“Ahh… Itu tadi sakit sekali…” Bangkitnya Rephion setelah tergeletak beberapa saat karena menerima bola dari Aris, bola kematian.
“Re-rephion, kamu tidak apa-apa? Akan kusembuhkan lukamu.” Rephion lalu memberikan semacam perintah, tangan kanannya terlihat menolak Erthys agar tidak perlu membuang-buang Mp (Magic point). “Ke-kenapa tidak perlu?!”
Perlahan-lahan asap yang sejak tadi menutupi wajahnya akhirnya menghilang, ia pun berkata, “Karena… aku baik-baik saja.” Tetap putih bersih serta mulus kulitnya.
Perkataan Rephion benar sekali. Wajahnya bahkan di sekujur tubuhnya pun tidak terdapat luka apapun, padahal kalau di ingat-ingat Rephion tadi itu benar-benar terkena tepat di wajahnya, dan ada kemungkinan lukanya pasti sangat besar, tapi ini sama sekali tidak ada bekas luka sedikitpun.
Aris terkejut melihat itu. “Tidak mungkin! Seharusnya, kau…”
“Kau apa? Kenapa terkejut begitu… A..R..I..S! Ohh! Apa mungkin kau telah berencana untuk menyerangku, ya? Bercanda.”
Tidak berani melihat mata Rephion yang terus menatapnya dengan tajam. Sedikit demi sedikit arah pada bola matanya semakin ke samping agar tidak terbongkar. “E-eh~ Benarkah? A-aku tidak tahu maksudmu.” Ketegangannya meningkat seiring Rephion mendekatinya sambil membawa bola di tangan kanannya. ‘Ga-gawat, gawat, gawat. Dia kesini!’
“Aris. Kuharap kau dapat menangkapnya…!” Di lempar ke atas bola yang ada di genggamannya. Rephion melompat sambil merubah posisi tubuhnya agar sejajar menyamping mengarah pada bola, kemudian kaki kanan mengambil ancang-ancang dengan menekuknya kuat-kuat, menegang otot di betisnya. “Mati!!!” [Over Kickoff!]
Blaassst! Shuuhh!!!
Bola berkecepatan tinggi terbang menuju wajah Aris. Tapi sebelum itu, arahnya tidaklah kesana melainkan ke arah lain yang lebih jauh ke kanan, lalu tiba-tiba perputaran bola semakin cepat berputar ke kiri dan menciptakan pusaran angin kecil, kemudian perputaran pun terjadi hingga berbelok ke target seperti tendangan pisang, meski begitu kecepatannya jauh lebih lambat jika di bandingkan serangan Aris tadi…
Tak begitu memerhatikan, matanya Aris pun terpejam.
Dresstt…
‘A-apa?!’
Mengeluarkan asap. Namun masih terus berputar, berputar dan percepatan putaran bola lama-lama menurun. Hanya dengan satu tangan saja? Itu benar sekali, Aris menghentikannya dengan tangan kanan. Ia juga tidak terbawa oleh kekuatan bola yang ditahannya.
Sekuat apa dia, padahal jaraknya cukup dekat, Rephion berpikir demikian ketika melihat itu.
Bagi Aris, tendangan Rephion sangat mudah ditebak dan pelan, kenapa? Hmm, tentu saja Type kita berbeda, dia tipe Defensive dan ia Offensive, bila dibandingkan dari segi kekuatan serangan? Jawabannya sudah jelas, kan. Dan yah, serangannya juga tidak begitu menyakitkan dirinya kalau cuma mengupas kulitnya saja, bahkan sekarang kulit di telapaknya saja sudah kembali seutuhnya. “He-hehehe… Lam…bat!” Menyombongkan diri dengan tawa dan senyuman lebar.
“Cihh!” Mendaratkan diri dengan sempurna setelah melakukan tendangan menakjubkan. Sangat kesal, dalam hati Rephion meresa begitu karena balasannya tidak di sebut sebagai balasan, malah itu terlihat cuma melemparkan bola pelan padanya. “Kau masih ingin lagi, hah?!” kata Rephion, bersikap seakan-akan lebih kuat.
“Lagi? Mana mungkin,” jawab Aris sambil mengangkat kedua bahu dan tersenyum misterius, ada sesuatu yang ia sembunyikan. Lalu, ia mengangkat bola ke hadapan wajah Rephion yang berjarak 7 meter. “Kau tahu kata-kata ini… Bola adalah teman… Jadi…”
“Jadi?” Kecurigaan Rephion membuatnya selalu tetap bersikap waspada. ‘Masih akan ada sesuatu,’ pikirnya.
Dihempaskannya bola di tangan Aris ke udara, sama seperti yang Rephion lakukan tadi… Rephion mendongak ke atas dan pandangannya langsung menutupi kemungkinan yang akan terjadi padanya, kemudian Aris menjawabnya dengan lantang dan keras, “Jadilah…! Teman pada bola ini!!!” Tangan kanan terbelakang seraya mengepal kuat. [Death Blow…!] Muncul api kegelapan yang membakar menyeluruh dengan cepatnya dari ujung jari sampai ke sikunya, lalu…
Drustt!!
Mengerikan sekali. Rephion berpikir tidak akan sempat menghindar bola itu. Dan, yang lebih parahnya lagi adalah ketika ia mengetahui Skill passivenya masih belum bisa di aktifkan, karena harus menunggu jeda waktu. Namun ada pilihan kedua yang bisa di ambilnya agar dapat selamat dengan kemungkinan kecil, tapi tetap saja kenyataan tak akan berubah bahwa ia akan terhantam keras terkena bola tersebut… [Scale Ar-]
Brakk!
Skill Rephion terpatahkan. Dan seketika ia terhempas di udara bersamaan dengan butir-butiran darah yang berjatuhan kemana-mana, mewarnai tanah dan rerumputan kecil menjadi merah.
“Rephion!” teriak histeris Erthys.
Rawphine yang melihatnya dengan sangat jelas dari samping, hanya bisa menutup mata sambil memalingkan wajahnya. “Keteraluan si Aris,” ucapnya pelan.
Duarr!
Terjatuh menimpa meja bundar dengan tubuhnya hingga menghancurkannya. Bersimpah darah yang mengalir dari hidung, mulut, dan mata…
Davtuna yang sedang melamun pun akhirnya tersadarkan oleh suara keras yang ada di depan matanya, dan sekaligus mengejutkannya melihat Rephion terluka parah. “Re-rephion! Apa yang terjadi padamu?! Siapa yang melakukan ini?!”
Tidak perlu menanggapi pertanyaan Davtuna, begitulah yang dipikirkan Erthys. Menutup mata. Erthys mulai mengkonsentrasikan MPnya dalam jumlah besar… ‘Ayo terbukalah, wahai cahaya suci.’ [Light Heal] Sebuah cahaya penuh ketenangan di rasakan mereka berdua yang ada disitu, Erthys dan Davtuna. Membalut tubuh Rephion sampai seluruhnya, Erthys lalu mempertahankan sihir itu hingga 10 detik berlalu… [Dandelion Light] Meniupkan udara dari telapak tangan kirinya yang mengarah pada tubuh Rephion.
Serbuk-serbuk cahaya emas berterbangan, mirip sebuah bunga dandelion yang ketika terkena sedikit saja hembusan angin bunga dandelion tersebut akan terpecah menjadi serpihan-serpihan bungu kecil dan terbawa mengikuti arah angin tersebut. Menempel dan kemudian terserap ke dalam luka…
.
.
‘Apa yang sudah terjadi padaku? Aku tidak begitu mengingatnya. Kenapa kepalaku sangat sakit sekali? Umm… Cahaya? Menyilaukan. Ada yang datang… Si-siapa kau?’
Sesaat kemudian ia merasa ada yang baru saja memeluk tubuhnya. Kehangatannya serta penuh dengan aura ketenangan seakan menyelimuti dirinya, kedua perasaan itu ia rasakan dan sekaligus membuat kondisinya menjadi lebih baik untuk melawan rasa sakit. Membuka mata perlahan-lahan, belum bisa melihat dengan jelas...
Claak…
Setetes air terjatuh tepat di pipi kanan, kemudian tetesan berikutnya berjatuhan terus menerus membasahi wajahnya. Tiba-tiba kondisinyanya langsung pulih dalam waktu sekejap dan penglihatannya juga kembali normal. Entah keajaiban apa yang sudah di dapatkannya, sungguh membingungkan.
Tak kira tetesan air itu hanya hujan semata, tapi kenyataan berkata lain padanya, bahwa tetesan air itu ternyata Erthys yang sedang menangis sedih. Dibawah pangkuannya yang lembut, ia pun terbangun sambil di bantu olehnya.
“Syukurlah… Kukira kamu akan mati.” Mengusap air mata.
Rephion membalikkan badan. “Erthys. Apa yang terjadi- Ka-kamu habis menangis?!”
Menggelengkan kepala. “Mmm... tadi lagi main sama Aris, terus tidak sengaja serpihan batu masuk ke mataku, jadi aku terlihat seperti sedang menangis deh,” ucap Erthys sambil tersenyum manis, namun tidak terlihat dipaksakan.
‘Aku tahu dia berbohong. Tentang semua yang dia kasih tahu padaku, tapi, kenapa aku tidak bisa mengingat sesuatu! Ada apa sebenarnya ini?!’
