Read More >>"> In Love With the Librarian (14. Sesi Foto Yang Panas) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - In Love With the Librarian
MENU
About Us  

Sesi foto itu mengambil waktu di hari Sabtu. Pagi-pagi sekali Mustang merah Bas sudah berisi Liam, Dru dan Anne. Mereka melaju ke Kebun Raya Bogor tempat acara diadakan.

Di bagasi Mustangnya berjejalan tas training berisi baju ganti dan jaket kulit. Bas dan teman-temannya menolak menggunakan baju yang ditentukan dari mahasiswa DKV karena ukuran tinggi tubuh mereka yang tidak standar. Terkadang ukuran celana yang menggantung dan tangan kemeja yang tanggung, oleh karena itu pakaian Bas semua menggunakan jasa penjahit professional.

Liam dan Dru tidur di bangku belakang. Anne duduk di depan menemani Bas dibelakang setirnya. "Kau senang ya aku ikut?" Bas menyeringai dan melirik kearah Anne. Anne mengangguk senang. Melihat ekspresi Anne, Bas berpikir mungkin ia seharusnya lebih sering mengajak Anne jalan-jalan.

"Kau akan menggunakan baju dari anak-anak DKV? Bagaimana nanti kalau bajunya terlalu sexy? Kependekan mungkin?"

Anne melongo, ia baru kepikiran akan kemungkinan itu. "Aduh Bas, bagaimana ya?"

"Ya sudah lah, yang penting aku ikut. Kau tidak perlu khawatir." Satu tangan Bas meraih tangan Anne, meremasnya untuk menghilangkan kekhawatiran Anne. "Ada jubah mandiku, kalau perlu pakailah." Anne mengangguk lemah, pikirannya masih melayang kepada kemungkinan model baju yang akan digunakannya.

Berkendara dalam kecepatan tinggi, tidak lama Mustang merahnya masuk ke pelataran parkir dan berhenti. Bas baru akan meneriaki temannya untuk bangun ketika Anne menghentikannya. Anne membangunkan Liam dan Dru perlahan, " kak Liam, kak Dru... sudah sampai. Bangunlah." Pada panggilan ketiga, Liam dan Dru menguap dan bangun.

Menggendong tas training, mereka masuk ke dalam Kebon Raya. Disana sudah ada belasan mahasiswa DKV dan beberapa tambahan mahasiswa dari UKM fotografi yang bergabung ketika mendengar Anne dan Bas menjadi modelnya. Di belakang sebuah pohon besar didirikan tempat tertutup sebagai fitting room.

Bas meletakkan tasnya diatas rumput dibawah pohon yang besar dan teduh bersama dengan kumpulan mahasiswa lainnya; dan berputar melihat sekelilingnya. Cuaca sedikit berawan pagi ini, belum tentu hujan, namun Bas sudah mengantisipasi dengan membawa payung dan jaket kulit.

"Ayo! Gather up! Dosen fotografi yang sudah berumur itu menepukkan tangan meminta perhatian. Semua orang berkumpul. Mereka kemudian dibagi-bagi menjadi empat kelompok sesuai dengan jumlah model yang hadir. Bas sudah mengatakan sebelumnya jika mereka berempat harus terpisah lokasi foto maka Bas batal ikut, anak DKV itu menuruti kemauan Bas. Dia selalu mendapatkan apa yang diinginkannya bukan? Kecuali Anne, dan itu yang membuat perempuan itu sangat menarik.

Anne digiring ke fitting room untuk berganti baju. Bas bertanya-tanya pakaian apa yang akan digunakan Anne. Mahasiswa perempuan disebelahnya ikut berjongkok, membongkar tas Bas untuk memilihkan pakaian yang akan digunakan. "Ini saja kak, aku mau kau menggunakan ini." Alis Bas naik sebelah dan tersenyum memamerkan lesung pipitnya, selera yang bagus. Mahasiswa itu merona.

 

 

Anne keluar menggunakan baju terusan selutut berwarna orange pastel dengan kerah dan ban pinggang putih. Ini baju ketiga yang digunakannya, so far pakaian yang diberikan tidak terlalu vulgar. Ia didudukkan di depan cermin dan dirias. Anne melihat perubahan warna wajahnya dari polos ke kemerah-merahan seakan-akan ia merona. Bas, Liam dan Dru tidak terlihat dimana-mana, rupanya tempat pengambilan foto mereka dipisah-pisah dalam satu lokasi.

"Hey, cewek!" Bas tiba-tiba muncul di depannya dengan satu tangan menopang ke pohon depan Anne." Jika tadi Anne belum dipoles, maka wajahnya yang merona saat ini sewarna dengan dandanannya sekarang.

"Bas, kau..." Anne hilang kata-kata. Bas terlihat menawan dan mahal dengan sweater turtleneck abu-abu, celana bahan dari wool dan jaket terusan.

