Read More >>"> KAU, SUAMI TERSAYANG
Loading...
Logo TinLit
Read Story - KAU, SUAMI TERSAYANG
MENU
About Us  

KAU, SUAMI TERSAYANG

 

            Jauh hari saat dimana aku meninggalkan kamu demi satu tugasku sebagai seorang reporter yang mengharuskan aku selalu meninggalkan kamu. Kamu adalah kekasih yang sangat mengerti keadaan aku. Aku yang selalu dibuatmu tersenyum dengan semua canda tawamu. Kamu seorang pekerja keras yang suka membanting tulang dengan semangat mudamu yang masih membara. Kamu selalu bisa luangkan waktu walau hanya satu menit untuk bercanda denganku dan mengukir senyum dibibirku. Kita sudah menjalani hubungan ini sampai 5 tahun lamanya dan akhirnya kamu melamarku dengan cara yang sederhana tapi aku sangat rindu itu.

            Aku memutuskan dengan berhenti sebagai reporter dan bergelut didunia penulis karena pada akhirnya lebih asyik menulis daripada menjadi reporter dan dia menyetujuiku melakukan itu. Setelah selang 1 tahun aku berhenti dari pekerjaan lamaku, aku mendapatkan keturunan darinya. Kini kandunganku masuk 2 bulan. Aku selalu disayang dan dimanja dengannya. Aku tahu, saat pacaran dulu dia selalu jarang memerhatikan aku, aku sangat tahu dia adalah laki-laki pekerja keras yang cinta dunia kerjanya. Namun, saat yang sangat aku nantikan, perhatian lebih darinya dan saat ini aku menikmati perhatiannya.

            Tepat diusia kandunganku menginjak 9 bulan, ia yang seorang pekerja keras mencari nafkah untuk keluarga kecil kami, ia diutus dari atasan mengajaknya untuk keluar kota mempresentasikan beberapa hasil kerjanya. Aku terenyuh saat usia kandungan ini semakin membesar. Aku disini sendiri dan aku hanya butuh dia, suamiku.

            “Dik, Mas berangkat besok pagi, kamu yang sehat-sehat ya, Mas pulang sekitar 1 minggu lagi, tapi kemungkinan saat kamu melahirkan Mas tidak ada, tapi Mas janji akan hadir saat kamu melahirkan…” Aku menitikan air mataku.

            Ia duduk didepanku yang sedang berbaring diujung kasur. Ia menghapus air mataku. Aku mengelus perut buncitku. Merasakan dan membayangkan apa jadinya nanti. Aku sendiri dan tidak ada yang dapat aku andalkan ketika hari bahagia itu tiba. Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Hanya isakan keras menyelimuti kesedihanku. Ia memelukku erat.

            “Mas, aku selalu berdoa Mas dilindungi Tuhan dan selalu sehat saat bertugas..” Ia melepaskan pelukannya. Mencium keningku lalu mengelus perut besarku.

            “Tapi Mas janji, Dik, ketika harinya nanti Mas akan izin dan datang menemani…” ucapnya meyakinkanku.

            Aku mengangguk pelan dengan senyum. Ingin bisa menutupi ini. Tapi, terkadang aku tidak bisa. Aku yang menantikan hari bahagia tanpa ada yang mengusik walau satu hari saja dengannya. Aku hanya bisa doakannya dengan ikhlas. Aku selalu sedih saat ingin ditinggalkannya keluar kota.

            Aku hanya takut, walau diprediksi 3 mingguan lagi aku melahirkan, tapi rasa khawatir selalu menghantuiku. Karena, bisa saja dalam waktu beberapa minggu lagi aku melahirkan menjadi waktu yang sangat menguatkan hatiku. Rasanya aku tidak kuat menahan ini sendiri. Tapi, ia selalu memberiku semangat dan dorongan karena aku tahu bila ia berjanji selalu menepati, itulah satu alasanku tetap bersamanya.

**

            “Kamu relax dan tetap semangat, Mas selalu akan telpon kamu saat waktu Mas longgar ya..” Pagi buta yang masih menyelimuti kami dalam selimut tebal.

            Ia mencium keningku lagi seraya menyentuh lembut perut besarku. Aku merinding senang serta dihantui rasa takut tapi aku terus tetap tersenyum didepannya. Aku mengangguk seraya melipatkan rambut yang menutupi wajahnya. Wajah yang tampan, selalu menemani kandungan ini selama 9 bulan tanpa lelah dimatanya.

            “Mas, hati-hati dijalan ya..” kulambaikan tangan kananku saat mobil kijang yang menjemputnya hendak kebandara tiba.

            Ia tersenyum lebar dan membalas senyumku. Aku mengelus perutku. Melihat mobil kijang itu hingga tak terlihat lagi dipelupuk mataku. Aku mulai bercucuran air mata. Aku harus kuat. Kandungan ini akan terus aku jaga hingga hari bahagia itu tiba menyelimuti semua kesedihanku. Aku harus menahan rasa sedih ini, karena aku takut bayiku menjadi sedih didalam.

**

            Aku menghela nafas panjang. Sudah 1 minggu aku ditinggalkan dalam masa kerjanya diluar kota. Hanya smartphone dan televisi yang menemani aku. Hanya terkadang aku mengundang teman kuliah dahulu untuk main kerumah supaya aku tidak merasa kesepian. Ia dapat mengajariku melukis serta merajut da nada juga yang melukis lenganku dengan henna kesayangannya. Aku merasa senang kala itu, namun saat mereka pulang, aku kembali pada senyuman suamiku. Aku mengingat, apakah dia sudah makan dan apakah dia sudah sholat?.

            Sekitar 2 hari lalu ia telpon dengan candaannya seperti biasa. Membuatku selalu tertawa saat mendengar suaranya serta memerah pipi ini saat dibuatnya merayu. Aku merindukan itu. Aku rindu semua yang ia lakukan padaku. Kini aku berada dipojok kamar setelah selang 30 menit semua temanku beranjak pulang kerumah masing-masing.

            Aku menangis tersendu. Aku mengeluarkan semua air mataku yang sudah menumpuk banyak disana. Tak selang berapa detik aku menangis, kandunganku bergerak, bayiku menendang kearah tulang rusukku. Mungkin ia merasakan kesedihanku. Aku mengelusnya lembut.

            “Bunda gak apa-apa sayang. Bunda hanya rindu sama Ayah.” Ujarku sambil mengelusnya lagi.

            Aku berhenti menangis dan tersendu namun air mata masih menetes dipipiku. Mengambil telepon dan mencoba menghubunginya. Aku ragu. Apakah hari ini sudah selesai presentasinya?. Kenapa tidak telepon kalau sudah selesai?. Aku menjadi cemas tak tertahankan. Aku mencoba menelpon sekali. Kemudian berkali-kali menjadi beratus-ratusan kali. Aku kesal hingga aku tertidur dan kubiarkan telepon itu berada diujung kasur.

**

            Aku menggeliat kesakitan. Perutku terasa menegang dan perasaanku merasa tidak enak. Kandunganku terasa tebal dan tidak terasa. Aku seperti mau melahirkan. Aku menangis kesakitan. Aku mearih telepon itu yang berada diujung kasur hendak mengubungi teman untuk mengantarkanku kerumah sakit malam ini. Pukul 10 dan aku tidak yakin mereka masih terjaga atau sudah. Berpuluh kali aku mengubungi mereka namun taka da jawaban.

            Aku membuka mataku perlahan. Semua terasa silau dan berwarna putih. Bau obat yang menyengat menyelimuti rongga hidungku. Aku menengok kekanan, jarum suntik telah menempel disana. Aku mau berkata namun tidak bisa. Perut besarku masih bisa kupegang. Aku belum melahirkan dan aku mungkin sudah di rumah sakit hari ini.

            “Dik! Kamu gak apa-apa??” aku tersenyum lebar.

            Ia suamiku. Ia datang saat aku seperti ini. Aku menangis gembira. Aku menahan ini sejak tadi. Aku keluarkan semua air mata ini. Aku rindu dengannya. Aku menangis tersendu dan sangat tidak bisa di utarakan dengan kata-kata.

            “Ma-mass..” suaraku terbata-bata.

            Ia menyuruhku untuk tetap berbaring. Ia mencium lagi keningku, ini yang sangat aku rindukan. Kemudian mengelus perutku yang masih besar. Terlihat beberapa temanku sudah tiba disana. Duduk berjejer dan menghadap kami. Aku tersenyum dan aku bersyukur memiliki mereka, disaat seperti ini mereka mau menolongku dan suamiku.

**

            Aku menghela nafas lagi. Ini saat yang kami tunggu. Ruang melahirkan yang luas dengan beberapa gunting dan alat kedokteran lainnya tertata rapi disana. Aku menatap suamiku. Ia tersenyum lebar dan terus menciumi kening lebarku. Memegang lenganku dengan kasih dan sayang.

            “Mas, aku takut, tapi perutku sudah kontraksi terus..” ucapku sambil menyeringai.

            “Tenang ya, Mas disini sampai lahiran kamu selesai..” ujarnya tersenyum.

**

            Suara tangisan bayi telah menyelimuti keceriaan dirumah kami. Semua berlalu begitu cepat dan sangat cepat. Aku sangat senang bila kisah ini berjalan terus hingga kami beranjak tua. Aku selalu menyayangi suamiku dan aku sangat sangat pada anakku.

            “Kamu selalu menjadi penyemangatku dikala bekerja dan saat aku tidak bekerja..” ujarnya seraya mencium keningku lagi.

            Aku membalas senyumannya. Aku selalu ingat ketika aku sendiri. Aku juga akan ingat saat aku bersamanya. Ketika waktu tidak dapat diputar aku hanya berharap hari ini menjadi hari yang paling baik yang aku jalani saat  ini. Karena beberapa alasan aku selalu ada disampingmu. Karena aku adalah penyemangat hidupmu dan kamu adalah kekuatan dalam hidupku. Tanpa satu alasan pasti bahwa aku selalu menyayangi kamu sebagai suamiku.

How do you feel about this chapter?

0 0 3 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
29.02
374      176     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari
Story of April
1362      569     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
My Sunset
6222      1340     3     
Romance
You are my sunset.
Aku Biru dan Kamu Abu
536      300     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Listen To My HeartBeat
391      232     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...
STORY ABOUT THREE BOYS AND A MAN
12265      2443     34     
Romance
Kehidupan Perkasa Bagus Hartawan, atau biasa disapa Bagus, kadang tidak sesuai dengan namanya. Cintanya dikhianati oleh gadis yang dikejar sampai ke Osaka, Jepang. Belum lagi, dia punya orang tua yang super konyol. Papinya. Dia adalah manusia paling happy sedunia, sekaligus paling tidak masuk akal. Bagus adalah anak pertama, tentu saja dia menjadi panutan bagi kedua adiknya- Anggun dan Faiz. Pan...
Sisi Lain Tentang Cinta
713      384     5     
Mystery
Jika, bagian terindah dari tidur adalah mimpi, maka bagian terindah dari hidup adalah mati.
Serpihan Hati
9631      1562     11     
Romance
"Jika cinta tidak ada yang tahu kapan datangnya, apa cinta juga tahu kapan ia harus pergi?" Aku tidak pernah memulainya, namun mengapa aku seolah tidak bisa mengakhirinya. Sekuat tenaga aku berusaha untuk melenyapkan tentangnya tapi tidak kunjung hialng dari memoriku. Sampai aku tersadar jika aku hanya membuang waktu, karena cinta dan cita yang menjadi penyesalan terindah dan keba...
Story Of Chayra
8231      2605     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...
Looking for J ( L) O ( V )( E) B
1976      800     5     
Romance
Ketika Takdir membawamu kembali pada Cinta yang lalu, pada cinta pertamamu, yang sangat kau harapkan sebelumnya tapi disaat yang bersamaan pula, kamu merasa waktu pertemuan itu tidak tepat buatmu. Kamu merasa masih banyak hal yang perlu diperbaiki dari dirimu. Sementara Dia,orang yang kamu harapkan, telah jauh lebih baik di depanmu, apakah kamu harus merasa bahagia atau tidak, akan Takdir yang da...