Menoleh ke samping, disana ada mereka bertiga sedang berdiri, Davtuna berbicara dengan Aris, dia, dia memarahi Aris? Rephion bingung, juga tidak dengar apa yang mereka katakan. Dan Rawphine berdiri disana agak menjauh dari posisi mereka berdua…
“Aris. Kuperingatkan kau, jangan terlalu berlebihan! Itu tadi bahaya sekali. Kau tahu, Rephion setelah terhantam keras, dia hampir mati…”
Merenungi kesalahan, tidak dapat membantah perkataan Davtuna yang menyudutkannya. Hanya menundukan kepala, dan Aris pun menjawab dengan perasaan bersalah, “Maaf-“
“Jangan minta maaf padaku, minta maaflah pada Rephion…” Menunjukkan jarinya ke arah Rephion berada tanpa melihatnya. “Kau yang membuatnya terluka parah!”
Aris berpaling dengan mengikuti arah tunjukkan Davtuna. “Oh! Dia sudah bangun.”
“Apa?!”
“Rephion sudah bangun.”
Segera melihat ke tempat Rephion diistirahatkan bersama dengan Erthys. Betapa mengejutkannya dengan apa yang ia lihat, sampai tak bisa mengatakan apapun. Pada matanya ia terlihat berkaca-kaca dan mulut bergerak terbuka ingin mengatakan sesuatu. langkah Davtuna langsung berlari secepatnya menghampiri Rephion yang tengah duduk disamping Erthys. Ketika jaraknya berada pada jangkauan yang pas, ia pun melompat seperti macan yang menerkam mangsanya. Memeluk erat tubuh Rephion.
“Syukurlah, syukurlah, syukurlah… Kamu tidak jadi mati…” Perkataannya berhenti saat melihat Erthys memberikan sebuah kode padanya, menyilangkan kedua tangan dan kepalanya menggeleng-geleng. Menggunakan gerakan mulut tanpa mengeluarkan suara, tidak perlu dibahas lagi masalah itu, kata Erthys, dan Davtuna mengerti akan pesan yang disampaikannya.
“Aku senang kamu memelukku. Tapi… Sejak tadi kalian mengatakan hal yang sama, itu membuatku penasaran. Memangnya apa yang sudah terjadi padaku?” tanya Rephion, lalu Davtuna pun melepaskan pelukkannya.
Memejamkan mata, jari telunjuk mulai menggaruk pipi kanannya. “I-itu… Itu loh… Kejadian begini…” Berusaha mengkhayal sejelas mungkin dan tidak menciptakan kecurigaan terhadapnya. “Kami main, mainnya itu… E-eh! Bukan-bukan! Bukan begitu!”
“Kamu tidak berubah ya… Santai saja, tidak perlu setegang itu.” Kecurigaan semakin tinggi, tapi ini agak cukup menghiburnya. ‘Memang benar, ada sesuatu yang ditutup-tutupi sama mereka. Coba kupancing dia dengan hayalanku.’
“Rephion-“
Lebih dulu mempotong perkataan Davtuna. “Seingatku, kalau tidak salah, si Aris melemparkan bola, lalu mengenaiku dan berakhir seperti ini. Apa benar begitu?”
“Bagaimana kamu bisa tahu?!” Davtuna terkejut, tatapannya
“Hah!” Reaksi Davtuna juga ikut mengejutkannya. ‘Padahal itu cuma hayalanku, tapi tak kusangka itulah kejadiannya… Akkh!’ Tiba-tiba saja tangan Rephion menutupi sekitar mata kanannya, ia terlihat mengerang kesakitan. Mengerutkan dahi yang penuh dengan keringat. “Ke-kepalaku…! Sakit!”
Dan mereka berdua pun mulai panik, Erthys dan Davtuna, bertingkah kebingungan harus berbuat apa. Namun, disaat itulah sebuah penglihatan memori yang telah terlupakan teringat kembali. ‘A…apa!’
Atmosfer berubah seketika. Penuh dengan kemarahan yang membara-bara. Panas dalam tubuh meningkat, sepanas emosinya yang tidak dapat dibendung oleh siapapun. Belum pernah ia merasa seperti ini… merasa ingin membunuhnya. Berdiri…
“Kamu sudah tidak apa-apa, Re-rephion?” tanya Davtuna, dan ikut berdiri bersama dengan Erthys.
“Akan kugunakan sihirku lagi ya, kamu mau, kan?” Bersiap merapalkan sihir. [Light…]
Selangkah ke depan. Mereka berdua berpikir ada yang salah sama Rephion, mengabaikan perkataan kami itu tidak seperti sikapnya, namun disisi lain, Erthys dan Davtuna juga merasakan sesuatu dari dalam diri Rephion. Yah, agak samar-samar. Apa Rephion sengaja memendamnya? Agar kami tidak merasakan itu.
Tiba-tiba Rephion mengarahkan tangan kanannya pada kami, mendirikan telapak tangan, sela-sela jari diberi sedikit jarak. [Light Protectors, Shells…]
Cahaya emas membentuk bola, mengurung Erthys dan Davtuna. Melihat-lihat di sekeliling mereka, kemudian mereka menyentuh dinding cahaya yang tak kasat mata berwarna emas. Ini sebagai tindakan pencegahan agar mereka berdua tidak ikut campur.
