Loading...
Logo TinLit
Read Story - MY SCHOOL
MENU
About Us  

                                                                                           PERJALANAN PANJANG

 

Perasaanku hari itu tak enak setelah aku dapat telpon dari kakakku.Kakakku menyarankan supaya aku pergi ke rumah nenekku di Desa Helvetia sana karena aku ada di Medan masih.Hampir tiga bulan aku tak pergi ke rumah nenekku (“oppung”dalam bahasa bataknya) alasannya adalah jauh dari tempatku,aku tak tahu dimana lokasi pastinya tapi yang aku tahu bahwa rumahnya ada Desa Helvetia Medan.Pagi ini aku berpikir berpikir dan berpikir.Pergi nggak ya..pigi nggak ya… hingga akhirnya aku memutuskan menelepon pamanku tapi sebelum menelepon aku bertanya dulu ama Renta karena semalam Melisa pulang ke rumahnya dijemput ama abangnya karena  kebetulan dia adalah orang Medan.Jadi malamnya,aku tinggal berdua bersama Renta di kamar.

“Renta...gimana mana kalo misalnya aku pigi sekarang..”,aku bertanya ama dia seolah-olah benar akan pergi

“Yah...gak papa..pigilah kalo berani kau..,”,kata Renta agak cuek sambil menyisir rambutnya di depan cermin.

“Ok..”pikirku dalam hati.Dia memang seperti itu orangnya.Mau menang sendirian dan sering cuek bahkan hanya memikirkan diri sendiri.

“Mau kemana kau rupanya”,kata dia berbalik arah.

“Ke rumah oppungku”

“Seandainya ada keluargaku di sini,aku akan terus pigi ke sana”,kata Renta mengandai andakan dirinya.

“Makanya itu...”,kataku setengah nada suara sambil melihat kontak handphoneku.

“Pigilah...gak mungkin mereka tak mau menjemputmu”,kata Renta seperti menjengkelkanku.

“Ya iyalah...”,pikirku dalam hati.

“Emang siapamu yang ada di sini”,

“Ada pamanku,tanteku,abangku..banyak sih banyak”,

“Itulah…”

Berarti diiyakan.Baiklah kalo dia sendrian di sini pasti tidak ada apa-apanya,pikirku dalam hati.

Dengan suasana yang sedikit kesal sama Renta atas jawabannya tadi,aku menelepon pamanku sambil menghembuskan nafasku tiga kali .Semoga ajah diterima.Sebenarnya,aku ragu karena aku jarang ketemu ama mereka meski pun kami adalah keluarga,aku bahkan tak bisa mengekspresikan perasaanku saat itu.Tu..tu..tu...terdengar suara hpku sedang memanggil.Tapi nyatanya,teleponnya mati.Mungkin ini sudah ke tiga kalinya aku coba panggil tapi teleponnya tetap tidak aktif.Aku mulai kesal.Setelah itu,aku mulai mengingat ingat kalau dulu kakakku pernah bilang kalau misalnya aku mau pergi ke rumah oppungku,aku minta nomor telepon pamanku darinya.Tanpa berpikiran panjang,aku menelepon kakaku.”Halo”perbincangan pun dimulai.Aku meminta no hape pamanku.Tapi ternyata no hape paman di hape ku sama juga dengan no hape di telepon kakakku.Aku hampir saja putus asa.Aku membanting-bantingkan diri diatas kasur.Aku akhirnya memberi pesan ke media sosial pamanku supaya kalo ada waktu aku dijemput.

Setelah 16 menit berselang,aku melihat-lihat kontakku dan aku menelepon abangku yang sedang kerja di Medan sejak 8 tahun lebih yang lalu dan memutuskan.Awalnya hapenya mati juga tidak aktif.Kenapa semuanya tidak aktif.Aku bertanya-tanya dalam hati.Aku merasa sangat menyesal kenapa baru hari ini aku mau pigi ke sana bukan dari  dulu.

“Kurasa aku akan menyesal setelah sampai di Sipoholon nantinya”,aku bicara sendiri.

Aku bahkan  berdoa supaya ada jalan.Akhirnya,aku ulangi unuuk memangil no hape abangku dan akhirnya di jawab.

“Halo...”,aku menyapa dia dari speaker hapeku.

“Halo...siapa ini..”,terdengar suara cewek di teleponku.Aku pun sedikit terkejut,kenapa cewek yang angkat hapenya?,pikirku seketika.

“Ini adeknya..”,kataku.Setelah cewek itu dengar kalau aku adeknya,dia langsung kasih telponnya ama abangku.

“Halo...”,terdengar suara abangku dari telponku.

“Ini aku si Fitri.Sekarang aku lagi di Medan karena PKL.Aku di Kantor BKN.Boleh nggak aku dijemput ke rumah oppung?”,kataku singkat.Sebenarnya,aku agak canggung sedikit karena takut jadi merepotkan.

“Dimana?”,kata abangku menaikkan suaranya mungkin dia tak dengar jelas.

“Kantor BKN”,kataku sambil menaikkan nada suara  juga.

