“kau dalam masalah besar sayang. .” desis leo mengancam.
Tubuh rindu menengang. Leo dalam emosi yang luar biasa menakutkan. Laki-laki seperti gunung merapi yang hanya tinggal menunggu waktu untuk meletus dan melemparkan larva nya.
Leo tidak membalas kata-kata edo, namun dari sorot mata leo laki-laki menegaskan tentang peperangan besar yang mereka berdua sepakati. Hanya pundak leo yang menabrak pundak edo dengan tegas menjadi jawaban atas pernyataan edo.
Andri yang paling tau apa yang akan terjadi segeranya, jika mereka tidak cepat meninggalkan tempat tersebut. Andri dengan sigap menyelesaikan masalah yang dibuat oleh leo. Menarik sahabatnya itu ke dalam mobil dan mengemudikan mobil leo tergesah-gesah.
Leo masih diam disamping andri yang sudah membawa mobilnya jauh dari restaurant. Namun seolah jiwa leo tetap tertinggal disana.
“gue kecewa sama sikap lo barusan . . gue kira lo udah lebih tenang sama rindu. . ternyata lo lebih parah dari yang gue bayangin. .” andri mengelengkan kepala dengan tangan tetap pada kemudi.
Leo menoleh pada andri, “maksud lo ?, “
Andri menginjak pedal rem saat lampu lalu lintas berubah menjadi merah, “lo masih terikat begitu dalam sama rindu. . setelah semua yang terjadi dengan jasmine, lo nggak melepaskan rindu. .”
“gue memang nggak berniat melepaskan rindu. .” ucap leo tegas.
“TIN,.!” Suara klakson bersahutan dibelakang mobil leo, andri tersadar dan menginjak pedal gas.
“lo bawa gue ke rumah jasmine sekarang. .” perintah leo sebelum andri memberi pertanyaan tambahan.
“mau apa lagi lo kesana ?”
Leo melemparkan pandangan pada kaca samping mobil, “hari ini nyokap jasmine ulang tahun. .”
-
Rindu terduduk tanpa tenaga saat leo menghilang dari restaurant. Edo masih mengenggam tangan rindu dengan kebisuan diantara mereka.
“saya bisa antar kamu pulang sekarang. .”
Kesadaran rindu pulih seketika. Tangan yang digenggam edo, rindu hentakkan dengan kasar hingga terlepas. Edo terkejut dengan sikap rindu yang berubah. Rindu segera berdiri dengan wajah dingin.
“saya harap kita tidak bertemu seperti ini lagi mas. .” rindu meninggalkan meja tanpa satu kali pun melihat wajah edo. Gadis itu menunduk dalam bahkan saat berjalan keluar dari restaurant.
Edo masih belum bergeming dari mejanya. Jari-jari edo mengepal keras di atas meja hingga buku-buku jari itu memutih.
-
“good luck bro. .” andri menepuk pundak leo sebelum turun dari mobil.
Leo mengangguk, “lo balik duluan aja ke kantor. . gue bisa naik taxi nanti. .”
“oke. .”
Andri memutar mobil dan meninggalkan leo yang masih berdiri tergugu didepan gerbang raksasa.
“den leo ?” seorang ibu paruh baya berdaster menyapa leo dengan santun.
“bi ijah. .” balas leo.
“ayo masuk den. .” ajak bi ijah sambil membuka pintu pagar.
Leo menggeleng pelan, “tidak usah bi . . titip bunga dan kue ini saja untuk ibu. .”
“lebih baik aden yang menyerahkan sendiri pada nyonya, pasti nyonya lebih senang. .”
Leo menyerahkan bungkusan kue dan bunga ke tangan bi ijah. “saya harus kembali ke kantor bi. . maaf saya tidak bisa berlama-lama disini. .”
Bi ijah menyerah dan menerima barang yang leo serahkan, sebagai pembantu bi ijah tidak ingin ikut campur lebih jauh terhadap urusan majikannya. Meskipun bi ijah sadar den leo ingin berlama-lama disini, bi ijah bisa melihat dengan mobil leo yang tadi meninggalkan pemiliknya.
“apa raina ada di rumah bi ?”
Leo tiba-tiba bertanya saat bi ijah sudah membalikkan tubuhnya, “non raina sudah berangkat ke Australia kemarin den. .”
“ah, . terimakasih informasinya bi. .”
“kenapa lo tiba-tiba nyari gue ?” suara nyaring membuat leo berbalik dan bi ijah menjurulkan kepalanya ke belakang pungung leo.