Ketukan demi ketukan mereka lakukan dengan keras supaya bisa memecahkan pelindung yang mengurung mereka, Erthys berkata, “Rephion! Kumohon hentikan!”
“Aku tahu kamu marah, sangat marah sekali pada Aris. Tapi kamu sendiri tahu, kan bagaimana sifatnya Aris itu seperti apa? Maafkan lah dia, ya,” timpal Davtuna.
Semua yang mereka katakan itu… sia-sia saja. Karena suara mereka tidak dapat menembus penghalang tak kasat mata buatan Rephion.
Melirik ke samping, setengah wajah Rephion terlihat masih memendam kemarahan. “Maaf. Kali ini aku akan serius. Terima kasih Erthys, Davtuna.” Memasang ekspresi yang tak begitu menyenangkan, lalu memfokuskan diri pada Aris sambil melangkah mendekatinya…
“Jangan lakukan! Kumohon!”
“Rephion!!!”
Tahu akan kedatangan Rephion. “Aris. Sepertinya aku harus pergi sekarang, melihat kondisi ini sudah tidak dapat dikendalikan…” Setelah mengatakan itu, Rawphine berjalan kearah cermin yang berada di dekatnya, dua langkah sebelum masuk ke dalam cermin ia menghentikan langkahnya. “Hati-hati. Seseorang ketika sedang marah tidak akan bisa mengendalikan dirinya sendiri, emosi terkumpul menjadi satu dan membelenggu kesadarannya. Badai amukan kemarahan akan melebihi apapun kekuatan musuh mereka. Hati-hatilah, wahai temanku… Oh iya. Aku akan mendoakanmu ketika kau sudah sampai di alam sana nanti. Sampai jumpa.” Melanjutkan dua langkah tersebut dan masuk ke dalam cermin, kemudian setelahnya, cermin tersebut menghilang bersama dirinya.
“Memangnya aku sudah mati apa! Oi! Rawphine!! Tunggu… Sial, dia pakai kabur segala.” Mendesah panjang.
“Yo, Aris.”
Menoleh ke arah suara tersebut. “Rephion. Apa kau baik-“
Mencela dengan menyeringai senyuman ramah. “Tentu saja aku baik-baik saja.” Tapi tidak seramah di dalamnya, yang jelas memiliki maksud lain. Kalau saja sifat Aris tidak senaif ini dan mendengarkan maksud dari perkataan Rawphine, ia mungkin tidak akan mengalami...
“Oh, begitu. Re-rephion, ehm… begini… A-aku…” Langsung membungkuk setengah badan. Janjinya pada Davtuna ia tepati akan melakukannya sungguh-sungguh. “Aku minta maaf. Sejujurnya tadi mungkin aku sudah berlebihan sekali, jadi… Kumohon maafkan aku, Rephion.”
Tidak ada jawaban.
Mengangkat sedikit kepalanya. Agak mengejutkannya melihat Erthys dan Davtuna di belakang Rephion terkurung oleh Skill jenis pelindung. Mereka berdua juga seperti berteriak-teriak keras, entah mengatakan apa. “Rephion-“
“Jangan khawatir. Aku akan memaafkanmu kok, setelah…”
Dassh…!
Sebuah Uppercut kuat dilancarkan secepat kilat. Aris terkena itu dan terhempas ke udara dengan darah yang menciprat begitu banyak… Kejutannya tidak berhenti sampai di situ saja. Rephion kembali melancarkan serangan ganas, sambil melompat kearah Aris ia langsung mencengkram kuat-kuat kepala Aris dengan tangan kanan, lalu di saat mereka mulai terjatuh ke bawah, Rephion menghantamkannya keras-keras ke permukaan tanah.
Braaakk!!
“Graakkh!”
Lebih banyak lagi darah yang menyembur dari mulut Aris setelah menerima serangan itu. Dan Rephion pun melanjutkan perkataannya, “…Setelah aku puas menghajarmu.”
Hampir saja kesadaran miliknya hilang. Namun, kedua matanya masih bisa bertahan untuk sementara waktu. Batuk-batuk… “ Apa kau… sudah puas sekarang?!” Sayup-sayup ingin menutup.
Dengan ekspresi dingin Rephion menjawab, “Belum!” Kembali mencengkram, tapi kali ini leher Aris yang tergenggam. Begitu kuat sampai tidak bisa bernapas dan juga tidak bisa melepaskannya, kemudian di angkat tinggi-tinggi sehingga kedua kaki Aris tidak menepak permukaan tanah. “Akan kutunjukkan sesuatu yang menyenangkan untukmu!”
Huush…
Di lempar ke udara…
Berat tubuh ia tumpukan menyamping dengan postur agak menarik ke belakang, lalu kaki kanan diturunkan sampai menekuk dan menahan posisi tubuh, kemudian kaki kiri mengambil jarak ke depan sambil meluruskannya dan sedikit menggesernya. Kedua telapak tangan menepak tanah.