“Oh...nanti sore aku jemput ya...”,kata abangku dari telepon dengan ramah.Dia sangat baik ama adek adeknya cuman aku tak mau membuat repot,itu aja.

“Ya..ya.. tapi kira kira jam berapa?”,aku sedikit bertanya

“Jam lima setelah aku pulang kerja”

“Ya...”,setelah perbincangan yang singkat itu,aku pun menutup teleponku.Aku menari nari di atas tempat tidurku seperti orang gila.Waktu pagi menjelang siang itu,mungkin aku adalah salah satu orang paling bahagia.”Di mana ada kemauan di situ ada jalan.Itulah usahaku untuk sekarang”,kata-kata itu muncul dari bibirku.Aku tersenyum sangat bahagia.Hari itu masih jam tengah sebelas.Aku sudah menyiapkan baju-baju untuk kubawa sore nanti.Saking senangnya.Sedetik pun rasanya satu jam karena lelahnya penantian ini.

Sebelum jam lima,aku melihat balasan pesanku dari pamanku.Dia bilang aku akan dijemput tapi sore setelah pulang kerja juga.Namun,aku kasih balasan supaya jangan menjemputku karena sudah ada abangku.Tepat jam lima,aku menelepon abangku.Dia bilang dia akan segera datang.Setelah setengah jam ditunggu akhirnya mereka datang.Aku secara cepat berlari ke rumah ibu ketrin kami.Di sana aku tak lihat ibu itu tapi yang aku lihat anaknya.Aku pun bilang kalau malam ini aku tak dapat makan.”Ya..ya .”,kata anaknya.

   Setelah dari rumah itu,aku berlari sedikit ke arah gerbang,aku melihat abangku bersama pacarnya.Mereka tersenyum.

“Kog..putih kali”,kata bangku sambil tersenyum.

“Ya… iyalah...sudah tiga bulan pun di sini”.Kami pun akhirnya berangkat.

Di tengah perjalanan dia menanyaiku berbagai macam pertanyaan karena sudah dua tahun berturut turut dia nggak pulang ke kampung halaman.Dia mungkin sedikit terkejut melihat aku sekrang karena dia terakhir melihatku ketika kelas tiga SMP.Dia Tanya pakah enak PKL di sini,di mana sekarang adekku sekolah,gimana kabarnya ibu dan Ririn,apa ada perubahan di kampong,dan masih banyak lagi.

“Pertanyaanmu seperti reporter ajah…”,kata pacarnya

“emangnya kenapa?”,kata dia

“Dek...kalau dia terus bertanya,bilang ajah biar dia pulang ke kampong.”,kata cewek itu lagi.Aku tersenyum.

Kami berhenti di tukang bakso.Saudaraku membeli tiga bungkus bakso.Sementara itu,pacarnya duluan jalan kaki  ke rumahnya bersama temannya.Setelah dari tukang bakso,kami pergi ke tempat mereka.Aku makan bakso bersama mereka.Mereka bertiga berbincang-bincang sampai jam tujuh kalau nggak salah.Setelah dari sana,kami pun berangkat ke rumah nenekku.Sebelum sampai di rumah nenek,kami pergi ke apotek untuk beli obat rematik oppungku.Di apotek itu,pacar abangku menimbang berat badannya.Aku tak mau kalah.Aku juga menimbang berat badanku.Aku ada 43 kg dan inilah berat badan yang paling banyak sepanjang masa di hidupku.Setelah dari sana,kami melanjutkan perjalanan dan berheti lagi di depan tukang kue.Kami membawa kue itu ke rumah oppugn seperti oleh-oleh.Setelah 15 menit di perjalanan,kami pun sampai di rumah oppung.

“Oppung…”,kata ceweknya

“Bah…kalian datang ya…”,kata oppungku sedikit terkejut dan persaan seneng.

“Yalah..”,kata abangku.Aku mendekati oppugn sambil menjabat tangannya.

“Oppung…”,kataku

“Bah..siapa ini..”,kata oppungku.Wajar sih dia tak kenal kali amaku karena aku tak sering berkunjung.

“Dia adekku..’,kata abangku sambil menuju dapur.

“Ini aku oppung…yang datang setahun yang lalu…..”,kataku dengan singkat sambil meletakkan ranselku di atas sofa.

“Oh…”,kata oppungku sambil memegang erat tanganku.

Setelah itu aku duduk.Abangku meletakkan kuenya di tempat kami berbincang-bincang.”Ini kue..”,”ohh…makasih bao (kata “bao”adalah kata dalam bahasa batak yang mengartikan cucu dari anak perempuan)”.Kami memakan kuenya.Namun,sepertinya ada yang canggung.Kenapa nenek tak cakapi aku seperti tahun lalu?,dia hanya ngomong sama abangku,pacarnya,dan ibu-ibu yang tinggal di rumahnya.Aku semakin heran.

