"Tugasku ialah membuatmu tersenyum, bahkan harus meruntuhkan harga diriku sendiri"
÷÷÷
"Va, gue kemarin nonton film princess gitu loh!!"
"Hmm...apa judulnya?" Tanya seorang gadis sambil membenarkan letak kacamata bundarnya.
"Beauty and the Beast~" Ucap lawan bicaranya sambil mendengungkan lagu Beauty and the Beast.
"Ya..gue sih normal kalo yang nonton ginian tuh cewek! Tapi ingat oonn, lo tuh cowok!!" Jerit histeris gadis tersebut.
"Dan cowok nonton barbie itu gak normal brohh!!"
Sebuah name tag terpasang di dada gadis tersebut, bertuliskan Relva Farrel Ananda. Sementara lawan bicaranya bernama Arion Delvin Gunadhya.
"Ih! Gue juga nonton karena adik gue yang suka! Gue tuh cowok gentle!" Ucap Rion sambil memperlihatkan otot otot lengannya yang tak seberapa.
Raut wajah Relva yang tadinya malas berubah menjadi mengejek.
"Tu otot apa paha upin ipin?" Tanya nya yang membuat Rion kesal setengah mati.
"Ga! Hati lo"
"Ih! Jijik yaelah!" Ucap Relva seraya memasang tampang jijik yang di dramatisir.
"Gue tau gue tampan. Jangan pandangin gue gitu va! Nanti cinta lho"
Sontak Relva pun membuang pandangannya ke tong sampah berwana kuning di depan pintu kelasnya.
"Okeh! Jadi lo nganggap gue seperti sampah gitu va? Cukup! Jangan kotori aku lagihh, aku masih sucihhh kalyan penuh dosahhhh!" Rion menarik narik tangan Relva yang mungil itu lalu berlagak seolah olah meminta pertanggung jawaban.
"Kebalik pinter!" Ucap Relva jengkel.
"Apa perlu lo gue kasih kapur ajaib biar lo gak deket deket sama gue?" Wajah Rion sontak memucat. Ia paling benci dengan hal hal yang berbau serangga, karena waktu SMP anunya pernah digigit kecoa.
"Oke! Siapa takut!" Ia malah menantang balik Relva yang tersenyum penuh arti.
"Dimas! Lo bawa kecoa kan?" Orang yang bernama Dimas itu mengangguk.
"Mana? Minjem" Dimas menyodorkan sebuah toples sosis yang berisi kecoak yang bergerak gerak.
SHUSHH!!
Rion mengeluarkan jurus seribu langkahnya, larinya sangat kencang. Bahkan Hyena saja bisa kalah dengannya.
"Gue kasian sama tu anak! Dia mengalami trauma mendalam. Turut berduka cita" Ucap Relva seraya membacakan doa doa duka cita, seraya menundukkan kepalanya.
÷÷÷
Rion berhenti. Ia segera menenangkan detak jantungnya yang cepat.
"Ih! Si Vava tu minta pelajaran ama gue, sumpah!" Ia ingin kembali, dan menghajar Relva. Namun, teringat dengan sebuah kecoa tak berdosa yang bergerak menggelikan ia pun mengurungkan niatnya.
"ARIONN SAYANG!!"
"Kecoa saja belum tuntas, dan sekarang..ada hama lagi!!" Batin Rion.
Ia berbalik dan mendapati Billa yang membawa sebuah tas kecil penuh make up.
"Lo pake lipstik ya?" Tanya Rion, Billa mengangguk dengan mata yang berbinar binar.
"Pantes! Lipstik kayak badut aja, meluber kemana mana"
JLEB!!
Kata kata pedas Rion berhasil membuat Billa mundur perlahan. Lalu menangis.
Dan, saat itupun Rion mulai menjadi pusat perhatian.
"Aah! Lelah hayati bang!"
÷÷÷
"Rionnya ga marah kan?" Tanya Relva kepada Dimas. Kini, mereka berdua sedang mencari Rion yang menghilang tanpa jejak.
Bahkan, Rion pun tidak ikut pembelajaran IPA di kelasnya. Bu Arum pun menyuruh mereka berdua untuk mencari Rion.
"Roh nya udah abis waktu kali di sekolah ini! Makanya ilang!" Cetus Dimas yang membuat Relva menatapnya malas.
"Plis dim! Lo jangan kayak Rion dong, otak lo pakai saoloh!" Relva dan Dimas terus meilhat sekelilung, dan ia..ia melihat Rion yang sedang bertengkar dengan salah satu warga sekolahnya.
Rion terlihat ingin memukul wajah lawannya dengan bogemnya yang terkepal kuat. Namun, cengkraman Relva menyadarkannya.
Rion tidak pernah sekasar dan seberani ini, kecuali..
"Ada apa ini?"
÷÷÷