Matahari telah mengeluarkan cahayanya. Menyinari semua yang ada dihadapannya, hingga cahayanya menembus kearah jendela kaca milik seorang gadis mungil. Gadis mungil itu menggeliat dan mengerjapkan matanya berkali kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retinanya. Akhirnya mata gadis mungil itu terbuka sempurna, dilihatnya jam weeker yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya menunjukkan pukul 6 pagi, segera ia bangun dan langsung ke kamar mandi.
Putri Asila, nama gadis mungil itu. Dia adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya bernama Putra Umar dan kakak keduanya bernama Aldo Umar. Asila biasa memanggil kakak kakaknya dengan sebutan 'Bang Putra'dan 'Bang Aldo'. Bang Putra sudah memiliki keluarga sedangkan Bang Aldo melanjutkan pendidikan S2. Dan Asila sendiri masih duduk di bangku sekolah menengah atas di salah satu sekolah favorit di Jakarta.
"Assalamu'alaikum. Selamat pagi semua" salam Asila ketika sampai di meja makan keluarga dan segera duduk di kursinya.
"Wa'alaikumsalam, anak Mama yang paling cantik. Semangat banget pagi ini hmm, ada sesuatu yang baru ya'' goda Mama kepada Asila sambil memberi selembar roti yang sudah diberi selai coklat di atas piring.
"Iya nih anak Papa, kayanya mukanya sumringah banget" timpal Abi
"Punya pacar baru ya,Sil?'' goda bang Aldo
"Huuss, Bang Aldo gak boleh ngelajari yang bukan bukan sama adiknya" jawab Umi yang hanya dibalas dengan kekehan dan kata maaf dari bang Aldo
Asila yang melihat kegaduhan kecil di sini hanya tertawa kecil. Keluarga kecilnya ini selalu ada saja yang diomongkan dan membuat tertawa siapa saja yang melihat tingkah lucu keluarga kecil ini. Selesai sarapan Asila segera berangkat sekolah, tak lupa ia meminta ijin kepada kedua orang tuanya. Ketika ia mau melangkahkan kakinya menjauh dari meja makan. Ada sebuah suara yang membuatnya terhenti.
"Loh, sama Bang Aldo gak salim nih? Masa sama Papa dan Mama aja sih." Tanya Bang Aldo dengan muka di tekuk yang membuat siapa saja melihat akan gemas.
"Hehe, maaf lupa Bang'' Ucapku dan langsung menyalimi Bang Aldo dan langsung berangkat ke halte yang tidak jauh dari rumahnya. Asila selalu memakai bus setiap berangkat dan pulang sekolah. tidak membutuhkan waktu lama, bus akhirnya datang dan segera masuk kedalam dan duduk disamping jendela. Di dalam bus ini kebanyakan adalah siswa dari sekolah yang sama dari sekolah Asila, dapat dilihat dari seragam sekolahnya. Tetapi Asila tidak terlalu mengenal mereka karena Asila bukan seseorang yang mudah bergaul, kebanyakan teman sekelasnya saja yang dikenalnya.
Asila langsung mengeluarkan headset dan mendengar lagu dari salah satu artis kesukaannya yang terkenal di ibu kota ini. Perjalanannya membutuhkan sekitar dua puluh menit, sambil menunggu Asila membuka buku berjudul ''Kisah Nabi'', buku ini adalah hadiah dari Bang Putra ketika ia sedang berulang tahun ke delapan tahun. Entah kenapa buku ini sangat berharga baginya dan tak merasa bosan bahkan telah membacanya berulang ulang kali.
Tak berselang lama, akhirnya bus sampai di halte depan sekolah. Segera aku turun dan masuk ke area sekolah. Sekolah ini adalah sekolah Umum, jadi tak heran bagi Asila jika ada perempuan yang tak berhijab,ada yang memakai rok di atas lutut. Bahkan yang berhijab disekolah ini tidak banyak juga. Asila langsung menyusuri lorong sekolahnya menuju kelas 11 ipa1. Asila selalu memberi senyum kepada siswa siswi yang dilewatinya walaupun banyak diantaranya yang tak membalas senyum dari Asila malah memberi tatapan sinis. Tetapi itulah Asila, ia tak pernah mempermasalahkan hal seperti itu.
