Bersahabat itu tak memandang perbedaan. Yang paling penting dalam bersahabat adalah hubungan baik dalam persahabatannya.
Rika, gadis SMA yang bersahabat dengan Ryosuke, teman laki-laki yang satu sekolah dengannya juga. Sejak kecil, mereka selalu bermain bersama.
Gadis cantik nan manis itu tersenyum sendiri saat pulang sekolah berjalan melewati taman bermain yang dulu sering digunakan dirinya dan Ryosuke untuk bermain.
"Rika!" Seseorang menghampirinya.
"Ada apa, Ryo?"
"Tadi Yuri memberimu undangan ulang tahunnya." Ryosuke memberikan undangan ulang tahun Yuri kepada Rika dengan wajah polos dan terkesan dingin.
Dari luar, Ryosuke memang kadang terlihat seperti orang yang cuek dan dingin, tapi sebenarnya tidak begitu. Sifat aslinya ramah dan baik kepada semua orang yang sudah kenal dekat dengannya. Justru sifat cuek dan dingin itu kadang berpadu dengan wajah imut-imut gantengnya yang membuat para perempuan di sekolah suka kepadanya.
"Wah sweet seventeen! Aku beli kado apa ya?" Rika membaca undangannya.
"Kamu beli saja apa yang menjadi kesukaannya."
"Kalau begitu, besok temani aku ke mall ya."
"Hah? Apa?" Ryosuke sedikit kaget. "Bagaimana ya? Sebenarnya aku.." Ryosuke mencari alasan, karena dia malas kalau diajak menemani anak perempuan belanja di mall. "Aku.. mau.. menonton film. Iya menonton film yang besok tayang di bioskop." Ryosuke ingat bahwa ada film laga yang akan mulai tayang besok.
"Kalau begitu, sekalian saja menonton bioskop di lantai atas." Rika tidak mengerti alasan Ryosuke sebelumnya. Ryosuke pasrah saja, dia nengangguk terpaksa.
***
Ryosuke sudah menunggu didepan mall. Semenit kemudian, Rika datang.
"Gomennasai, aku terlambat." Rika sedikit membungkuk. Ryosuke terus menatap Rika yang terlihat cantik dan sedikit sentuhan imut di penampilannya kali ini.
"Ryo.." Rika membuyarkan lamunannya.
"Gomen, aku melamun tadi." Ryosuke membuang muka untuk menutupi wajahnya yang kemerahan malu.
***
"Menurut kamu lebih bagus boneka panda atau unicorn?" Rika melihat boneka di etalase.
"Sepertinya panda lebih lucu." Rika memutuskan membeli boneka panda yang dipilih Ryosuke. Lalu berjalan menuju tempat pakaian.
"Ryo, bagus kan?" Rika keluar dari ruang ganti dengan mencoba pakaian yang cocok. Ryosuke tak berhenti memandang Rika sampai Rika mencoba pakaiannya yang kesepuluh.
"Bagaimana, apakah ada yang cocok?" Tanya seorang pelayan disitu.
"Besok-besok saya kesini lagi." Rika terkekeh. Pelayannya itu langsung memasang muka kecewa dan judes karena pelanggannya tidak jadi beli. "Ryo, kamu jadi menonton film?"
"Memangnya kamu suka filmnya?"
"Suka!" Rika terpaksa berbohong karena tidak enak pada Ryosuke yang ingin menonton film favoritnya. Mereka menuju bioskop menggunakan eskalator karena lift penuh.
Tanpa disadari, Ryosuke menggandeng tangannya. Rika melihat tangannya yang digandeng sambil tersenyum. Sebenarnya Ryosuke tak bermaksud apa-apa, ia takut berpisah dengan Rika karena mall di hari Minggu sedang ramai.
Mereka duduk dibarisan kedua. Baru sepuluh menit menonton, Rika mengantuk lalu tertidur dan kepalanya menyender dibahu Ryosuke. Ryosuke menoleh lalu tersenyum dan membiarkan Rika menyender dibahunya.
***
"Terima kasih ya, kamu sudah mau menemani hingga mengantarku pulang." Rika tersenyum
"Sama-sama." Ryosuke membalas senyum Rika.
"Kenapa jantungku jadi berdebar begini?" Batin Rika sambil memegangi dadanya.