Berada pada posisi yang tepat sebelum benar-benar menyentuh tanah. Aris terjatuh dengan kepala lebih dulu dan punggungnya ada di hadapan Rephion…
[Sealing… DragonFist’s!]
Satu pukulan menggunakan dua telapak tangan mengarah ke tengah-tengah punggung belakang, terpental lah Aris sangat jauh. Bergerak lebih cepat dari angin yang berhembus, tiba-tiba Rephion sudah sampai di depan Aris. Dengan cepatnya ia memutar balikkan badan sambil mengarahkan tumit kanan kaki ke wajah Aris dengan kencang, terhajar keras dan terbanting menyamping, tapi sebelum terbanting ia lebih dulu menendang kakinya agar lebih memperburuk jatuhnya. Bruuk!
Sebagai penyelesaian, Rephion menghantamkan pukulan terakhirnya yang jauh lebih kuat dari serangan-serangan sebelumnya, ke titik tengah perut… Dummb!! Crakk! Tak kira kekuatan pukulannya juga ikut menghancurkan tanah di bawah tubuh Aris.
Memuntahkan darah… Keadaannya sungguh tidak berdaya di tambah penglihatannya di sebelah kiri menutup rapat. Mendesah-desah pelan. “…K..kau.. sudah... puas sekarang, kah?” Setelah menanyakan itu, ia beberapa kali batuk mengeluarkan darah, napas tersendak oleh darah yang masih keluar dari mulutnya dan kembali batuk-batuk. Yang sesaat kemudian kedua matanya pun akhirnya menutup secara perlahan-lahan, begitu pula dengan kesadarannya.
[Ultimate Skill…] ‘Lebih baik kau lahir kembali saja- Tersenyum?!’ Ia melihat Aris tersenyum kecil, padahal tadi tidak begitu. [Dragon Form… Levie-]
“Berhenti!”
Pengucapan Skillnya terhenti. Kemudian ia mencari-cari asal suara itu…
[Activication! Gate second!] “Mengerti. Gerbang kedua terbuka!” Cring!
Mendengar ada seseorang yang baru saja berbicara, Rephion segera melihat tubuh Aris.
Benar-benar mengejutkan, sampai ia mereflek mundur beberapa langkah kaki, jantungnya pun langsung berdetak cepat. Yang dilihatnya adalah Aris tiba-tiba ada dihadapannya sedang berdiri dengan tubuh membungkuk, kedua tangan terhuyung-huyung ke bawah lemas tanpa tenaga, darahnya pun masih menetes dari mulut…
.
.
“Sial! Gara-gara bola itu mengenaiku, aku jadi pingsan lama sekali!” Drak! Memukul tanah sampai meretakkannya. Kekesalannya memuncak, dan semakin memuncak lagi melihat Aris membuka tahap kedua dari kekuatannya yang tersegel. “Kalau sudah begini, satu-satunya cara… Oh! Sebentar! Mungkin cara ini bisa dilakukan. Kuharap berhasil.” Mengambil satu batu kecil yang tertindih tubuhnya, lalu mengarahkannya ke tempat Erthys terkurung, saat arahnya tepat ia kemudian melemparkan batu itu mengenai pelindung cahaya. Tuk!
Erthys sadar ada yang melempar, melihat ke belakang. Tertulis dari cahaya emas di atas udara, “Dandelion Light”, dan orang yang menulis itu kondisinya mengerikan sekali, bagian perutnya ada lubang besar tapi masih hidup.
“Kruvva-sensei!”
“Gunakan Skill itu, cepatlah!” teriak memohon kepada Erthys.
“Baik!” Mengangguk. [Dandelion Light!] Meniupkan butiran-butiran cahaya kecil ke arahnya.
Membutuhkan waktu cukup lama agar bisa menutup dan mengembalikan tubuh serta organ dalam yang telah hancur…
.
.
[Destruction!] “Mengerti! Skill kehancuran di aktifkan!”
Hushh!
Mendadak hilang wujud Aris. Muncul kembali sudah berada dihadapannya yang jauh lebih dekat… Brukk!
Rephion terkejut, namun kali ini ia berhasil menahan pukulan tiba-tiba Aris dengan menyilangkan kedua tangannya, meski harus terdorong sedikit. Menghela napas Rephion, berpikir serangannya hanya ini saja. Kesalahan fatal.
Ternyata memang benar itu bukanlah serangannya. Kepalan tangan Aris tiba-tiba mengeluarkan cahaya api yang begitu terang, semakin terang dan semakin menyilaukan mata…
Duaarrr!!!
Ledakan besar terjadi. Asap tebal menutupi setengah badan Rephion. Untungnya ia terselamatkan berkat Skill passivenya [Shielder Resist] kali ini coba kalau tidak, mungkin akan berakhir seperti sebelumnya.
Rephion pun murka. “Keparat!”