"Kau menyesal belum menerimaku?" Bas tertawa. Kilatan cahaya merekam candid kedekatan mereka. Bas tidak keberatan. Di depannya Anne terlihat menggemaskan dengan baju terusan itu, rasanya Bas ingin melempar-lemparkannya ke udara.

"Eh, aku ada ide, bagaimana kalau kalian foto bersama. Ayolah! Untuk materi project kami, please." Seorang mahasiswi muda mendekati Bas, memohon dengan tatapan yang lucu.

"Aku ada baju yang pas banget nich... ayolah kak Bas." Adik-adik mahasiswa DKV itu mulai merengek-rengek di depan mereka.

Anne sudah mau menolaknya, namun Bas menantangnya dan disinilah dia di fitting room menatap pada gadis dalam cermin dengan baju sack dress mini dari bahan brokat berwarna putih yang bagian leher sampai bagian atas dadanya ditutupi kain transparan, memperlihatkan sedikit lekuk dadanya. Sack dress itu berhenti lima senti diatas lututnya dan terdapat lima senti lagi belahan keatas di paha kirinya. Anne menutup matanya melihat keseksian yang ditampilkan gaun ini.

Anne sudah berdiri disana sepuluh menit, di dalam fitting room dan menolak keluar. Ini lebih seperti baju pengantin yang terlalu sexy, pikir Anne panik. Wajahnya sudah dirias dan rambutnya sudah diangkat, menampilkan leher yang jenjang dihiasi dengan curly rambut di beberapa tempat untuk menimbulkan kesan messy yang natural.

"Sampai kapan aku harus menung... gu." Bas menyingkap kasar tirai fitting room dan tatapan Anne sama terpananya dengan Sebastian. Sebastian terlihat sangat tampan dalam kemeja putih bergaris perak yang kancing atasnya masih terbuka. Jas hitam dari bahan wool mempertegas bahunya yang kokoh untuk digelayuti, sementara dasinya yang belum dipakai masih tersampir di lehernya. Anne susah payah menelan ludah, jantungnya berdegup tidak beraturan.

"Kurasa, mungkin idenya... kita bisa skip pacaran dan langsung menikah hari ini. Bagaimana menurutmu?" Bas tersenyum mengagumi pemandangan di depannya, ia ingin menyentuh pipi Anne yang merona tetapi itu akan merusak riasannya. Anne ikut tersenyum canggung bersamanya. Kilatan cahaya mengikuti gerakan Bas sejak dia menyingkap tirai fitting room itu.

"Bas, ini gawat... ini akan seperti foto prewed. Maksudku pacar-..."

"Kau membuatku tidak bisa berpikir yang lain Anne. Mari kita lakukan yang ingin mereka lihat. Nikmatilah." Bas menarik tangan Anne keluar dari fitting room. "Kami siap!" Terdengar nafas lega dari para mahasiswa. Awalnya mereka khawatir karena Anne tidak mau keluar, sekarang mahasiswa DKV bertepuk tangan, seakan-akan Bas adalah pahlawan mereka.

Sesi foto berpasangan itu sangat hot, mahasiswa-mahasiswa bergantian mengarahkan gaya, mereka sangat antusias dan terlalu kreatif menurut Anne. "Letakkan tanganmu di dadanya Anne. Act natural." Oh, please! Secara natural, Anne tidak pernah menyentuh Bas dan seringai Bas membuatnya tambah malu.

"Kak Bas, tanganmu sedikit turun. Ya, betul di pinggulnya begitu. Dekatkan wajahmu, dekatkan lagi. Ah! Sempurna." Kilatan-kilatan lampu kamera langsung muncul disekitar mereka seperti bintang jatuh. Ujung hidung Bas hampir menyentuh hidungnya sendiri. Anne dapat melihat alis mata Bas yang lebat, bulu mata yang lentik, warna matanya yang hitam dengan semburat karamel ketika matahari mengenainya, bibir Bas yang... "Anne jangan tegang begitu! Rileks sayang... rileks!" Mudah baginya bicara sementara Anne sekarang tidak bisa lagi merasakan detak jantungnya.

"Kak Bas, maju sedikit, ya... merapat lagi. Kurang rapat. Nah, sekarang turunkan kepalamu, miringkan sedikit seakan-akan mau mencium lehernya. Anne! Berikan lehermu pada Bas!" Bas terkekeh di telinga Anne dan dengan pasrah Anne memiringkan kepalanya memberi tempat untuk bibir Bas. Nafas Bas menggelitik syarafnya dan Anne merasa kakinya lemah. Bas memeluk pinggangnya, menahannya agar tidak jatuh.