“setelah kak jasmine nggak ada, sekarang lo balik ngincer gue lagi.. dasar lintah kotor. .”
Leo tidak bergeming, wajah laki-laki itu bahkan tidak berubah sedikitpun. Ia menerima semua kata-kata kasar yang ditunjukan padanya.
“non raina. .sudah non. .” bi ijah tergopoh menghampiri raina. Menepuk pelan pundak anak majikannya.
“buat apa lagi lo kesini. .PERGI !!!, gue nggak sudi liat muka lo lagi,.PERGI.!!” raina benar-benar histeris. Raina berteriakk encang hingga seorang perempuan separuh baya lain keluar dari gerbang besar tersebut.
“raina kenapa berteriak seperti itu. .?”
“ma, mama liat siapa yang datang ?” raina dengan ribut menunjuk kearah leo.
Perempuan yang dipanggil mama itu sudah melihat kehadiran leo bahkan sebelum raina menunjuknya. Berbeda dengan raina, mama raina justru menerima kehadiran leo dengan tenang.
“tenanglah raina, tidak ada yang perlu diributkan. .”
Airmata raina sudah mengalir deras dipipinya, “tidak ada yang perlu diributkan kata mama ?, DIA PEMBUNUH KAK JASMINE MA. . si lintah kotor itu. .”
“PLAKK..” sebuah tamparan mendarat dipipi raina, “berapa kali mama bilang ?!, kematian kakak mu bukan salah siapa-siapa. .bagaimana pun juga, leo ini lebih tua darimu, kau harus belajar lebih sopan. .”
Raina memegangi pipi kirinya yang terasa panas, tamparan mama nya tidak begitu menyakitkan. Namun ditampar demi membela laki-laki yang paling dibenci olehnya itu yang teramat menyakitkan.
“ma, mama harusnya menyesal memperlakukan aku seperti ini. .” raina berbalik dengan menarik koper besarnya, dengan cepat memberhentikan taksi dan pergi tanpa menoleh lagi.
Leo yang sejak tadi diam, tanpa sadar hendak mengejar raina, tapi tangan leo ditahan oleh mama raina.
“tidak perlu dikerjar leo. . raina harus belajar untuk mengikhlaskan takdir. .”
“tapi apa yang dikatakan raina benar tante..” ucap leo putus asa.
Mama raina menggeleng, “kau memang bersalah pada jasmine, pada kami semua. Tapi kematian jasmine itu takdir tuhan. . bukan ada ditanganmu. . jadi kau juga harus berhenti merasa bersalah. .”
Leo mengusap pipinya yang tanpa kendali tempat jatuhnya airmata. Mama raina menepuk-nepuk pungung leo. Sikap lembut itu justru membuat tangis leo semakin pecah. Rasa bersalah itu memeluk erat tubuhnya hingga leo sulit bernafas.
“maafkan saya. . maafkan saya. . .” kata-kata leo terputus-putus diantara airmata.
-
Rindu mematikan ponselnya setelah mengabari perusahaan bahwa ia izin pulang terlebih dulu karna tidak enak badan. Rindu tidak sepenuhnya berbohong, tubuhnya mungkin terlihat baik-baik saja, tapi hatinya hancur. Rindu bahkan tidak sanggup membuka matanya, sejak ia masuk taksi rindu memejamkan matanya. Terasa berat begitu melihat kenyataan yang didepan matanya.
“mbak, sudah sampai. .” suara supir taksi membuat rindu terpaksa membuka matanya. Rindu turun dengan enggan. Rumah. Sebenarnya adalah tempat yang buruk untuk menenangkan diri. Tapi sialnya bagi rindu, ia tidak memiliki tujuan lain.
Sebuah sedan mewah lengkap dengan sopirnya terpakir rapih didepan rumahnya. Rindu tidak terkejut, rindu sudah terlalu hafal milik siapa itu. Bahkan rindu bisa mengeja nomor polisi sedan tersebut.
Dugaan rindu tidak salah, saat akan melewati ruang tamu. Seorang laki-laki dengan setelan jas mahal duduk dengan santai sambil bergandengan tangan dengan mamanya.
“rindu, tumben sudah pulang ?” mamanya menyapa lebih dulu.
Seolah tidak pernah ada siapapun diruangan itu, rindu dengan tidak peduli melangkah tanpa menoleh sedikitpun. Mama rindu mendelik kesal melihat sikap anakknya, lantas berdiri dan menarik kasar hingga mendapatkan perhatian dari rindu.
“apa ?” tanya rindu dingin.
