Loading...
Logo TinLit
Read Story - A - Z
MENU
About Us  

Hari terus berganti, tak terasa waktu telah mendekati Ujian Semester Ganjil. Siang ini di kelas Asila freeclass karena guru yang harusnya mengajar sedang berangkat keluar kota, lalu pelajaran selanjutnya guru Biologi juga tidak masuk karena ada keperluan. Karena ia tak ingin menyia-nyiakan waktunya, segera Asila pergi ke musholla sekolahnya untuk melaksanakan sholat Dzuhur dan membaca Al-Quran. Saat Asila memasuki halaman musholla, Ia melihat Kak Zafran sedang mengikat tali sepatunya. Kegugupan tiba tiba saja menyerang sekujur tubuh Asila. Asila melihat Kak Zafran berjalan berlawanan dengan arahnya, Asila pun langsung menundukkan kepalanya dan menahan nafas agar tidak terlalu gugup. Begitu Kak Zafran melewatinya, Asila pun bernafas lega. Segera ia mengambil air wudhu dan menunaikan sholat Dzuhur.

Selesai dari musholla, Asila melanjutkan langkahnya ke perpustakaan. Dapat terlihat perpustakaan sangat sepi, hanya beberapa siswa saja. Maklum ini masih jam pelajaran, walaupun tidak ada guru tujuan utama siswa adalah kantin. Kembali Asila melangkahkan kaki nya ke meja yang biasa ia duduki, dekat jendela dan menghadap ke lapangan sekolah, Asila mengambil buku dari rak dekat meja yang ia tempati. Sekarang menjadi kebiasaan Asila jika berada perpus, ia akan duduk disini dan melihat lihat ke arah lapangan. Entah siapa yang ingin Asila lihat di lapangan itu, tapi otak kecilnya menggerakkan matanya untuk memperhatikan siswa yang lalu lalang dilapangan.

“Hari ini anak basket gak ada yang latihan, tapi besok” Suara bariton itu mengejutkan Asila. Segera ia edarkan matanya ke arah orang yang sepertinya berbicara padanya. Ternyata pemilik suara bariton itu Zidan.

“Siapa juga yang mau lihat anak basket latihan? Gak ada tuh.” Gumam Asila pelan tapi masih dapat didengar oleh Zidan dan menundukkan kepalanya.

Setelah itu tak ada lagi suara yang terdengar. Hanya suara deritan kursi. Ternyata Zidan duduk dihadapan Asila lagi. Seperti deja vu. 

Asila hanya semakin menunduk dan melanjutkan bacaannya. Kegugupan melanda di diri Asila. Hingga suara memecah keheningan disekitar ruangan itu.

“ Lo lagi freeclass?” tanya Zidan dengan bersandar pada dudukan kursi dan bersidekap tangan. Dan Asila hanya menjawab dengan anggukan. Suasana semakin memanas dirasakan Asila. Hingga akhirnya Asila memutuskan untuk meninggalkan perpustakaan. Tapi baru saja Asila berdiri dari kursinya, ada yang menghentikannya.

“Disini aja, tunggui gue. Gue mau tidur bentar” Ucap Zidan sambil tangannya menarik ujung baju seragam Asila. Lalu membaringkan kepalanya di atas meja.

Asila masih dengan posisinya berdiri dan mematung. Bingung antara melanjutkan niat awalku yaitu meninggalkan perpus atau kembali duduk dan menunggu sampai Zidan bangun. Asila akhirnya menghembuskan nafas perlahan lalu kembali duduk. Ia melanjutkan membaca buku yang tadi sempat terhenti sambil sesekali melirik ke arah Zidan untuk memastikan apakah ia sudah bangun atau belum. 

Waktu terus berjalan, terasa sekali Asila menunggu Zidan dua jam lebih. Sekarang sudah waktunya pulang dan aku yakin sekolah pasti sudah sepi sekarang. Lagi lagi Asila menghembuskan nafas dengan perlahan. Sampai kapan aku bakalan nunggu dia seperti ini? Gumam Asila dalam hati

Sekitar 15 menit kemudian Zidan telah bangun. Ia membuka matanya, mengedarkan pandangan lalu berdiri dan melihat ke arah Asila.

“ Thanks” Ucapnya sambil melangkah keluar perpustakaan meninggalkan Asila dengan rasa geram dengan kelakuan kakak kelasnya itu. Lagi lagi gue di perlakukan seperti ini oleh Zidan. Dan lagi lagi pula Asila menghela nafas.

Lalu Asila edarkan lagi matanya ke arah meja mengambil buku yang ia baca tadi. Tak sengaja ia melihat jaket hoodie warna biru gelap. Asila terdiam beberapa detik berfikir. Ini jaket Zidan, berarti Asila harus ngembalikkan baju Zidan?

Ngembalikan?

Berarti ketemu dia lagi?

Oh No!!!

BIG NO!!!! 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags