Pride is important.
Menjelang akhir semester musim gugur, terlihat sangat banyak mahasiswa di Grove Ridge University yang memenuhi perpustakaan, ruang belajar, study group bahkan food court dan kedai-kedai makanan yang sebenarnya ramai dan selalu berisik. Tidak ada yang tidak ingin lulus atau mengambil mata kuliah perbaikan. Liburan seharusnya diisi dengan bersenang-senang, bukannya belajar dan datang ke kampus, bukan begitu?
Begitu juga mahasiswa tingkat ketiga di jurusan Media and Communication Studies, banyak yang juga bergadang malam-malam demi mendapatkan nilai B sebagai nilai aman untuk lulus di fakultas mereka. Pada dasarnya jurusan mereka memperhatikan fenomena ketika sektor media dan komunikasi menjadi semakin beragam dan dinamis. Disiplin akademis ini membuat media dan komunikasi menjadi pilihan jurusan yang paling relevan, menarik, dan kuat bagi para mahasiswa untuk dipelajari. Dan karena reputasi jurusannya yang bagus, mahasiswanya sendiri pun tidak boleh main-main juga.
Dan para mahasiswa di jurusan ini telah menanamkan bahwa nilai yang bagus akan mempertahankan harga diri. So... pride is important.
Ketika mereka akan menghadapi ujian lagi sejam kemudian, Ophelia didekati oleh beberapa teman sekelasnya di kantin yang terlihat excited alih-alih khawatir.
“Ophs, kau tidak akan mempercayai ini,” kata salah satu dari ketiga mahasiswa perempuan itu, namanya Elle. Yang ada di sebelah kanannya bernama Magentha, sementara yang di sebelah kiri bernama Skyle. Mereka bertiga adalah para penggosip yang paling cepat mendapatkan berita dan sensasi baru di angkatannya.
“Oh, tentu saja aku tidak akan percaya kalau kalian sebahagia ini menghadapi ujian Mr. Lodge,” balas Ophelia terkesan.
“Seseorang menyebarkan kunci jawaban untuk ujian nanti,” kata Skyle.
Magentha menyerahkannya selembar kertas yang telah dilipat kecil agar tidak terlihat mencurigakan. Ophelia membuka kertas itu dan melihat rangkaian jawaban untuk ujian Mr. Lodge telah tertera di dalamnya dengan rapi.
“Dari mana kalian mendapatkan ini?”
Elle mengerutkan wajahnya. “Don’t start, Nancy Drew,” katanya sarkastik. “Bisakah kau setidaknya mensyukuri hal ini?”
“Tapi kita tidak tahu kalau ini bahkan benar atau tidak,” balas Ophelia khawatir. “Bagaimana jika seseorang mengarang-ngarang saja untuk membingungkan kita semua? Lebih baik kita semua belajar seperti biasa dan mendapatkan nilai dengan jujur.”
“Kunci jawaban ini telah dipakai oleh kelas sebelah, dan mereka bilang kalau jawaban ini cocok dengan soal-soal yang ada di kertas ujian,” balas Magentha. “Tapi terserah kau saja, Ophs.”
Ketiga gadis itu pun berjalan meninggalkan Ophelia yang masih menatap ke kertas jawaban itu, dan karena ia tidak tertarik lagi untuk membacanya, ia pun membuangnya ke tempat sampah yang ada di dekat konter kafeteria.
Ketika ujian tiba, Ophelia membuktikan sendiri bahwa kunci jawaban yang tadi ia lihat sekilas memang benar-benar adalah untuk ujian Mr. Lodge saat ini. Ia melihat ke arah teman-temannya yang menjawab soal ujian dengan lancar, di mana biasanya mereka lebih banyak memegang kepala atau terlihat frustrasi karena kesulitan menyelesaikan ujian Mr. Lodge yang terkenal sulit luar biasa.
