“Lagi – lagi kasus hilangnya seorang wanita. Evanna Browning, 25 tahun, dikabarkan tidak kunjung pulang kerumahnya sejak jum’at lalu. Terakhir seseorang yang mengenalnya sempat melihatnya sedang berjalan dengan seorang pria asing menuju mobil yang tampak mencurigakan. Sudah lebih 4 wanita yang dilaporkan hilang dalam kurun waktu 3 minggu terakhir ini. Polisi masih belum memastikan kalau ini adalah sebuah tindak peculikan karena tidak adanya bukti – bukti yang akurat terkait dengan kasus tersebut…”
TIIITT
Sepertinya aku harus lebih berhati – hati mulai sekarang. Kota ini sangat mengerikan. Kasus penculikan seperti itu saja tidak bisa ditangani dengan benar. Untung saja aku ini terlahir sebagai seorang pria, bukan sebagai seorang wanita.
“Astaga, aku hampir lupa menyelesaikan lukisanku!”
Aku kembali memakai sarung tangan hitamku sebelum aku memasuki ruang melukisku. Begitu aku membuka pintu kayu yang menjadi penutupnya, aroma khas yang dimiliki oleh ruangan ini langsung menyeruak masuk ke dalam indera penciumanku. ”Aroma favorit ku!” Ucapku girang.
BRAKKKK BRAKKKK BRAKKKKK
Kepalaku otomatis terangkat ke arah langit – langit ruangan ini. Lagi?
Belakangan ini aku sering sekali mendengar suara gaduh dari atas lotengku. Ini benar – benar membuatku penasaran. Aku tinggal sendirian di rumah ini, tapi aku merasa tidak hanya aku yang berada di rumah ini. Hewan liar kah? Aku sudah mencoba memberanikan diri untuk memeriksa keadaan di atas, tapi aku tidak menemukan tanda – tanda kehidupan di sana.
TING TONG TING TONG
Suara bel di pintu membuatku kaget setengah mati. Siapa itu? Ini sudah sangat malam untuk seseorang datang berkunjung.
Dengan sedikit ragu aku berjalan menuju pintu yang kebetulan tak jauh letaknya dari ruangan tempatku berada. “Ah, pisau ini harus kubawa untuk jaga – jaga.” Ku ambil pisau kecil yang kebetulan tergantung bersama kunci – kunci di rumahku, lalu dengan cekatan aku memasukkannya kedalam saku belakangku. Setibanya aku di depan pintu, aku mengintip ke jendela kecil di samping pintu rumahku. Sebuah senyuman lega akhirnya terukir di wajahku.
“Malam sekali kau berkunjung,” Ucapku pertama kali begitu aku membuka pintuku.
Gadis dihadapanku memberiku tatapan lesunya, “Bolehkah aku menginap di sini malam ini?”
Aku mengangguk pelan, “ Baiklah, ayo masuk ..” ku geser badanku sedikit guna memberinya akses untuk masuk ke dalam.
Ia berjalan masuk sembari melihat ke arah sekeliling rumah dengan seksama. “Rumah ini sangat terpencil, apakah kau tidak takut tinggal di tempat terpencil ini?”
“Tidak, ini rumah yang sangat sempurna untukku,” jawabku santai.
Gadis itu menghentikan langkahnya dan berbalik kearahku, “Apakah masih suka ada suara - suara aneh di loteng mu?” Tanyanya dengan wajah sedikit penasaran.
Ku anggukan kepalaku singkat, “Tadi sebelum kau datang, suara – suara itu terdengar lagi.”
“Kau tidak memeriksanya?”
Ku gelengkan kepalaku, “Mungkin nanti. Duduk lah dulu..”
Dia mengarahkan pandangannya ke arah ruangan yang tak jauh dari tempatnya berdiri, “ Bau apa ini?”
“Itu tempat melukisku, aku lupa menutu—” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, dia sudah berlari menuju ruangan tersebut. Seketika saja langkahnya berhenti tepat di depan pintu sambil menutup setengah wajahnya dengan kedua tangannya. “AAAAAAAAAAAA!!!!!”
“Menyusahkan saja..” Gumanku lalu mengeluarkan pisau dari saku belakangku.
penasaran apa yg sebenarnya terjadi