"Satu take lagi ayo! Bas, Anne coba gaya seperti berdansa." Dengan sebelah tangan menyatu di tangan Anne, Bas menyelipkan tangan sebelahnya lagi di punggung Anne. Tangan Bas yang lebar terasa hangat. Ditariknya Anne mendekat dan nafas Anne tercekat di tenggorokannya. Tidak ada komentar apapun dari fotografer, kilatan cahaya menari-nari disekeliling mereka.

Anne sudah menyerah, ia mabuk difoto. Bas dapat melihat tatapan Anne melembut pasrah, tubuh Anne mudah dibentuk sekarang, bibir pink-nya yang terbuka setengah sangat menggiurkan. Tiba-tiba hujan turun dengan lebat dan Anne seperti tersadar berada dalam pelukan Bas yang terlalu intim. Dia memberontak lepas dan hampir terpeleset jika Bas tidak segera memeluknya lagi. "Maaf." Kata Anne lemah. Bas tidak mengatakan apa-apa.

Para mahasiswa sudah berlarian ke bawah awning dari fiber di dekat mereka. Bas melihat Liam dan Dru ikut berlari dari arah berlawanan menuju awning yang sama. Pakaian mereka semua basah, termasuk pakaian Anne. Bagian transparan bajunya menempel pada kulitnya yang membuat cadar itu seakan-akan tidak ada.

"Anne, kau cantik sekali. Dan kalian seperti orang yang melakukan foto pre-wed," celetuk Dru. Menatap bolak-balik antara Anne dan Bas. Bas menyeringai senang dengan komentar Dru.

Mahasiswa diujung berteriak, "teh panas! Siapa mau?"

"Tunggu disini ya, kuambilkan." Bas tersenyum, kemudian segera menyeruak diantara mahasiswa DKV demi segelas teh hangat untuk Anne.

Anne menunggu Bas sambil melihat hujan yang lebat dan beberapa orang berlarian di depan awning mereka yang sudah sesak dengan para mahasiswa dan perlengkapan fotografi mereka. Sebuah tangan memeluk pinggangnya dan Anne terkejut.

"Dingin?" Dosen itu berkata di telinga Anne.

"Maaf pak, tanganmu di pinggangku." Anne perlahan menjauhi dosen fotografi itu.

"Oh, maaf. Terlalu intim ya?" Dosen itu menarik tangannya dan menempatkannya di bahu Anne yang hanya ditutupi cadar transparan itu. Anne merasa sangat risih dengan keberadaan dosen itu disebelahnya, namun bingung dengan respon dosen itu yang tidak mau pergi walau sudah ditolak Anne.

"Maaf pak, ini pacar saya." Liam datang, menepis tangan dosen itu dan menarik Anne menjauh dengan satu tangan merangkul pundak Anne. Anne tidak menolak ketika Liam mengatakan dia adalah pacar Anne, ia malah bernafas lega sudah dilepaskan dari lelaki genit itu.

Bas melihat Liam merangkul Anne sambil menyeruak kerumunan orang di kiri kanannya menuju arahnya. Dengan dua tangan memegang teh panas dalam gelas kertas, Bas mencegat Liam. Tatapannya keras melawan tatapan datar Liam. "Jaga Anne baik-baik. Dosen itu berbahaya." Liam dengan santai melepaskan Anne ke Bas.

"Apa yang dilakukan dosen itu padamu?" Bas bertanya pada Anne ketika Liam sudah menghilang dalam kerumunan orang.

"Tangannya memeluk pinggangku Bas, kemudian setelah aku menghindar dia meletakkan tangannya di bahuku. Dosen itu mengerikan. Untung ada Liam yang menolongku."

"Minumlah Anne." Bas menyerahkan gelas kertas itu ke Anne. "Berharap saja dia tidak melakukannya lagi atau akan kupastikan dia tidak akan mengajar lagi selamanya." Rahang Bas menggertak. Tetapi ia juga kesal dengan Liam yang dengan santainya merangkul bahu Anne.

Anne menggandeng tangan Bas mencari kehangatan disana. "Kau dingin ya?" Bas melepaskan jasnya dan memakaikannya ke Anne. Kemudian Bas merangkul Anne pada pundaknya. Kilatan foto secara otomatis menangkap pergerakan mereka.

Sorenya, setelah hujan reda dan hanya menyisakan rintik-rintik halus hampir semua mahasiswa pulang. Bas dan teman-temannya pulang dalam formasi duduk yang sama dalam Mustang dan saling bercerita mengenai kesenangan yang dialami selama sesi foto yang telah mereka lalui. Bas sengaja menurunkan Dru dan Liam sebelum akhirnya menurunkan Anne di asrama kampus.

Bas menyetir dalam diam, pikirannya berupa pecahan-pecahan gambaran dirinya dan Anne dalam pose yang intim. Ia berpikir, kontak fisiknya dengan Anne boleh dibilang sedikit, hanya berupa pegangan tangan dan bahu. Namun ketika Anne benar-benar berada dalam genggamannya tadi, ia tidak memungkiri rasanya yang sempurna. Dan itu membuat Bas risau ketika mendapati Liam sedang merangkul bahu Anne. Liam tidak boleh menyukai Anne, Anne-ku.

