Pagi ini cuaca yang cukup bagus untuk jalan–jalan. Lalu. Aku segera bersiap–siap dan pergi ke taman pinggir danau. Tak lupa aku membawa peralatan untuk menggambar dan earphoneku. Ya, hobiku adalah menggambar. Setiap perasaan dihatiku ini kucurahkan dengan gambaran. Entah itu berupa pemandangan ataupun berupa aktivitas manusia. Hari ini ingin sekali aku ke sana, sebabnya beberapa hari ini aku di sibukkan oleh tugas sekolah yang setiap harinya selalu bertambah. Kebetulan hari ini sekolahku sedang libur, maka dari itu aku memanfaatkan kesempatan ini untuk pergi kesana.
Sesampainya, aku mencari tempat yang bagus untuk menggambar. Setelah melihat sekitar, bangku pinggir danau adalah tempat yang bagus untuk menggambar. Ku pasang earphoneku dan memutar lagu–lagu yang menjadi favoritku. Setelah persiapan menggambar telah selesai, aku mulai menggambar dengan ujung pensilku ini. Ketika aku masih mengerjakan seperempat gambaran, tiba-tiba aku mencium aroma parfum yang melintas di belakangku. Bagiku aroma ini terasa tidak asing bagiku. Spontan saja aku menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang melintas di belakangku barusan. Namun, ada banyak orang yang telah melintas di belakangku. Aku pun berdiri dan melihat orang-orang di sekitarku. Lalu, aku kembali duduk dan membatin, “aroma itu milik siapa? Kenapa aku merasa tak asing dengan aroma itu. Seakan–akan ada suatu peristiwa di balik aroma parfum itu.”
Walaupun pikiranku terus memikirkan aroma parfum itu tapi aku tetap melanjutkan gambaranku hingga selesai. Sebenarnya aku ingin menggambar lagi karena aku masih merasa ada yang kurang dari gambaranku. Tapi aku tidak jadi melakukannya karena Mama sudah menghubungiku untuk segera pulang. Segera kubereskan peralatan gambarku dan pergi pulang kerumah. Aku pulang naik sepeda kesayanganku. Menurutku naik sepeda jauh lebih menyenangkan daripada naik alat transportasi lainnya saat hendak pergi ke taman. Lagipula jarak antara taman dengan rumah gak jauh–jauh amat.
Sesampai dirumah Mama mendatangiku dan berkata,
“Kamu siap–siap ya. Temenin Mama ke rumahnya Sabrina. Itu Mamanya udah ngelahirin lagi. Mama pengen liat. Lagian sudah lama kita gak ke rumah mereka. Yuk!”.
Mendengar itu, aku juga jadi ingin ikut dan ternyata aku lebih semangat dari Mama buat liat adiknya Sabrina. karena terlalu semangat aku jadi menabrak dinding rumah. Ya itulah aku, seorang gadis berumur 17 tahun yang mempunyai semangat yang tinggi hingga tak sadar membuat dirinya sendiri terluka alias ceroboh. Sedangkan namaku Intania Sucita Nugraha biasa di panggil Nia, tapi teman sekolahku memanggilku Intan. Aku sih gak masalah dipanggil apa asalkan itu masih namaku, it’s okay lah. Sabrina sendiri adalah sepupuku. Mamanya baru aja melahirkan anak ketiganya. Maka dari itu, aku sama Mama pengen banget kerumahnya. Sampai tengah malam pun, kami masih di rumah Sabrina. Gimana enggak bayinya lucu banget, pokoknya gregetan terus sama bayinya. Tapi karena sudah tengah malam aku dan Mama nginap di rumah Sabrina dan besok baru pulang. Lagian besok juga masih libur, jadi aku berpikir ”santai aja”.