Ia kemudian membalasnya dengan pukulan yang sama dan mengenai wajahnya, terdoronglah tubuh Aris hingga berjarak 4 meter tapi masih tetap berdiri dan bertahan menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh. Rephion bergerak seperti berlari ke depan sambil bersiap mengambil ancang-ancang untuk serangan lanjutan… “Haahhh!!!”
Serangan beruntun di lancarkannya sekuat tenaga… Left elbow, Right cross, Right cross, Triple punch combo, chop… High uppercut!
Aris tidak menghindari combo-combo barusan, diam menerimanya, hingga darah menciprat sangat banyak.
Ketika Rephion ingin meneruskannya dengan tendangan super kuat yang mungkin akan menjadi penyelesaian. Lagi-lagi tubuh Aris hilang dari hadapannya dan tidak meninggalkan jejak apapun. Seperkian detik Rephion berusaha mencari lokasi Aris, berhasil menemukannya di detik-detik menegangkan, yang berada tepat di belakangnya, dan Rephion segera merubah tendangan super kuatnya menjadi Hide side kick, yang dapat menjatuhkan lawan dengan tendangan rendah, dorongannya yang dapat bisa menjatuhkan lawan itu harus memutarkan badan ke kiri sambil menunduk serendah-rendahnya. Tetapi, keterlambatannya membuat ia lebih dulu di serang.
Bam! Bam! Bam…!
Berusaha menahan sakitnya. Menguatkan diri. “Kurang ajar!”
Tiga sampai lima pukulan, di setiap satu pukulan menghasilkan serangan menyakitkan, lalu di kalikan dua dan dua sampai seterusnya hingga menciptakan pukulan sangat menyakitkan. Tidak terjadi ledakan seperti tadi, jelas berbeda… karena Aris tidak bermaksud membuat ledakan yang sama, tapi ia mau membuat ledakan berbeda yang akan bersembunyi dalam tubuh Rephion. Tertanam ketika pukulan Aris mengenai kulit punggung. 3 detik setelahnya…
Duaarr! Duaarr…
“Graahhk!!!”
Terhuyung-huyung berjalan ke depan dengan darah menetes dari luka di punggungnya, dan tak lama kemudian Rephion pun terjatuh…
[The Sun of Destruction!] “Mengerti! Skill matahari penghancur di aktifkan!”
Energi api berkumpul ke satu titik di telapak tangan kanan Aris, menciptakan sebuah bola panas yang kian membesar seiring di angkatnya tinggi tangan kanannya. Di saat pembesarannya sudah cukup, bola api itu langsung di lempar begitu saja ke Rephion.
Bangkit… bangkit… bangkit…
Kalau sampai tidak, ini akan menjadi akhir cerita untuknya. Bangkitlah… Ayo, bangkit…!
“Haaaaahh!”
Dengan segenap kekuatan yang masih tersisa, ia gunakan untuk kedua tangannya agar bisa mengangkat tubuhnya, dan yang di lakukannya berhasil, tinggal… Menahan rasa sakit yang mungkin ini akan menjadi penyiksaan berat baginya.
Mendorong kuat-kuat, lalu dengan cepat membalikkan tubuhnya. Druk!
“Aaarrgghh!!!” berteriak keras. Setelahnya mendesah-desah cepat, sakit yang di rasakan masih membuatnya menambah tersiksa. Memucat wajah Rephion. Mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. “Sial!” Segera menahan bola besar tersebut.
Tessstt…
“Gehhk…! Gehk!” Mengeratkan rahang dan gigi bagian bawah atas hingga mengeluarkan suara decitan… “Hwaaahh!!!”
Berhasil menahan bola api besar itu dengan dorongan tenaga yang tersisa, tetapi sebagai pengorbanannya ia harus menerima sakit yang luar biasa ketika jari-jari ditangannya mulai meleleh.
Tenaganya mulai terkuras ke titik dimana ia terdorong secara perlahan ke belakang dan semakin memojokkannya. Pasrah? Tidak mungkin… tidak mungkin, tidak mungkin! Seorang Goddess of Peace mengatakan menyerah pada rivalnya yang seorang Goddess of Destruction. Itu tidak mungkin.
Melelehkan sampai batas pergelangan…
.
.
“Yosh! Terima kasih Erthys! Jangan sampai lupa, ya,” kata Kruvva-sensei sembari berdiri. Mengambil selangkah jarak kaki kanan agak menjauh di belakang.
“Baik… tu-tunggu! Luka sensei belum tertutup sepenuhnya,” seru Erthys, mencegah agar jangan pergi dulu.
“Tak usah khawatir. Ini belum seberapa bagiku…” [Teleport!] Menghilang. Dan meninggalkan kilatan-kilatan cahaya berwarna biru tua yang memanjang.
Sampai pada tempat Rephion berada dengan waktu yang hampir sedikit lagi terlambat…
Kruvva-sensei mengambil ancang-ancang sebesar mungkin. Lalu melepaskan tendangan super kuat pada bola yang menimpa Rephion. “Menjauhlah dari muridku! Bola sialan!” Terbang tinggi menuju langit ketiga.
