“Apa maksud semua ini?” Rey melukis foto ke hadapan Selly, membuat kertas bergambar itu berserakan di lantai.
Pemuda itu, Rey Atmaja mengetuk pintu kontrakannya dengan kasar. Membuat Selly yang saat itu sedang mengerjakan tugas dari dosen mengerutkan kening. Menilik ponsel di samping buku, angka 20.25 terpampang di layar. Siapa yang datang malam-begini?
Belum lagi menyapa memenangkan pemuda tinggi itu, tiba-tiba saja tiba-tiba muncul dan masuk yang tidak dimengerti Selly. Lebih-lebih koleksi foto yang berhambur di depan kaki dan menampakkan sesuatu yang membuat jantungnya bertalu bak genderang perang. Selly menunduk mengambil beberapa foto yang terjangkau tangan. Jemari berlian Selly gemetar menghubungkan mata tertumbuk pada objek foto itu. Seorang pria paruh baya yang secara langsung suka berbicara dengan orang lain. Seorang perempuan dengan rambut sepunggung. Dengan jemari yang semakin gemetar, Selly membalik foto itu menampilkan foto selanjutnya, dan hati Selly serasa jatuh. Perempuan bersurai hitam sepunggung itu adalah dirinya.
Beberapa foto berikutnya menampilkan kedua objek yang beriringan, menunggu di depan lift, dan yang terakhir mereka terlihat kamar hotel.
Mengangkat wajah, Selly menemukan Rahang Rey yang tampak mengeras, mata tajamnya semakin tajam saat siap menusuk batin netra Selly. Susah payah Selly menelan ludah yang seakan terganjal batu besar.
“R-Rey ...,” suara yang keluar dari mulutnya mirip cicit burung yang sekarat, “ini, kamu dapet dari mana?”
“Gak penting dapet itu dari mana!” Bukan bengkaling Rey yang membuat Selly berjengit hingga mundur satu langkah, tapi karena tatapan pemuda itu.
Sorot netra beriris kelabu yang selama ini berbicara dengan api yang bisa menjilat. Bukannya yang dirasa tapi kulit sapi menghanguskan.
Selly menunduk, harusnya dia tahu semua ini akan terbongkar. Harusnya dulu dia mengikuti logika ketika otak memerintahkannya untuk menjauh. Menyudahi kedekatannya dengan Rey. Tapi dia terlalu mabuk akan sensasi menyenangkan yang ditimbulkan oleh pemuda berbadan tinggi itu. Dia terlampau terlena akan perasaan berharga, perasaan bahwa dia akan selalu dipuja. Dan kini ketika Rey mulai mengendus jati dirinya dia tahu bahwa sebentar lagi dunianya akan berubah jadi neraka.