Ditempat yang sama seorang pria yang hendak melangkahkan kakinya melalui lorong kelas tetapi terhenti karena kakinya menedang sebuah benda. Pria itu menunduk, ia melihat sebuah buku. Langsung saja ia ambil buku itu dengan judul "Kisah Nabi'
"Ck, kekanakan sekali siapa pun siswa yang memiliki buku ini, buku cerita bergambar anak SD. Yang benar saja, murid sekolah ini mempunyai buku seperti ini.'' gumamnya pelan dan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti dengan membawa buku itu.
****
Asila POV
Sesampainya di depan kelas aku melangkahkan kakinya ke kursi depan, kursi yang aku tempati selama berada di kelas ini. Hingga ketenanganku mulai terganggu dengan suara sahabatku, Arina teman sekelas sekaligus teman sebangku ku.
"Oh my god. Oh my god. Asila lo tahu gak yang namanya Zidan Pratama itu, Cowok yang termasuk most wanted sekolah ini. Barusan anak anak lain ngelihat dia bawa buku gitu di tangannya, mustahil banget tau kalau dia bawa buku ke sekolah, secara gak ada guru yang mau ngelarang dia karena dia anak dari direktur utama sekolah ini.'' ucap Arina dengan cepat dengan tangannya yang memegang bahu ku. Aku yang mendengar nama tersebut malas untuk mengetahui apa lagi berususan dengan nama yang disebut oleh Arina. Aku hanya menanggapi dengan anggukan dan kata 'hm'.
"Terus lo tau gak gosip yang beredar lagi, buku yang dibawa sama Zidan itu judulnya "Kisah Nabi". Keren abis banget kan, gayanya yang begitu tapi baca buku yang gituan." ucap Arina dengan duduk disampingku dengan santai. Aku yang mendengar kata "Kisah Nabi" itu langsung membelakkan matanya, seolah tak percaya dengan apa yang dia dengarkan. Secara tidak mungkin kalau Zidan membaca buku seperti itu. Langsung saja Aku melihat isi tas nya dan benar saja kalau buku itu tidak ada di dalam tasnya. Baru saja Aku hendak berdiri tetapi ada yang menghentikannya.
"Lo mau ke mana? ini sudah masukan. Lebih baik kamu duduk, karena Bu Lela bakalan masuk sebentar lagi" Ucap Arina dengan tangannya memegang tanganku, dan aku pun kembali duduk. Dengan tidak tenang aku duduk di kursi. Pikiranku bahkan tidak tenang karena buku itu ada di tangan seorang Zidan.
Bunyi istirahat pertama pun berbunyi. Guru yang mengajar pun keluar. Aku langsung saja menarik Arina. Arina yang ku tarik dengan mendadak pun merasa sedikit kesal.
"Sila, pelan pelan dong. Lo laper banget ya sampai buru buru ke kantin." ucap Arina kepadaku, tetapi kuacuhkan karena ada hal lain yang lebih penting.
Dan benar saja sesampainya di kantin aku melihat seseorang yang kucari sedang duduk dimeja dengan teman temannya. Langsung kutarik Arina ke arah meja tersebut. Sesampainya di tempat tersebut Zidan dan teman temannya melihat ke arahku dan Arina. Aku yang merasakan suasana seperti ini langsung sedikit gugup. Dengan penuh keberanian aku bertanya.
"Permisi kak. Emm, begini aku ingin mengambil buku yang lo temukan tadi pagi" ucapku dengan sedikit bergetar karena gugup.
''Barusan Si cewe cupu ini bertanya sama kita ya?'' Tanya Fikri kepada teman-temannya. Langsung saja Zidan mengangkat sebuah buku dan bertanya bahwa yang kucari adalah buku itu.
''Benar itu buku saya, terimakasih sudah menemukan dan mengembalikannya'' Ucapku dengan mengambil buku tersebut yang terletak di atas meja. Setelah mengambil bukuku, aku kembali menarik tangan Arina untuk menjauh dari tempat itu, karena siswa siswa lain sudah melihat ke arah kami sejak kami datang ke meja Zidan dan teman-temannya. Dan Arina lagi lagi hanya pasrah ketika ditarik oleh sahabatnya itu.