Duuushh!
Menembus awan-awan putih… Hilang tak terlihat.
[Berkah sang Dewi air, Aqua-sama. Tunjukkanlah kekuatanmu, keadilanmu, yang dapat mengurung kejahatan di muka bumi ini… Sealing second, Bind!]
Aris langsung terjerat tali dari air yang mengikat tangan, kaki, leher, dan perutnya… tak bisa bergerak ataupun mengeluarkan sihir, tapi ia memberontak terus.
“Terima… kasih banyak,” ucap Rephion sudah sangat kelelahan.
Membantu Rephion mendirikan badannya. “Terima kasih? Aku tidak perlu ucapan terima kasihmu… Aku ingin menanyakan sesuatu padamu Rephion. Apa tugas seorang kakak menurutmu?” Rephion tidak bisa menjawabnya, ia diam dan menunduk tatapan wajahnya. “Perbedaan bukan suatu hal yang harus di permasalahkan Rephion, kita Dewi memiliki ikatan kuat yang sama, yang disebut sebagai cinta dan kedamaian, Light maupun Dark. Tentu kalau kau masih berpikir seperti itu, kau tidak akan pernah bisa memahami artinya cinta dan ketulusan hati… Yah aku tahu, Aris memang suka menjengkelkan, tapi ya, apa kau pernah tahu atau melihat dari sudut yang lain saat Aris melakukan hal konyol di depanmu? Dia hanya ingin berteman baik denganmu, tetapi, kau malah menutup diri untuknya yang tidak sama denganmu… Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, betapa menyesalnya dia melakukan hal buruk padamu, dan dia dengan beraninya menerima pembalasan darimu sebagai tebusan atas tindakannya. Apa kau tidak pernah kasihan terhadapnya, Rephion?”
Berpaling dari Kruvva-sensei. “A..aku hanya…”
“Bila kau terus bersikap seperti, suatu saat kau akan menyesalinya. Aku akan memberitukanmu suatu hal mengenai Aris…” Berjalan menghampiri Rephion. Kemudian Kruvva-sensei melanjutkan perkataannya dengan berbisik di telinga kiri…
Rephion langsung meneteskan air mata di atas kesalahannya sendiri. “Hah! A-apa yang telah kuperbuat?” Penyesalan memang selalu berada di belakang, menyembunyikan diri, menghasut seseorang agar menuruti hausnya kedengkian.
Ketika suasana tengah bersedih-sedihnya, datanglah sebuah bencana baru menimpa mereka…
Suara gemuruh hebat menggetarkan tempat ini. Sayang mereka yang ada tepat di bawahnya tidak menyadari kedatangannya, tapi Davtuna dan Erthys mengetahui asal suara tersebut datang dari atas mereka. Keduanya langsung panik setelah mengetahui benda itu.
“Kruvva-sensei, Rephion, Aris! Pergilah dari sana segera! Bola itu datang lagi!” teriak Davtuna sambil menunjuk ke atas.
“Cepatlah pergi! Rephion! Aris…!”
Rephion masih bersedih, Aris masih memberontak ingin melepaskan ikatan yang menjeratnya, dan sementara itu Kruvva-sensei sendiri yang mendongak ke atas… Tak sesuai yang di rencanakan, begitulah Kruvva-sensei mengatakannya. Kita bisa benar-benar mati kalau sampai tertimpa bola sebesar itu!
Di saat memikirkan sesuatu yang tidak penting. Rephion bangkit dengan tetesan air mata yang terus berjatuhan, lalu berjalan pincang ke samping Kruvva-sensei tanpa di sadarinya…
Bruakk!!
Ia tidak tahu datang dari mana kekuatan ini. Kekuatan untuk menendang pinggang ramping Kruvva-sensei sampai mementalkannya kearah mereka berdua, meski begitu tendangan yang begitu kuat tidak dapat menyakiti Kruvva-sensei karena ia juga menempelkan sedikit Skill miliknya, [Scale Armor; Body] pada sekitar punggung. Erthys dan Davtuna berhasil mendapati tubuh Kruvva-sensei yang terpental, lalu mereka berteriak-teriak kembali memanggil nama? Atau menyuruhnya pergi? Sangat mustahil, berjalan saja susah apalagi lari. Terus kalau misalnya bisa lari pun ia pasti tidak akan bisa selamat juga, kenapa?
Coba perhatikan yang ada di atas sana. Bola api sebesar 50 meter sedang terjatuh ingin menimpa kami semua, ya kalau mereka bisa kabur karena jaraknya sudah cukup jauh.
Menghampiri Aris. Menghentikan langkah saat berada tepat di hadapannya. “Mau kah kau memaafkanku, Aris?” Langsung memeluknya dengan erat, meski kedua telapak tangannya tidak dapat merasakan sentuhan. Buntung atau lebih tepatnya meleleh. Rephion menekan kepala Aris agak lebih mendekat lagi, berontak menolak sihir penyegel Kruvva-sensei yang masih aktif.