“kau !, dimana sopan santun mu kepada orang tua ?” bentak mama rindu.
“sopan santun ?, memangnya kalian mengajarkan seperti itu. .” rindu melirik sinis pada laki-laki yang masih dengan tenangnya duduk di sofa, “seharusnya mama meminta izin dulu pada istri pria itu jika mama ingin berhubungan dengannya, itu yang dinamakan sopan santun. .”
“PLAK,” tamparan didapatkan rindu dipipi kanannya.
“kau segera masuk kamar !!!” perintah mama rindu tegas,
Rindu tidak menangis, bahkan bergetar pun tidak, “aku ingin melakukannya sejak tadi, memangnya aku tahan melihat permainan kotor kalian berdua. .” balas rindu sebelum akhirnya membanting pintu kamar dengan keras.
“anak itu selalu hanya bisa membuatku marah. .” mama rindu mengerutu, tidak ada penyesalan diwajahnya meski tadi baru saja menampar anak perempuannya.
Laki-laki yang ada disampingnya menarik tangan mama rindu, mendekapnya dengan erat, “semua yang terjadi pada anak muda ini terlalu rumit untuk mereka,. . aku juga menyayangkan sikap rindu yang tidak lagi berpihak pada kita. . mungkin ini juga karna ia merasa bersalah pada jasmine. . mereka dulu terlalu dekat. .”
“mas bowo, aku benar-benar minta maaf atas sikap rindu ya. .” mama rindu seperti setengah merajuk.
“aku bisa mengerti. .”jawab laki-laki yang dipanggil bowo itu sambil menarik mama rindu kepelukannya.
-
Raina menangis tersedu didalam apartemen yang sengaja ia sewa. Hari ini ia bermaksud mengejutkan mamanya yang sedang berulang tahun dengan muncul didepan mamanya. Tapi hari ini justu ia yang terkejut dengan kedatangan leo. Leo. Ia jijik bahkan hanya dengan mengingat namanya. Sampai mati ia akan membiarkan leo hidup tenang. Rania bersumpah.
Rindu menangis di kamarnya, ia sudah tidak tahan dengan semua kebusukan yang keluarganya sendiri buat. Semua yang semua ia anggap seperti permainan yang seru justru berubah seperti boomerang. Berbaliknya menyerang dan menghancurkannya menjadi berkeping-keping. Sesak. Rindu merasa udara menghilang bersama dengan jasmine yang meninggalkannya. Tangan rindu menggapai pigura foto disamping tempat tidur. Gambar senyum jasmine dan dirinya sambil saling merangkul. Saat itu rindu memang sudah berpura-pura. Tapi disaat yang sama rindu sudah mengakui kebaikan hati jasmine yang seperti malaikat, namun disaat yang sama saat itu rindu sangat membencinya. “aku menyesal jasmine. .” sesal rindu.
Leo berjalan perlahan ditrotoar jalan raya, bersama kebisingan disekitarnya. Leo bisa saja sejak tadi memberhentikan taksi tapi leo saat ini tidak ingin cepat sampai ke tujuannya. Ia ingin menikmati rasa sakit hati yang menjadi penyembuh baginya. Kebenciaan raina adalah obat bagi leo. Ia akan menerima semua kebencian itu tanpa melawan. Karna itu adalah satu-satunya alasan untuk leo bisa hidup di ke esokan harinya.
Edo sampai dikantor, bersandar pada kursi besar dimejanya. Pikiran edo masih terpatri pada kejadiaan direstaurant. Tentang laki-laki bermata tajam yang selalu membuat rindu ketakutan. Rindu, nama itu seperti terulang terus menerus didalam kepalanya. Tanpa jeda. Edo menghela nafas berat, baru kali ini ia begitu sulit ingin membantu orang lain. Baru kali ini ada orang yang benar-benar menolak kebaikan hatinya. Rindu. Wanita itu selalu memberikan peristiwa pertama kali dalam hidup nya yang selalu sempurna. Rindu. Wanita yang berulang kali menolaknya. Rindu. Wanita yang sudah mencuri hatinya sejak pertama kali mata mereka bertemu.
-
“ah, Leo. . tenang saja Mr.hans. . saya menjaganya seperti anak saya sendiri. . Mr.hans tidak perlu cemas. . dan tentang rindu kalau tuan hans tidak berkenan saya bisa menghilangnya sama seperti yang saya lakukan pada jasmine. .”
“….”
“baik, Mr.Hans., saya mengerti. . dan kapan Mr.Hans akan memberi tau leo bahwa anda adalah orang tuanya?
-