Keesokan harinya, Ophelia dipanggil oleh Mr. Lodge ke kantornya, dan ia tahu jelas kenapa tanpa perlu bertanya padanya. Ketika Ophelia mengunjungi kantornya, pria itu sedang menilai tugas-tugas mahasiswanya yang sepertinya dari kelas lain.
“Miss Wood, apa Anda tahu sudah berapa lama saya mengajar di Grove Ridge University?”
Ophelia mengganti sedikit posisi duduknya sebelum menjawab. “15 tahun, Sir.”
“Oleh karena itu, tentunya saya sudah sangat berpengalaman dalam mengetahui jika ada yang salah dengan pelajaran saya, bukan begitu?” tanyanya lagi.
Ophelia mengangguk.
“Di Grove Ridge University, semua orang terlihat menimba ilmu dengan tujuan dan maksud baik, sehingga kesalahan seperti ini agak terdengar tidak masuk akal,” kata pria berusia paruh baya di hadapan Ophelia itu. “Apa pelajaran saya benar-benar sulit, Miss Wood?”
“With all due respect, Sir, sebenarnya... iya,” jawab Ophelia hati-hati.
“Saking sulitnya hingga seseorang memasuki kantor saya untuk mengambil kunci jawaban ujian kemarin dan menyebarkannya ke seluruh angkatan kalian?” tanyanya sedikit sedih. “Apa Anda mencontek juga, Miss Wood?”
Ophelia cepat-cepat menggeleng. “Saya sempat menerimanya juga, tapi saya segera membuangnya.” Kemudian ia memandangnya dengan khawatir. “Apa Anda akan mengulang ujian kemarin?”
“Oh, tentu saja. Saya tidak bisa memasukkan nilai yang didapat dengan ketidakjujuran.”
Ophelia pun langsung mengutuki siapapun yang menyebarkan kunci jawaban itu dalam hati. Berkat orang itu, mereka akan dua kali menjalani ujian Mr. Lodge.
“Saya memanggil Anda kemari juga karena saya ingin meminta bantuan Anda untuk mencari tahu siapa yang melakukan semua ini,” kata Mr. Lodge lagi. “Saya berharap jika saya berhasil menemukan orang di balik semua ini, saya bisa sekalian memberikan ultimatum kepada seluruh mahasiswa saya untuk tidak mengulang hal yang sama lagi. Apa Anda bisa membantu saya, Miss Wood?”
Ophelia terlihat ragu untuk sesaat. “Tapi kenapa harus saya, Mr. Lodge?”
“Anda tidak tahu? You possess a reputation as a nosy student, berkat aspirasi Anda untuk menjadi seorang investigator terlepas pilihan jurusan Anda di sini,” jawab Mr. Lodge dengan pandangan lekat kepadanya.
“Jadi... apa hubungannya dengan meminta bantuan saya?”
“Saya hanya berpikir jika Anda merasa tidak adil bagi saya untuk mengulang kembali ujian kemarin, Anda pasti ingin menemukan siapa dalang kejadian ini,” jawabnya. “And I think you like getting your hands busy.”
Dan memang benar. Ophelia senang menyibukkan dirinya dengan menyelesaikan masalah seperti ini, sesepele apapun itu.
Ia mengunjungi ruang CCTV kampusnya untuk memeriksa kamera pengawas di depan kantor Mr. Lodge dan setiap kelas di kampus untuk menemukan sosok misterius yang mungkin mengambil kunci jawaban ujian kemarin.
Dan setelah berjam-jam mencari, ia melihat seorang mahasiswa laki-laki yang tidak ia kenali keluar dari kelasnya beberapa hari yang lalu, namun tidak pernah ada tanda-tanda ia masuk ke sana.
Sehingga, ia pun mendapat petunjuk pertamanya dan tahu siapa yang harus ia cari.
Oleh karena itu, perkenalkan... nama gadis itu adalah Ophelia Claire Wood, seorang gadis yang tidak akan berhenti mencari tahu setiap kepingan puzzle misteri yang paling sepele hingga yang paling rumit.