Tags: Twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • YUYU

    @deborahana hugs... terima kasih Deb

    Comment on chapter 21. Semester Baru Bersama Anne
  • siboratukangtulis

    Lanjutttt!

    Comment on chapter 21. Semester Baru Bersama Anne
Similar Tags
Tepian Rasa
1234      585     3     
Fan Fiction
Mencintai seseorang yang salah itu sakit!! Namun, bisa apa aku yang sudah tenggelam oleh dunia dan perhatiannya? Jika engkau menyukai dia, mengapa engkau memberikan perhatian lebih padaku? Bisakah aku berhenti merasakan sakit yang begitu dalam? Jika mencintaimu sesakit ini. Ingin aku memutar waktu agar aku tak pernah memulainya bahkan mengenalmu pun tak perlu..
Night Wanderers
16395      3981     45     
Mystery
Julie Stone merasa bahwa insomnia yang dideritanya tidak akan pernah bisa sembuh, dan mungkin ia akan segera menyusul kepergian kakaknya, Owen. Terkenal akan sikapnya yang masa bodoh dan memberontak, tidak ada satupun yang mau berteman dengannya, kecuali Billy, satu roh cowok yang hangat dan bersahabat, dan kakaknya yang masih berduka akan kepergiannya, Ben. Ketika Billy meminta bantuan Julie...
Astronaut
6289      1634     2     
Action
Suatu hari aku akan berada di dalam sana, melintasi batas dengan kecepatan tujuh mil per detik
Raha & Sia
2897      1146     0     
Romance
"Nama saya Sia Tadirana. Umur 17 tahun, siswi kelas 3 SMA. Hobi makan, minum, dan ngemil. Sia nggak punya pacar. Karena bagi Sia, pacaran itu buang-buang waktu." *** "Perkenalkan, nama saya Rahardi. Usia saya 23 tahun, seorang chef di sebuah restoran ternama. Hobi saya memasak, dan kebetulan saya punya pacar yang doyan makan. Namanya Sia Tadirana." Ketik mereka berd...
Purple Ink My Story
5939      1300     1     
Mystery
Berawal dari kado misterius dan diary yang dia temukan, dia berkeinginan untuk mencari tahu siapa pemiliknya dan mengungkap misteri yang terurai dalam buku tersebut. Namun terjadi suatu kecelakaan yang membuat Lusy mengalami koma. Rohnya masih bisa berkeliaran dengan bebas, dia menginginkan hidup kembali dan tidak sengaja berjanji tidak akan bangun dari koma jika belum berhasil menemukan jawaban ...
My sweetheart senior
15498      2936     3     
Romance
Berawal dari kata Benci. Senior? Kata itu sungguh membuat seorang gadis sangat sebal apalagi posisinya kini berada di antara senior dan junior. Gadis itu bernama Titania dia sangat membenci seniornya di tambah lagi juniornya yang tingkahnya membuat ia gereget bukan main itu selalu mendapat pembelaan dari sang senior hal itu membuat tania benci. Dan pada suatu kejadian rencana untuk me...
Loading 98%
610      369     4     
Romance
Monday
263      208     0     
Romance
Apa salah Refaya sehingga dia harus berada dalam satu kelas yang sama dengan mantan pacar satu-satunya, bahkan duduk bersebelahan? Apakah memang Tuhan memberikan jalan untuk memperbaiki hubungan? Ah, sepertinya malah memperparah keadaan. Hari Senin selalu menjadi awal dari cerita Refaya.
Upnormal
7310      1829     4     
Fantasy
Selama kurang lebih lima bulan gadis delapan belas tahun ini sibuk mencari kerja untuk kelangsungan hidupnya. Sepertinya Dewi Fortuna belum memihaknya. Nyaris puluhan perusahaan yang ia lamar tak jodoh dengannya. Selalu coba lagi. Belum beruntung. Faktor penyebab atas kegagalannya ialah sang makhluk lain yang selalu menggodanya hingga membuat gadis itu naik pitam. Maklum usia segitu masih labil. ...
Alvira ; Kaligrafi untuk Sabrina
12549      2386     1     
Romance
Sabrina Rinjani, perempuan priyayi yang keturunan dari trah Kyai di hadapkan pada dilema ketika biduk rumah tangga buatan orangtuanya di terjang tsunami poligami. Rumah tangga yang bak kapal Nuh oleng sedemikian rupa. Sabrina harus memilih. Sabrina mempertaruhkan dirinya sebagai perempuan shalehah yang harus ikhlas sebagai perempuan yang rela di madu atau sebaliknya melakukan pemberontakan ata...