Waktu telah menunjukkan pukul 01.00 WIB tapi aku sama sekali tidak mengantuk. Ingin pergi ke ruang keluarga takut karena sudah lewat tengah malam. Syukurnya aku membawa earphone, jadi aku mendengarkan lagu aja. Ketika lagu yang kudengar beralih ke lagu selanjutnya, aku teringat kejadian pagi tadi. Dimana lagu tersebut adalah lagu yang juga kudengar pagi tadi. Aku pun memikirkan hal itu kembali. Mencoba mengingat tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan aroma parfum tersebut.
Pada akhirnya aku ingat hal apa yang terjadi padaku yang berkaitan tentang parfum tersebut. Ya, hal itu terjadi ketika aku kelas 7, dimana saat itu aku mengikuti kegiatan les di sebuah bimbingan belajar dekat sekolahku. Aku les setiap hari senin dan kamis sore selama 2,5 jam. Aku berada di kelas yang memiliki murid sebanayak 22 murid. Namun aku bergabungnya telat, aku bergabung ketika program lesnya selesai tinggal 3 bulan lagi. Tapi hal itu tak menyurutkan semangatku untuk belajar disana. Waktu itu aku duduk dibarisan keempat disebelahku hanya ada satu orang cewek dan juga di belakangku ada 3 cowok. Tapi aku sama teman yang di sebelahku itu kesel banget sama cowok–cowok itu. Gimana tidak, kami berdua diganggu terus sama mereka. Entah kursi kami yang didorong–tarik, entah mereka manggil–manggil kami. Pokoknya mereka itu nyebelin banget. Bahkan temanku pernah menangis gara–gara tingkah usil mereka. Mereka juga membuat suasana kelas mejadi sangat ricuh dan berisik banget. Bisa dibilang mereka itu pembuat onar.
Tapi karena kejadian itu juga, aku jadi mengalami hal–hal berkaitan dengan perasaan dan ketertarikan terhadap lawan jenis untuk pertama kalinya. Hanya saja waktu itu aku polos banget dengan urusan yang seperti itu. Sampai pada akhirnya temanku, Vina berkata
”Intan, kamu nyadar gak sih. Kayanya Raffi suka sama kamu. Liat aja dia sering bangetkan gangguin kamu. Emang sih dia itu orang juga usil ke aku. Tapi kalo ke kamu tuh beda usilnya, kaya nyari perhatian gitu.”
Aku merasa itu tidak benar bahkan menyangkal apa yang dikatakan temanku itu. Tapi rasa penasaranku sangat besar hingga aku tak segan bertanya pada Raffi tentang apa yang dikatakan Vina padaku. Tapi aku menanyakan hal itu lewat sms aja, sih. Kalau secara langsung kayaknya enggak deh, hehe. Sudah panjang lebar aku mengetiknya dia hanya menjawab satu kata 'oh'. Sungguh kesal banget rasanya. Udah cape ngetiknya eh dia cuma jawab satu kata.
Hari senin pun tiba, dan akhirnya kami bertemu. Biasa aja sih awalnya. Namun saat jam istirahat. Aku membiarkan temanku itu pergi duluan karena masih ada hal yang ingin kulakukan di dalam kelas. Tanpa kusadari Raffi masih ada dibelakangku. Setelah ruang kelas hanya menyisakan kami berdua, dia beranjak pergi keluar kelas sambil mengatakan sesuatu yang membuatku bingung. Dia berkata
“Yang kamu bilang waktu itu (sms) emang bener kok.”
Jujur aku bingung dengan apa yang dia katakan. Aku juga gak tau harus berbuat apa. Pada akhirnya tak ada yang kulakukan. Aku hanya berperilaku seperti biasa. Iya sih kadang kami juga sms-an layaknya orang yang lagi PDKT tapi hal itu tak lama. Setelah program les berakhir, kami pun tidak pernah lagi berkomunikasi sampai sekarang.
Aku juga baru ingat kenapa waktu aku mencium aroma parfum itu aku mengingat kejadian saat aku les waktu itu. Itu terjadi karena saat aku pergi ke tempat les itu aku selalu menggunakan parfum yang beraroma persis seperti yang kucium ketika di taman. Jadi tak heran kenapa aku bisa mengingat hal itu lagi. Aku juga pernah membaca sebuah artikel bahwa suatu aroma parfum bisa membangkitkan memori atau kenangan seseorang.
