Loading...
Logo TinLit
Read Story - 3600 Detik
MENU
About Us  

Sudah hampir pukul lima sore dan aku masih menunggu angkutan untuk pulang. Semoga nanti aku sampai rumah sebelum adzan maghrib berbunyi. Sebenarnya, jarak rumah dan sekolahku tak terlalu jauh. Tapi, akan terasa jauh bila kita naik angkutan umum. Kenapa, karena kita harus melewati rute - rute yang tlah ditetapkan oleh para sopir angkutan tersebut. Belum lagi, bila macet, sudah pasti akan terasa lebih lama lagi. 

Dan sekarang aku hanya bisa berharap, semoga nanti jalanan tidak macet parah. Semoga. Entah yang lain bagaimana, Nita, Sarah, dan Juli. Yang sudah lebih dulu pulang karena angkutan yang menuju kedaerah mereka tadi tiba lebih dulu. Apakah mereka sudah sampai rumah masing - masing atau masih dijalan? Atau sedang terjebak macetnya Jakarta.

Aku menatap langit, yang masih tampak mendung. Tanpa sadar menghela nafas kecil. Lalu kembali teringat dengan sosok Aris dan kata - katanya tadi. Membuatku tersenyum sendiri. 

"Jadi namanya Aris." kataku lirih. Masih sambil tersenyum, geli menertawai takdir yang tak terduga. Berhari - hari yang lalu aku dibuat penasaran oleh sosoknya, berhari - hari yang lalu aku dibuat gelisah oleh sosoknya, dan berhari - hari yang lalu aku dibuat kelimpungan untuk mencari tahu siapa sosoknya. Ternyata dia cukup dekat. 

"Ahh, aku seperti dipermainkan oleh takdir." kembali ku berkata. Lirih. 

"Takdir memang sering kali seperti itu." kata seseorang tiba - tiba dibelakangku. Membuatku langsung menoleh. Dan betapa terkejutnya aku begitu sosok Aris tlah berdiri dibelangkangku. 

"Dari kapan berdiri disitu?" tanyaku. Tak dapat membendung rasa kagetku.

"Baru beberapa detik yang lalu." jawabnya santai. Sambil berjalan pelan menjajari tubuhku. "Belum pulang?" tanyanya. Dan aku hanya membalasnya dengan gelengan kepala saja. Tak sanggup berkata - kata karena aku sibuk mengontrol jantungku yang kembali berdegup kencang. Sibuk menerka - nerka apakah tadi Aris mendengar ucapanku atau tidak. 

Dalam hati, aku mengutuki diriku sendiri. Kenapa tadi bisa berbicara seperti itu. Tanpa toleh kiri toleh kanan dulu. Memastikan keadaan sekitar dulu. Ahh, bodohnya aku. 

Tapi, tadi seinggatku halte ini sepi. Hanya ada aku, Nita, Sarah, dan Juli. Sebelum ketiga gadis itu pergi. Sedang Aris, tadi ia pamit pergi lebih dulu. Kenapa sekarang ada disini? 

"jadi ini maksudmu dipermainkan takdir, karena angkotmu tak kunjung datang?" tanyanya lagi. Kali ini sukses membuatku melongo. 
Dia mendengarnya. Sampai mana dia mendengarnya?

Aku masih membisu ketika Aris dengan tiba - tiba menoleh kearahku. Dan tanpa sengaja kedua mata kami bertemu. Saat itulah, kembali aku terhanyut kedalam mata cokelatnya yang indah. Membuatku lupa akan pertanyaannya. 

"Bukan ya?" tanyanya lagi. Menyeretku kembali dalam dunia nyata.

Aku menggeleng cepat. "Bukan." jawabku menutupi kegugupanku. 

"Lalu?" Aris masih bertanya. Penasarankah dia? "Apa ingin hujan kembali turun seperti waktu itu?" Lanjutnya. Membuatku langsung menoleh menatap laki - laki tersebut. 

Dia juga ingat saat itu. 

"Hujan tidak masuk dalam hal yang kusukai." jawabku. Dan Aris hanya mengangguk mengiyakan. 

"Makanya dulu kau lari menghindar." katanya. Tatapannya kini menerawang jauh menatap langit.

"Tak ada manusia yang suka saat hujan turun, bukan?" kataku meminta persetujuan. 

"Tapi bumi dengan lapang dada menerimanya, karena hujan juga sebagian dari hidup." sanggah Aris cepat. Dan aku hanya bisa diam, tak bisa membalas perkataan Aris barusan. Dalam hati kembali ku mengangguk menyetujui perkataan Aris barusan. Sekarang yang terlintas dibenakku hanya serangkaian percakapan dengan Sarah tadi. Tentang Aris. 

