Pagi ini aku terbangun dengan hati yang damai. Pertikaian dengan mama sudah terselesaikan, tapi masih ada sedikit rasa gusar di hatiku saat ini. Papa, tidak setuju dengan perlombaan yang ingin aku ikuti. Alasannya sangat klasik, kata papa "kamu belum menguasai banyak kosa kata dan tata bahasa yang benar Rena." Sebenarnya betul juga apa kata papaku, tapi sebelum kita berusaha kita gak akan pernah tahu kemampuan kita sudah sampai mana. Alasan aku mengikuti lomba cerpen ini karena aku terinspirasi dengan teman-temanku yang sudah sukses menjadi seorang penulis. Buku-buku yang mereka tulis sudah diterbitkan dan juga banyak pembacanya. Sebenarnya, maksudku ingin membantu kedua Orangtua agar mengurangi biaya sekolahku nantinya. Kalau aku memenangkan lomba ini, hadiah yang didapat cukup untuk kebutuhanku selama 3 bulan kedepan.
Saat bergegas ke kamar mandi tiba-tiba mama mengetuk pintu kamarku.
Tok tok tok!
"Rena, kamu sudah bangun nak? Apa mama boleh masuk?" Ujar mama dari luar kamar. Aku yang mendengarnya segera berjalan menuju pintu, membukannya dan mempersilahkan mama untuk duduk di kasurku.
"Rena sudah bangun ma, apa ada yang ingin mama bicarakan ke Rena?" Tanyaku.
"Begini nak, mama sudah bicara kepada papamu. Beliau bilang sebaiknya kamu tidak usah mengikuti perlombaan itu, kemampuan kamu belum cukup bila maju ke tahap perlombaan." Ucap mama sambil mengelus rambutku. Aku yang mendengarnya sedikit kecewa. Pasalnya aku sangat berharap dengan perlombaan ini.
"Rena tahu mah kemampuan Rena memang gak sehebat itu. Tapi, apa Rena gak boleh mencoba ikut perlombaannya? Rena sangat ingin mengikutinya. Rena ingin mencoba pengalaman baru mah, urusan menang dan kalah itu belakangan. Intinya Rena harus mencoba dulu. Mama selalu bilang kan jangan mau kalah sebelum berperang" jawab Rena dengan sangat hati-hati. Susah kali ini untuk meyakini kedua orangtuanya.
"Iya Rena mama paham. Mama ingat betul apa yang mama bilang. Tapi nak, tolong dengarkan mama untuk kali ini saja. Yasudah kamu mandi habis itu kita sarapan." Mama langsung bangkit dari kasurku. Perasaanku sedikit kacau, dengan cara apa lagi aku harus meyakinkan Orangtuaku?
•••
Sesampai di sekolah, aku masih terus memikirkan ucapan mama tentang perlombaan yang akan aku ikuti. Aku ingin meminta pendapat lilis teman sebangkuku.
"Lis, menurutmu bagaimana yaa caranya aku meyakinkan orangtuaku supaya diizinkan ikut lomba?"
"Sampeyan mung nuduhake kemampuan paling apik ing ngarep, nanging sampeyan kudu latihan maneh supaya luwih apik" jawab Lalis sambil menulis catatan dari guru.
"Iya tapi kan aku takut kalau nanti Orangtuaku marah lis. Ayah kalau marah serem ngeri aku" Rena menelungkupkan kepalanya diatas meja.
"Yowes terserah kamu saja lahh Ren aku hanya bisa bantu doa" ucap Lilis dengan khas jawanya.
Saat istirahat tiba, aku segera melanjutkan cerpen buatanku. Siang ini ada rapat guru sehingga kelas tidak ada yang mengisi. Teman-temanku semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sebenarnya banyak yang mendukung bila aku mengikuti lomba itu tapi kehendak Orangtuaku tidak bisa dibantahkan. Aku terinspirasi menulis tentang keadaan disekitarku. Banyak hal yang dapat dituangkan kedalam tulisan. Memang aku tidak ada keturunan penulis di dalam darahku. Ayahku seorang musisi sedangkan ibu pandai menjahit. Yang aku bingungkan, apa kemampuan yang aku miliki. Nah dengan cara inilah aku mencoba untuk mencari keterampilanku barangkali aku cocok untuk menjadi penulis.
Waktu menunjukkan pukul 14:00 aku segera bergegas pulang kerumah. Saat aku bangkit dari kursiku ada seorang laki-laki berjalan menghampiri.
"Maaf, kamuteh Rena kan? Aku dapat titipan dari Bu Fauziah. Beliau bilang suruh kasih ini ke kamu." Ucap lelaki itu sambil mengulurkan tangannya memberikan sebuah map cokelat kepadaku. Aku mengernyit bingung memang aku pernah ada urusan apa dengan Bu Fauziah?
"E--eh ini apa ya? Apa Bu Fauziah gak salah orang? Aku saja tidak ketemu beliau hari ini. Aku juga tidak membuat pelanggaran apapun" jawabku gugup.
"Oh ya maaf Beliau bilang barang ini kamu buka saat kamu sudah sampai rumah saja. Yasudah kalau begitu aku pamit dulu Rena. Assalamualaikum" lelaki itu berbalik aku memasuki map itu kedalam tas dan segera pulang kerumah.
••
"Assalamualaikum! Kok gak ada yang jawab ya" Aku membuka pintu rumah, membuka sepatu, dan menaruhnya di rak. Tumben, jam segini rumah gak ada orang mama kemana ya? Gak biasanya ninggalin rumah tapi gak kunci pintu.
Aku bergegas ke kamar lalu mengganti seragamku. Hari ini lelah sekali banyak pikiran dan pekerjaan yang aku terlantarkan karena memikirkan lomba itu.
"Huft Lelah sekali hari ini, tidur dulu deh sebentar, sore nanti baru bangun" gumamku sambil bergelung dikasur.
Belum sempat memejamkan mata pintu sudah ada yang mengetuk.
Tok tok tok
"Rena sudah pulang nak?" Mama membuka setengah pintu kamarku
"Ren makan dulu nak, habis itu baru tidur udah shalat zuhur belum?"
"Udah mah di sekolah, Rena udah makan tadi masih kenyang. Rena ngantuk mau tidur" jawabku sambil menguap. Sebenarnya aku sedikit kesal dengan mama tapi gak boleh kan dosa yasudah. Ada sekelebat rasa bersalah saat meghindari mama. Tapi aaah sudah lah.
Sebenarnya selain menulis aku juga suka sekali mendengarkan musik melalui earphone karena bisa melepas beban pikiranku. Biasanya aku mendengarkan lagu lagu daerah, aku berbeda dengan teman temanku yang hanya menyukai musik dari luar negeri.
Aku lebih menyukai musik daerah karena banyak sekali di indonesia budaya bufaya yang belum aku kenal, aku baru mulai mengenalnya melewati lagu lagu yang kudengar sekarang. Aku sangat suka lagu lagu yang nadanya bersemangat seperti yamko rambe yamko, apuse, mama, dan masih banyak yang lainnya
Aku yakin besok aku akan diizinkan oleh orangtuaku setelah menunjukkan kemampuan menulis cerpenku yang sebenarnya