Dan sedikit yang ia tahu, sebuah konspirasi terbesar akan memuaskan semua keinginannya itu.
x-x-x
Keesokan harinya ketika pukul 1 siang menjelang, Ophelia sedang berjalan menuju kantor dosennya untuk mata kuliah minor, Miss Park, dengan tujuan mengumpulkan tugas laporannya. Ketika ia membuka pintunya, ternyata Miss Park sedang berbicara dengan seorang mahasiswa laki-laki, dan mereka berdua pun menoleh ke arah Ophelia.
“Maaf, saya tidak tahu kalau Anda sedang berbicara dengan seseorang,” ucap Ophelia tidak enak.
“Tidak apa-apa, Ophelia,” kata Miss Park ramah. “Apa kau ingin mengumpulkan tugasmu?”
Ophelia mengangguk dan berjalan masuk untuk menyerahkannya laporan itu. Mahasiswa laki-laki itu pun berpamitan pada Miss Park dan memberikan senyuman singkat pada Ophelia sebelum akhirnya berjalan pergi dari situ. Gadis itu tanpa sadar menolehkan kepalanya mengikuti mahasiswa itu hingga ke daun pintu, karena ia merasa sosoknya sangat mirip dengan yang ia lihat di kamera pengawas kemarin. Dan juga karena ia merasa cowok itu mengenalnya juga, jika dilihat dari tatapannya tadi.
“Is he that cute?”
Pertanyaan Miss Park itu membuatnya menolehkan kepala dengan kaget. “Maaf?”
Miss Park memberikan senyuman meledek, sehingga Ophelia cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
“Baiklah,” balas Miss Park yang masih tersenyum-senyum.
“Miss, apa mahasiswa tadi salah satu muridmu juga?” tanya Ophelia penasaran.
Miss Park mengangguk. “Ia sudah berada di tahun terakhir. Apa kau tidak kenal seniormu sendiri?”
Ophelia menggeleng. “Siapa namanya, Miss?”
“Dom.”
Gadis itu memiringkan sedikit kepalanya. “Hanya “Dom”?”
“Short for Dominic. Namanya Dominic Parker.”
Ophelia pun mengucapkan terima kasih dan berjalan pergi dari kantor Miss Park untuk menuju ruang kelasnya dan bertanya-tanya pada geng Elle mengenai Dominic. Setelah kelasnya selesai untuk hari itu, ia pun mencari Dominic kembali untuk menanyainya mengenai kecurigannya. Dan seperti yang ia duga, mereka memberitahunya bahwa Dominic bergabung ke dalam klub sepakbola di kampus mereka, sehingga kemungkinan besar ia bisa menemuinya di lapangan.
Ketika ia akhirnya menangkap sosok Dominic yang sedang berisirahat di bangku pemain cadangan, ia pun segera menghampirinya.
“Mr. Parker,” panggilnya. “Hai, kita bertemu di kantor Miss Park tadi.”
Cowok itu menoleh padanya. “Oh, hei.”
“Apa kau mengetahui soal kunci jawaban ujian Mr. Lodge yang tersebar ke seluruh angkatan tahun ketiga di jurusan kita?” tanya Ophelia tanpa basa-basi.
Dominic mengangkat bahu. “Tidak.”
“Tapi aku melihatmu keluar dari kelas kami beberapa hari yang lalu, tanpa pernah ada tanda-tanda bahwa kau masuk ke dalam,” desak Ophelia lagi. “Apa yang kau lakukan waktu itu?”
“Bagaimana jika kita berkenalan dulu sebelum kau menuduhku melakukan sesuatu yang aneh seperti itu?” tanya Dominic sambil beranjak dari duduknya untuk mendekati Ophelia. “Namaku Dominic—”
“Parker,” potong Ophelia cepat. “Dominic Parker. The quarterback. Mahasiswa tahun terakhir.”
Dominic memandangnya dengan bingung tapi terkesima juga. “Dan kau adalah...?”