Laki - laki bernama lengkap Aristya Pramono. Yang dulu satu SMP dengan Sarah. Yang katanya jago bermain kata. Dan benar, aku mengakuinya. Terbukti sudah dua kali ini, tanpa sepengetahuannya, aku menyetujui apa yang laki - laki ini utarakan. 

"Ahh, angkot ku sudah datang." kataku tiba - tiba ketika melihat mobil berwarna hijau tua tampak melaju menuju halte tempatku dan Aris menunggu. "Aku pulang dulu." lanjutku lagi. 

Ku lihat Aris hanya mengangguk mengiyakan.

"Oh, ya, hampir lupa lagi. Terima kasih untuk payungnya waktu itu. Dan maaf langsung pergi tanpa mengucapkan terima kasih terlebih dahulu." kataku. Akhirnya terucap juga. Melepas satu beban dalam hati. 

"Oh, iya. Tak Apa."

Tags: Twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Love Dribble
10712      2071     7     
Romance
"Ketika cinta bersemi di kala ketidakmungkinan". by. @Mella3710 "Jangan tinggalin gue lagi... gue capek ditinggalin terus. Ah, tapi, sama aja ya? Lo juga ninggalin gue ternyata..." -Clairetta. "Maaf, gue gak bisa jaga janji gue. Tapi, lo jangan tinggalin gue ya? Gue butuh lo..." -Gio. Ini kisah tentang cinta yang bertumbuh di tengah kemustahilan untuk mewuj...
Junet in Book
3332      1288     7     
Humor
Makhluk yang biasa akrab dipanggil Junet ini punya banyak kisah absurd yang sering terjadi. Hanyalah sesosok manusia yang punya impian dan cita-cita dengan kisah hidup yang suka sedikit menyeleweng tetapi pas sasaran. -Notifikasi grup kelas- Gue kaget karena melihat banyak anak kelas yang ngelus pundak gue, sambil berkata, "Sabar ya Jun." Gue cek grup, mata gue langsung auto terbel...
Begitulah Cinta?
17822      2684     5     
Romance
Majid Syahputra adalah seorang pelajar SMA yang baru berkenalan dengan sebuah kata, yakni CINTA. Dia baru akan menjabat betapa hangatnya, betapa merdu suaranya dan betapa panasnya api cemburu. Namun, waktu yang singkat itu mengenalkan pula betapa rapuhnya CINTA ketika PATAH HATI menderu. Seakan-akan dunia hanya tanah gersang tanpa ada pohon yang meneduhkan. Bagaimana dia menempuh hari-harinya dar...
ADITYA DAN RA
19083      3177     4     
Fan Fiction
jika semua orang dapat hidup setara, mungkin dinamika yang mengatasnamakan perselisihan tidak akan mungkin pernah terjadi. Dira, Adit, Marvin, Dita Mulailah lihat sahabatmu. Apakah kalian sama? Apakah tingkat kecerdasan kalian sama? Apakah dunia kalian sama? Apakah kebutuhan kalian sama? Apakah waktu lenggang kalian sama? Atau krisis ekonomi kalian sama? Tentu tidak...
An Invisible Star
2181      1104     0     
Romance
Cinta suatu hal yang lucu, Kamu merasa bahwa itu begitu nyata dan kamu berpikir kamu akan mati untuk hidup tanpa orang itu, tetapi kemudian suatu hari, Kamu terbangun tidak merasakan apa-apa tentang dia. Seperti, perasaan itu menghilang begitu saja. Dan kamu melihat orang itu tanpa apa pun. Dan sering bertanya-tanya, 'bagaimana saya akhirnya mencintai pria ini?' Yah, cinta itu lucu. Hidup itu luc...
Loading 98%
652      399     4     
Romance
Stuck In Memories
15978      3274     16     
Romance
Cinta tidak akan menjanjikanmu untuk mampu hidup bersama. Tapi dengan mencintai kau akan mengerti alasan untuk menghidupi satu sama lain.
Frasa Berasa
66729      7414     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...
My Reason
713      471     0     
Romance
pertemuan singkat, tapi memiliki efek yang panjang. Hanya secuil moment yang nggak akan pernah bisa dilupakan oleh sesosok pria tampan bernama Zean Nugraha atau kerap disapa eyan. "Maaf kak ara kira ini sepatu rega abisnya mirip."
My Teaser Devil Prince
6527      1661     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...