"Rika, kamu baik-baik saja?" Ryosuke sedikit khawatir.
"A.. Aku tidak apa-apa."
"Kalau begitu, aku pulang dulu ya." Ryosuke berjalan meninggalkan Rika.
"Ryo.." Rika memanggil setelah Ryosuke berjalan beberapa langkah. Ryosuke menoleh. "Hati-hati." Ucap Rika dengan senyuman manis. Ryosuke hanya membalas dengan senyumnya juga.
Rika duduk diatas ayunan. Angin malam dan cahaya lampu dibiarkannya. Tangannya bergerak-gerak diatas buku diary miliknya.
'Ryo, mungkin kita hanya sebatas sahabat yang tidak mungkin akan saling suka. Tapi tidak untukku pada hari ini. Entah kenapa aku merasa senang saat engkau menemaniku hari ini. Entah kenapa jantungku terasa berdebar saat engkau menatap dan tersenyum kepadaku. Apakah sebenarnya aku.. mulai menyukaimu, Ryosuke?'
Rika membuka lembaran diary-nya. Dia menulis sesuatu dikertas yang masih kosong lalu melipatnya menjadi bentuk pesawat. Rika menerbangkan pesawat kertasnya diantara angin malam dan memandang kemana pesawat kertasnya pergi sambil tersenyum.
***
Rika menaiki tangga untuk sampai di kelasnya. Tanpa sengaja, dia terpeleset dan jatuh. Kakinya terkilir. Ryosuke cepat-cepat akan menolong Rika, namun gagal. Rika sudah lebih dulu ditolong oleh Takeshi, teman sekelasnya.
"Seharusnya kau lebih berhati-hati." Takeshi berkata seraya mengompres kaki Rika dengan es batu.
Diam-diam Ryosuke mengintip dari balik jendela UKS dan menguping percakapan mereka. Setiap hari Takeshi juga selalu mengantar Rika pulang ke rumah saat pulang sekolah. Ada rasa tidak suka dalam diri Ryosuke yang melihat Takeshi selalu bersikap berlebihan terhadap Rika.
***
Rika menelpon Ryosuke dan meminta untuk menemaninya pergi ke pesta ulang tahun Yuri di tepi pantai.
"Memangnya kakimu sudah sembuh?" Ryosuke bertanya dengan nada ketus.
"Aku sudah sembuh, kok."
"Aku tidak mau." Tolak Ryosuke.
"Kenapa?" Tidak ada jawaban lalu teleponnya ditutup begitu saja. Terpaksa Rika pergi sendiri. Namun saat ditengah perjalanan, seseorang memanggilnya.
"Ryo, mengapa kamu ada disini? Kamu bilang tidak mau menemaniku." Ryosuke tidak menjawab, bahkan sifatnya seolah berubah tak seperti biasanya.
"Selamat ulang tahun, Yuri!" Rika memeluk Yuri dan menyerahkan kadonya.
"Terima kasih, ya." Yuri menatap Rika. "Sekarang, ayo kita jalan-jalan dengan perahu!" Yuri mengajak semua temannya yang datang.
Rika duduk disamping Ryosuke dan menatapnya yang sedari tadi diam saja. Ryosuke tak menatap balik Rika. Pandangannya masih lurus kedepan.
Tak disangka-sangka badai datang menghantam perahu mereka. Aneh dan ajaib. Padahal saat di pantai cuaca masih cerah. Perahunya terbalik, semua yang menaikinya terjatuh ke laut.
"Ryo, toloong!!" Rika melambaikan tangannya. Terapung-apung diantara arus yang kuat, "Masihkah ada harapan untuk selamat?" Otak Rika dipenuhi oleh pikiran seperti itu.
"Rika!!" Ryosuke meraih tangan Rika yang sudah pingsan terlebih dulu.
"Rika, bertahanlah! Semoga masih ada harapan kita bisa selamat dalam kejadian tak terduga ini. Rika.. aku sayang kamu." Batin Ryosuke saat arus membawa mereka entah kemana. Ia sudah tidak bisa apa-apa lagi kecuali pasrah.
***
Ryosuke merasa arus tak menyeretnya lagi, bahkan merasa sedang tiduran ditempat berpasir. Apakah ini di surga?