            Setelah kuenya hamper habis,nenekku jadi mengingatku.Sebelumnnya,dia tidak mengira kalo aku adalah cucunya dari kampung dan yang dia tau bahwa aku adalah adek dari pacarnya abangku.Bukan hanya dia,ibu-ibu yang tinggal di rumahnya juga mengira kalau aku bukan cucu kandungnya.Aku semakin merasa tak enak.Setelah nenek tahu siapa aku,dia mulai bicara banyak amaku seperti tahun lalu dan akumulai nyaman.Bayangkan jika kamu ada di posisiku,nenekmu tak mengenalmu.Rasanya aneh sekaligus lucu.Mereka tertawa-tawa.Setelah sekian lama,abangku pulang ke rumahnya.Aku tinggla di rumah oppungku untuk malam itu.Sebelum tidur,dia banyak bercerita tentang hari-harinya di sisin.Dia bilang kalo dia sangat merindukan ibuku.Dia bilang ibuku sangat baik dan pekerja keras hanya saja nenekku tak sanggup lagi naik mobil lama-lama.Aku mendengar kata-katanya sambil merenung.Air mataku meleleh di pipiku dan tak sadar sudah mengalir deras di wajahku.Aku tak ngomong apa-apa takut nanti dia tahu kalo aku menangis.Aku hanya mengiyakan perkataannya.Bagimana nanti kalau aku jadi nenek-nenek?,pikirku dalam hati sambil membendung air mata yang tersisa.

            Dibalik pintu,terdengar suara sepeda motor.Dia adalah pamanku yang sudah nenek tunggu-tunngu.Nenekku membuka pintunya dan aku segera bangkit dari tidurku.

“Dia pamanmu,salamlah dia”,kata nenekku.Aku pu berjalan kea rah tumngku dan menyalam dia.Tapi tahu apa yang dia katakana?,dia bilang aku sombong kenapa nggak mulai dari dulu aku datang ke sini.Aku hanya bilang,kalo aku mengira tempat ini jauh dari tempat PKLku.Setelah,dari situ aku bali lagi ke tempat tidurku,kemudian aku bermimpi.

            Setelah malam itu kami lewati,waktunya bangun.Sepertinya,aku yang terakhir bangun.Ketika pamanku mau bepergiann,dia memberiku duit.Tak lama setelahnya,nenekku pigi gereja dan abangku sama pacarnya datang kerumah nenek.Abangku mengajak aku dan pacarnya untuk membeli daging babi untuk dimasak.Ketika mau membeli bumbu dagingnya,kami mutaer-muter di perjalanan,semua kede tutup dan mereka putuskan kalobummbunya di beli di warung dekat rumah oppung saja.Aku dan ceweknya pun pergi ke warung itu dan ternyata warung tersebut sudah tutup sejak tahun lalu.Sangat mengesanku,pikirku.Akhirnya,bumbu itu kami dapatkan dari warung sebelah.Abangku yang masak sendiri di dapur sampai masakannya siap.Aku dan abangku makan tapi ceweknya,ibu-ibu yang tinggal di rumah itu,dan nenek yang baru pulang dari gerja tidak makan karena belum lapar.

            Setelah dari rumah nenek,kami pergi ke plangkaning.Itu adalah tempat wisata bagi umat Kristen.Abangku membelikanku kalung salib dan setelah dari sana,kami pergi ke kebun binatang,ketika mau memasuki tempatnya,abangku lupa dari mana masuknya,kami masuk dari parkiran kedua dan ketika itu juga tukang parkirnya bilang kalau kami harusnya melewati parkiran pertama,kami pun balik lagi.Setelah,proses yang singkat kami mulai menelusuri hutan tempat binatangnya.Hujan datang,kami harus istirahat di tengah hutan di bawah tenda-tenda kecil,sambil berjalan pulang.Kemudian,kami balek ke rumah nenek.Ketika kami sampai,kami telah dapati tante dan suaminya di rumah nenek menunggu pamanku pulang.Sekian lama,pamanku akhirnya muncul membawa durian.Bisa dikatakan,kalo tanteku ada di sana,hanya karena durian.Hahaha.Aku tertawa dalam hati.Semuanya pun menikmati duriannya yang tidak seberapa itu.

            Malam itu,aku tidur di rumah pacarnya abangku dan paginya,aku diantar ama abangku ke sekolah.Ketika mau berlari ke mess,dia memberiku uang.Aku berjabat tangan dengannya.Kemudian,aku jalan agak berlari tapi pelan-pean ke kamarku.Aku melihat Renta main hape di depan kamar dan sudah berpakaian rapi.

”Renta…”,aku memanggilnya.Dia berbalik.Aku pun tak punya banyak waktu lagi,aku segera mandi tak ganti baju.Mereka telah pergi ke kantor.Aku berlari cepat ke kantor dan ternyata Renta belum juga di sana,aku Tanya ama teman satu kerjanya.Dia bilang kalau Renta belum sampai.Aku berlari lagi ke lantai dua,tempat absen.Mereka ada di depan pintu absen sedang menunggu bu Jojor keluar dari pintu sebelah.Aku pun lega.Setelah bicara ama bu Jojor,kami kembali ke kantor.Di kantor,Melisa juga belum sampe-sampe dan dia akhirnya muncul setelah 32 menit masuk PKL.

 

                                                                                             *****

Tags: SCHOLL

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags