Seorang gadis berponi dengan rambut diikat dibelakang sedang duduk dikursi kayu panjang yang dibuat ayahnya, ia duduk didepan gubuk milik orang tuanya bersama ulfah yang menjadi teman baiknya dari kecil. Saat sedang asik menikmati hembusan angin malam, mata alma menangkap jemuran putih diatas gubuk milik mbok marni yang berada sepuluh langkah dari gubuk orang tuanya.
Mana mungkin mbok marni menjemur kain putih diatas gubuknya pada malam hari? Biasanya juga mbok marni menjemur disamping rumah yang sudah tersedia tali tambang untuknya menjemur.
Ia memperjelas penglihatannya dan ia sangat terkejut ketika kain yang semula seperti menunduk kini berdiri tegak perlahan. Memperlihatkan sosok yang terbalut kain putih dengan ikatan dibeberapa bagian tubuhnya. Sosok itu masih diam dengan tubuh menghadap kedua gadis yang kini juga menatap kearah sosok itu.
"Fah.." panggil alma pelan seperti berbisik. Bukannya menjawab panggilan alma, ulfah justru berkata lain. "Kamu juga liat ma?"
"I-iya.."
"Diem aja ma.. Baca bacaan ma.."
Alma dan ulfah saling membaca ayat ayat yang sekiranya bisa mengusir sosok itu. Namun yang terjadi sosok itu malah melompat satu kali kearah mereka. Alma ingin berteriak namun dengan segera ia menutup mulutnya. Sosok itu melompat dua kali, memperjelas wajahnya yang berwarna hijau dengan mata merah. Alma dan ulfah sama sama terkejut, mereka semakin membaca baca surat surat, tangan alma sudah bergetar dengan keringat dingin. Dan yang terjadi selanjutnya sosok itu malah melompat kearahnya, semakin dekat, semakin dekat yang membuat alma berteriak lalu mereka berlari masuk kedalam rumah alma.
Setelah menutup pintu rapat, mereka berlari menuju kamar alma. Nafas kedua gadis itu terputus putus, alma berkeringat namun tangannya sangat dingin.
"Fah tadi apa fah.." ucap alma dengan bibir bergetar.
"Masak kamu nggak tau?"
"Fah aku pasti salah lihat.."
"Kalo kamu salah lihat harusnya kamu doang kan yang lihat. Aku enggak. Tapi tadi aku juga lihat."
Alma mengambil selimut disebelahnya, meringkuk dengan tubuh terbalut selimut. Kemudian bu yani-ibu alma- membuka tirai sebagai pintu kamar alma lalu masuk kedalam kamar alma bersama dengan jaki-adiknya-. Mereka terbangun karena teriakan kedua gadis itu.
"Ma kenapa sih teriak teriak?" bu yani menguap satu kali lalu duduk ditepi kasur alma.
"Hehe nggak kok bu," Jawab ulfah sementara alma masih menetralkan detak jantungnya yang sangat cepat.
"Tadi alma liat pocong bu." ucapnya frontal.
"Hah? Posong? Ibu jaki takut." jaki memeluk ibunya yang kini duduk dipinggir ranjang alma.
"Kamu ini jangan ngada ngada ah." ucap bu yani sambil mengelus kepala jaki, tiba tiba bulu kuduk bu yani berdiri.
"Ibu! Alma udah keringet dingin gini dibilang ngada ngada?" alma menatap ibunya serius.
"Terus ulfah mau pulang apa tidur disini?"
"Tidur disini kayaknya deh bu, ulfah ndak berani keluar. Apalagi sendiri." ulfah meringis.
"Iya ulfah tidur sini aja! Alma juga nggak berani kalo tidur sendiri." alma merinding.
"Makanya kalo malem jangan diluar. Itu tandanya kamu disuruh masuk kerumah udah malem. Anak gadis nggak baik diluar malem malem. Udah tidur." setelah mengatakan itu, bu yani keluar dari kamar alma untuk melanjutkan tidurnya. Alma menselonjorkan kakinya kemudian menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Ma ikut.." ulfah menarik selimut alma kemudian ikut masuk kedalamnya.