Dia tersadar dari pingsannya dan melihat Rika masih pingsan disampingnya.
"Rika.." Ucapnya lirih didekat telinga Rika sambil menepuk pelan pipi gadis itu.
Ryosuke merasa Rika tidak bernafas tapi detak jantungnya masih terdengar jelas di telinganya. Dia melihat sekelilingnya yang akan dimintai bantuan.
"Tidak ada orang, bagaimana ini?" Sekali lagi dia menoleh kesana kemari. "Tidak ada cara lain. Maafkan aku, Rika."
Ryosuke mendekatkan mulutnya ke mulut Rika. 5 cm lagi Ryosuke berhasil memberi Rika nafas buatan. Namun, perlahan Rika membuka kelopak matanya. Dilihatnya wajah Ryosuke yang berada sangat dekat dengannya.
"Ry.. Ryo.." Suaranya serak. Ryosuke segera menjauh dari wajah Rika dan membantunya duduk diatas pasir putih. Ombak berlomba-lomba membasahi jari-jari kaki Rika.
"Rika.." Ryosuke menatap Rika cemas. "Syukurlah kamu tidak apa-apa." Rika melihat sekelilingnya yang mulai gelap.
"Kita dimana?"
"Sepertinya kita terdampar di pulau terpencil." Rika mengusap-usap lengannya kedinginan.
Hari sudah malam, mereka duduk disekitar api unggun sambil membakar ikan dan menghangatkan badan. Rika menggosok-gosokkan telapak tangan lalu mengusap lengannya. Rika kedinginan, karena dia hanya mengenakan baju lengan pendek.
"Pakailah jaketku dulu." Ryosuke melepas jaketnya yang sudah kering dan mengenakannya pada Rika.
"Kamu bagaimana?"
"Tidak apa-apa."
"Ryo, kenapa dari kemarin kamu bersikap cuek kepadaku?" Ryosuke diam saja. "Kamu marah ya?"
"Ikannya sudah matang." Ryosuke mengalihkan pembicaraan.
"Kamu benar-benar marah kepadaku? Baiklah aku akan..."
Ryosuke memotong perkataan Rika. "Aku tidak marah kepadamu." Rika memandang Ryosuke. "Aku.. hanya tidak enak hati saat melihat Takeshi selalu mengantarmu pulang hari itu." Ryosuke telah mengungkapkan yang sebenarnya terjadi padanya. Rika hanya terdiam mendengar itu.
***
Seharian mereka berpikir bagaimana caranya bisa keluar dari pulau yang sepi dan menyeramkan dan kembali ke Tokyo, ke rumah mereka.
Berenang. Tidak mungkin, karena ini bukan kolam renang untuk manusia, ini kolam renang untuk ikan-ikan hiu yang siap memakan daging apa saja.
Menelpon seseorang untuk datang dan menyelamatkan. Mereka saja tidak tahu dimana posisi mereka, bagaimana bisa meminta seseorang untuk menjemputnya.
Rupanya Tuhan telah mengatur semuanya. Menolong setiap makhluknya yang berdoa dan berusaha. Sebuah kapal nelayan menghampiri mereka dan menawarkan diri mengantar pulang mereka ke Tokyo.
***
"Ibu!!" Rika memeluk ibunya. Kemarin ibunya rela menyewa hotel ditepi pantai supaya jika ada informasi tentang puterinya bisa langsung tahu.
"Syukurlah ibu bisa bertemu kamu lagi." Rika melepas pelukannya lalu menatap Ryosuke yang juga sedang menatap dirinya.
"Ryo.." Rika menghampiri Ryosuke dan berdiri dihadapannya. "Terima kasih telah menjagaku kemarin. Maaf ya, aku membuatmu sedih pada hari itu."
"Tidak apa-apa." Ryosuke mengenggam tangan Rika sambil tersenyum tulus. "Rika.. Aku sayang kamu melebihi seorang sahabat. Kamu mau kan jadi pa..."
Rika memotong dengan cepat, "Aku mau." Rika tersenyum. "Aku.. Aku juga merasa begitu." Rika tersipu malu.
Mereka saling memandang kemudian tersenyum bersama diantara ombak yang berdeburan dan angin laut yang memberi ketenangan hati.