Selalu keluar dan pindah mendadak atau dengan alasan yang semakin lama terdengar dibuat-buat membuat tuan Osamu Takuya, kepala sekolah Sekai Gakuen, merasa ada sesuatu yang tak beres telah menimpa para siswanya. Dengan para warga sekolahnya atau mungkin dengan sekolah itu sendiri. Tapi apapun itu dirinya tak bisa tahu meski sudah mencari tahu diam-diam. Karena itu beliau memiliki sebuah gagasan mencari seseorang supaya menjadi kaki tangannya. Untuk mencari tahu apa yang terjadi. Dengan berpikir, “mungkin masalah anak muda bisa di tangani oleh sesama anak muda seperti mereka.”
Tetapi anak muda yang telah dipilihnya dengan antusias itu menolak mentah-mentah, dengan alasan tidak ingin mencampuri urusan orang lain. Anak muda itu malah lebih merekomendasikan sepupunya yang memiliki trauma sejak semasa kecil dan tak pernah keluar dari lingkungan rumah, apalagi bersosialisasi untuk bertemu orang-orang.
Tanpa gadis itu-Yuua- tahu apa yang sedang terjadi di Sekai Gakuen-begitu juga kepala sekolah dan si sepupu yang telah menolak- dirinya setuju untuk masuk sekolah asrama itu.
Dengan santai dan tampak tak serius dikatakannya, “mungkin saya memang harus mencobanya. Seperti kata sepupu saya, saya ingin sembuh dari keadaan saat ini.” katanya tanpa tahu rencana serta alasan sebenarnya si sepupu dan kepala sekolah. “tapi grandpa, apa di sana ada malum? Oh, maksud saya apel, pohon apel!” tanyanya pada tuan Osamu dengan pipi yang sedikit memerah karena malu, meskipun wajahnya tak tampak menunjukkan ekspresi yang seharusnya.
“Sepertinya ada. Ya, ada.” Dahi kepala sekolah mengerut, tapi kemudian sebuah senyum tersungging dengan aneh.
[Dalam bahasa latin malum berarti apel, tetapi bisa juga berarti jahat.]