannya. Beliau berkata, dirinya akan pensiun dari menjaga perpustakaan dan memberikan tugasnya kepada Ethan. Ethan sedikit sebal dengan pesan kakeknya.
"Kakek, aku tidak mau. Selamanya di perpustakaan itu bagai hidup di penjara. Aku ingin berkeliling dunia." Ucap Ethan.
"Bersiaplah kau akan menikahi buku karena tidak dapat berkenalan dengan gadis di luar sana. Haha." Rose menggodanya
"Tentu tidak, kau masih bisa libur di akhir pekan Ethan. Aku hanya belum menemukan pengganti yang cocok. Jadi sementara kau bantu kakek ya." Pinta kakek
"Yah baiklah... aku satu-satunya cucu yang tidak memiliki kegiatan." Ucap Ethan.
Kakek Bobby dan Rose tertawa mendengarnya.
Kunci perpustakaan diberikan kepada Ethan, kakek pun lalu pamit menuju klinik. Kakek Bobby harus menjalani check up sebulan sekali, karena kondisinya yang sudah menua. Rose mencium kakek sebelum pergi. Jam menunjukkan pukul 1 siang. Ethan merapihkan bekas pesta dan Rose berjalanjalan di Perpustakaan.
"Hei Ethan tolong carikan aku buku biografi tentang putri Alexa, oke?" Ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya ke Ethan.
Rose pun menyusuri rak demi rak. Sungguh itu adalah perpustakaan antik yang indah, meskipun tua tapi kesan yang ditimbulkan dari rak rak kayu itu sungguh elegan. Bangku membaca di ruang tengah sangat keren dihiasi lampu yang cukup terang untuk membaca. Di setiap rak berisi petunjuk genre buku dan nomor buku.
'Ethan sangat luar biasa dalam mengatur ini semua.' Gumam Rose
Dia kembali berjalan menuju lantai dua. Sinar mentari dapat menembus memasuki setiap sela perpustakaan. Tempat membaca favoritnya adalah di sebelah jendela, dia dapat menghabiskan waktunya hingga matahari tenggelam. Dia memandang keluar dan melihat dari kejauhan kerajaan Northen yang berada di balik hutan. Rose tenggelam dalam lamunannya tentang kerjaan itu, kerajaan asal putri Alexa. Sebuah rangkulan di bahunya menyadarkannya. Rose menoleh dengan cepat.
"Kau melakukannya lagi? Ini buku yang kamu mau." Ucap Ethan sambil mengangkat sebuah buku di tangannya.
Tubuh Ethan begitu dekat dengan Rose, Rose melihat ke atas. Ethan cukup tinggi dan Rose baru menyadari bahwa dada Ethan bidang. Matanya terlihat berkilau terkena sinar matahari. Senyumnya tak bisa memalingkan mata yang melihatnya, dia bagaikan aktor utama opera. Rose mengembalikan kesadarannya dengan melihat buku yang dia pegang. Dia pun mendorong Ethan dan mengambil buku dari tangannya.
"Ya, dan kau melakukannya lagi dengan berdiri tiba-tiba dibelakangku." Jawab Rose ketus. "Rose kau harusnya bersyukur, ada pria tampan yang berdiri disampingmu dan ..."
"Dan pria itu sudah lulus 2 tahun lalu karena kepintarannya. Dia adalah makhluk sempurna abad ini." Lanjut Rose.
"Tepat sekali." Jawab Ethan dengan penuh percaya diri.
"Ethan, sungguh kau menyebalkan aku mendengar itu beribu-ribu kali darimu. Kau cocok jadi aktor." Ujar Rose.
"Aku akan jadi aktor dan menikahi mu." Balas Ethan.
"Lalu apa? Memiliki anak kutu buku sepertimu atau pembuat onar sepertiku? Setiap sore kita kebingungan melihat tingkah anak kita. Yang satu selalu dibully oleh temannya karena pendiam dan satunya selalu membuat kita meminta maaf pada orang lain atas kelakuannya? Ethan kita akan terkena serangan jantung perlahan." Jawab Rose.
"Kalau begitu kita bisa menyiapkan pemakaman kita sendiri mulai sekarang." jawab Ethan. Mereka pun saling melihat dan tertawa karena obrolan mereka. Ethan memang narsis dan suka berkhayal. Rose kembali dengan buku yang ingin dia baca dan Ethan pergi ke depan pintu mengubah tulisan tutup menjadi buka.
*****
Rose pun bersiap untuk sekolah. Dia merupakan murid tingkat akhir di sekolah menengah. Sekolah ini memiliki 5 jurusan. Kelas memasak, kelas teknik, kelas kecantikan, kelas keperawatan, dan kelas budi daya tanaman. Mengikuti jejak orang tuanya, Rose belajar di kelas memasak. Gadis itu membawa sekotak bekal yang masih hangat. Setelah berpamitan dan mencium orang tua dan neneknya, dia melangkahkan kakinya dari rumah. Bukan ke sekolah dia bergegas dahulu ke perpustakaan. Belum sampai ke perpustakaan dia berpapasan dengan orang yang ingin ditemuinya.
"Ethan!" Ucap Rose sambil melambaikan tangan.
"Hi Rose, kenapa kau kemari? Kau tidak ke sekolah? Bukankah ini masa ujian?" Tanya Ethan
"Ini kue yang ku janjikan kemarin. Aku ingin memberikannya selagi sempat." Ucap Rose.
"Ya ampun kamu bisa memberinya saat pulang nanti." Sahut Ethan.
"Tidak, Ibu akan mengurungku untuk belajar." Jawab Rose sambil menundukkan kepala.
"Okay thanks. Aku ingin memasang ini di mading. Bisa bantu aku?" Tanya Ethan.
"Tentu."
Rose memegangi pengumuman dari petinggi desa. Dia membacanya perlahan baris demi baris. Matanya terpaku pada setiap baris yang di tulis. Jantungnya mulai berdebar membaca ulang pengumuman itu untuk memastikannya. Tangannya kini gemetar memegangi pengumuman itu.
"Ini ... Tidak mungkin." Ucapnya.