Rephion melakukan sesuatu terhadap penyegelan itu sampai berhasil melepaskannya, dan kemudian membiarkan dirinya mendorong tubuh Aris hingga terjatuh ke tanah bersamanya, saat menjatuhkan diri ia tidak lupa untuk menjaga kepala Aris agar tidak terbentur batu yang berserakkan. Memeluk lebih erat.
[Scale Armor; Full Body!]
[Light Protectors; Shells!]
[Lifeter Heart!]
“Tugas terakhir seorang kakak, menjaga keselamatan adiknya… Aku menyayangimu…”
Bergerak-geraknya kelopak mata Aris, perlahan-lahan terbukanya. “Ahh… Kepalaku sakit sekali. Ada apa ini?” Ingin menggerakan tangan agar bisa memegang kepalanya yang terasa sakit, tapi sayangnya ada yang menahan. Lemas tak bertenaga. “Tanganku tidak bisa di gerakan. Seseorang ada yang memelukku. Tidak kelihatan wajahnya.” Baru sadar setelahnya apa yang sudah di kenakan di kepala, berupa helmet pelindung dan ia juga merasakan hal yang sama dengan yang ada di anggota tubuh yang lain. Ini adalah full armor pelindung. “Hei, cepat lepaskan ini semua serta pelukkanmu, aku tidak membutuhkannya.”
“Kau sudah sadar, kah.”
“Akhirnya ada jawaban juga. Entah siapapun kau, cepatlah lepaskan aku! Atau kalau tidak, aku sendiri yang akan memaksamu…” Aris memberontak keras dengan sekuat tenaga.
“Hentikan Aris, kumohon jangan bergerak-gerak dulu. Kalau kau… masih ingin… hidup.”
“Tunggu! Suara ini… Rephion, kah! Ke-kenapa kau memakaikanku armor?! Aku tidak suka dengan yang kau lakukan, cepat lepaskan, lepaskan juga pelukkanmu itu. Rephion! Oi, Rephion! Kau dengar?!”
Berusaha memberontak lagi agar Rephion mau menjawabnya. Tapi tetap tidak ada jawaban darinya. Di saat Aris ingin memberontak lebih kuat, tiba-tiba Rephion mengucapkan sesuatu yang membuat Aris menghentikan tindakannya. “Semoga kau selamat… saudariku.”
“A-apa yang-“ Suara gemuruh semakin jelas di dengar. Memiringkan kepala, sedikit terlihat apa yang ada di atas sana. “Bola…?!” Dan apa yang dilihat Aris pun seketika membuatnya panik. “Hah! Re-rephion cepat lepaskan aku! Rephion!!!” Sangat ketakutan sampai ia menutup kedua mata, ketika tahu bola itu sudah sangat dekat di hadapannya.
Duaaarrr!!!
Jatuh mengenai permukaan tanah, menimpa Rephion bersama Aris di bawahnya. Segala hal yang ada di bawah pun hancur dalam sekejap tak menyisakan apapun, kecuali kehancuran di mata mereka bertiga yang selamat. Terus terjatuh menekan ke bawah dan hingga pada akhirnya menembus ke dasar permukaan tanah.
Skill Rephion [Light Protectors; Shells] pecah menjadi butiran-butiran cahaya setelah berhasil menahannya sebentar saja, ia tahu Skill itu tak mungkin bisa bertahan. Jadi ia memfokuskan kepada dua Skillnya yang lain agar dapat menyelamatkan Aris, tentu ia lebih menguatkan Skill [Scale Armor; Full Body] yang memungkinkan melindungi tubuh Aris. Terbuat dari bahan yang di sebut keegoisan pribadi, cinta dan kasih sayang… tak mungkin bisa di hancurkan semudah itu oleh siapapun…
Percaya tidak percaya mereka berdua selamat dari kematian. Tetapi, yang terjadi pada Rephion sangatlah mengerikan sekali. Hanya menyisakan sebagian tubuh yang sudah hancur dari sehabis melalui ancaman kematian tersebut.
Kedua tangan dan kaki, sayangnya Rephion harus merelakannya karena itu sebagai bayaran yang harus di tebus olehnya. Dengan begini kesadarannya benar-benar akan menghilang untuk selamanya, tapi sebelum itu terjadi, ia berkeinginan melihat wajah Aris untuk terakhir kalinya…
“Imutnya.” Melepas senyuman manis. Deg, deg… deg..deg… deg… Meredupnya detakan jantung miliknya, bersamaan itu pelukannya ikut terlepas dan tubuhnya mulai terjatuh ke arah lain…
Jika kalian (pembaca) penasaran ingin melihat wujud karakter dalam cerita ini, silahkan mampi di akun wattpad saya yang bernama...
Comment on chapter Prolog@Rissha28
Atau kalo gak ketemu juga, bisa kalian ketik judul cerita ini, maka akan keluar pencariannya. Sekian dan terima kasih...