Mengingat kejadian ini membuatku malu dan rasanya ingin tidur saja. Kulihat baterai handphoneku hampir habis. Maka dari itu aku beranjak dari kasur dan membuka tasku apakah aku membawa pengisi baterai atau tidak. Sudah dapat benda yang kucari, aku charge-lah handphoneku. Belum kulepas tanganku dari handphoneku yang ku pasang di stopkontak, aku merasakan getaran yang kuat dari handphone tersebut. Aku tidak bisa melepas tanganku darinya dan ternyata aku tersengat listrik. Aku sangat ingin teriak memanggil Mamaku yang tengah tertidur. Namun entah kenapa mulut ini sama sekali tak bisa bergerak. Aku pun hanya bisa berpasrah dengan hidup ini dengan menutup mataku.
Tapi tiba–tiba aku melihat cahaya putih dengan pandangan yang kabur. Aku juga merasa tubuhku sangat terguncang. Hingga aku bertanya–tanya “Ada apa dengan tubuhku? Apakah ini efek dari sengatan listrik tadi atau apakah aku sudah mati meninggalkan dunia ini?” batinku. Tapi aku juga mendengar suara samar-samar Mamaku sedang memanggil namaku. Hingga akhirnya cahaya itu semakin terang dan kulihat terangnya cahaya lampu di langit-langit rumah. Aku juga melihatMamaku yang terlihat kesal padaku. Maka dari itu, aku tanya pada Mama
“Ma, ini dimana? Mama mukanya kenapa kaya kesal gitu? Apa Nia selamat dari sengatan listrik?” Tanya ku sambil mengusap wajah.
“Sengatan listrik apa? Sengatan ubur–ubur? Kamu ini Mama bangunin kok susah banget sih! Sudah jam berapa ini kamu belum bangun juga! Coba liatin jendela, harinya sudah terik. Kebiasaan kamu ini, ya kalo sudah tidur udah kaya tidur mati. Biar dibangunin kaya gimanapun susah banget banguninnya. Udah bangun jangan tidur lagi!” ucap Mamaku mengomel.
Aku pun bangun setelah mendengar omelan dari Mamaku dan membatin “Pagi–pagi udah di omelin aja sama Mama. Aduh pusingkan jadinya.” Sambilku mengacak–acak rambut. Saat aku menggosok gigiku aku jadi teringat akan mimpiku malam tadi. Entah kenapa setiap aku bermimpi ketika tidur, aku pasti akan ingat saat bangunnya. Ketika memikirkan itu aku jadi berfikir ini pasti gara–gara aroma parfum itu aku jadi bermimpi seperti itu. Bahkan orang–orang yang didalam mimpiku itu aku gak kenal siapa mereka. Hingga akhirnya kutepiskan hal–hal itu dari fikiranku.
Setelah selesai mandi, aku pergi ke kamar Sabrina. Kulihat Sabrina sedang bersiap–siap pergi ke kampus dan dia sedang memakai parfum dan parfum itu memiliki aroma yang sama dengan yang ditaman. Dalam hatiku mengatakan “Kenapa harus parfum lagi? Sudah cukup. Gak mau lagi dengan parfum-parfuman”. Melihat aku yang berada di pintu kamarnya. Dia menyuruhku masuk dan mengatakan sesuatu yang membuatku malu
“Nia, ingat gak tentang parfum ini? Parfum yang isinya kamu siram ke seluruh tubuh kamu waktu kamu baruk masuk SMP. Dari yang isinya penuh sampai habis kamu siramin semuanya ke tubuh kamu. Sampai akhirnya kamu pingsan sendiri karena pusing mencium aroma parfumnya. Hahaha!” ujar Sabrina sambil tertawa. Pada akhirnya yang bisa kukatakan “Duh!” sambil menepuk jidat.