Ophelia hendak membentaknya, tetapi ia cepat-cepat menahan niatnya itu.
“Ophelia Wood. Mahasiswa tahun ketiga, jurusan yang sama denganmu.”
Dominic tersenyum. “Baiklah, Ophelia, salam kenal.”
“Bisakah kau menjawab pertanyaanku saja?” tanya gadis itu tidak sabar.
“Sudah kubilang aku tidak tahu, oke?” balas Dominic yang kini menjadi kesal. “Sekarang jika kau tidak keberatan, aku ingin pergi bersama teman-temanku ke Owl 's. Kami ingin berpesta hingga malam.” Kemudian ia memandangi Ophelia dengan menyelidik. “Kecuali jika kau ingin bergabung, mungkin?”
“Tidak, terima kasih,” jawab Ophelia.
Dominic pun mengangguk dan segera mengambil barang-barangnya untuk meninggalkan lapangan. Ophelia pun tidak punya pilihan selain pergi dari situ juga.
x-x-x
Tanpa mengenal kata menyerah, keesokan paginya Ophelia mencari Dominic lagi ke lapangan sepakbola, hanya untuk menemukan ramainya kerumunan orang memenuhi tempat itu sehingga ia jadi agak bingung. Ada reporter berita-berita lokal, barisan orang tua yang khawatir, mahasiswa-mahasiswa yang merekam semua kejadian itu dan juga para dosen.
Ada mobil-mobil polisi juga di sekitar mereka, dan beberapa petugas polisi sedang berbicara dengan dosen dari fakultas lain, yang setelah Ophelia amati, ternyata adalah para dosen dari fakultas kedokteran.
Gadis itu pun melihat ke sekelilingnya untuk mencari Dominic di antara kumpulan para pemain sepakbola yang ada di situ, tapi ia tidak menemukannya.
Punggungnya ditepuk oleh seseorang, dan gadis itu pun menoleh dengan kaget.
“Parker?” tanya Ophelia bingung. “Apa yang terjadi di sini?”
Belum sempat Dominic menjawabnya, dua orang polisi telah menghampiri mereka.
“Miss Ophelia Wood? Dan Mr. Dominic Parker?”
Keduanya saling memandang sebelum akhirnya mengangguk.
“Bisakah kalian mengikuti kami ke kantor polisi untuk memberikan beberapa keterangan?” tanya salah satu dari mereka.
Dominic secara naluriah memajukan badannya ke depan Ophelia, seakan-akan melindungi gadis itu. “Apa kalian memiliki surat perintah untuk itu?”
Ophelia harus berjinjit di belakang cowok itu saking tingginya tubuhnya. “Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini?” tanyanya pada kedua petugas polisi itu.
“Kami mendapat laporan bahwa mahasiswa bernama Valerie Waynard telah menghilang dari acara kamping jurusannya yang diadakan sejak tiga hari yang lalu di area kampus Grove Ridge.”
Keduanya terkejut luar biasa.
“Dan menurut teman-teman Miss Waynard yang lain, Anda berdua juga ternyata mengenalinya. Kami hanya akan meminta beberapa keterangan singkat untuk menambah informasi kami terhadap kasus ini.”
“Maaf, kami ada kelas setelah ini,” balas Dominic yang masih tidak ingin menuruti permintaan mereka.
“Kami bisa mengabarkan dosen kalian untuk ini.”
Ophelia menarik tangan Dominic untuk membawanya sedikit menjauh dari kedua petugas itu, dan ia pun berbisik padanya.
“Kau mengenal Waynard?”
Dominic memandangnya dengan bingung. “Kau juga?”
Mereka berdua pun saling memandang dalam keterpanaan.
Karena jika memang benar gadis itu menghilang, wajar jika polisi menanya-nanyai mereka. Sebab mereka berdua ternyata mengenal seorang Valerie Waynard.
Dan apapun yang berkaitan dengan gadis itu... mereka tahu bahwa tidak pernah ada sesuatu ataupun situasi yang bagus.