Malamnya aku akhirnya, menikmati suasana malam ini ditempat yang menyenangkan. Dengan lampu yang bergemelap aku menari-nari dengan kedua temanku disana, ditengah ruangan mengikuti alunan lagu yang yang sungguh riang. Menghilangkan segala penat kami. Tapi tanpa minuman dan menggunakan barang terlarang, kami sudah berjanji akan menjauhi hal itu. Hanya saja kami tidak bisa lepas dengan gaya kami dalam berpakaian, dan menggaet cowok-cowok tampan disana.
Sering sekali aku mendapat kenalan pria-pria yang sangat tertarik denganku. Tapi aku hanya menganggap mereka adalah kesenangan saja. Yang bisa diajak mengobrol, dan bersenang-senang.
"Hallo silly sayang" seorang pria datang menghampiriku, disaat aku duduk dari lelahku yang menari bebas bersama temanku. Dia pria yang cukup tampan dengan gayanya yang atletis. Namanya frengki
"Hai beb.." sapaku membalasnya,
"Kamu tambah cantik aja" ia memijiku,
Aku hanya tersenyum lirih, tak terpengaruh dengan gombalannya itu. Sambil menikmati kacang yang berada diatas mejaku.
"Kapan nih...kita jalan ketempat yang romantis" ajaknya. Dan aku agak bosen dengan kata-kata itu. Setiap cowok yang mengenalku pasti mau mengajakku pergi.
"Minggu ini, kuliahku lagi padat banget. Sebentar lagi akhir semester. Jadi mungkin belum ada waktu" jawabku.
"Oh begitu...ya sudah kalau ada waktu aja. Aku ajak kamu pergi ya..."
"Ehm...okelah" aku hanya mengiyakan saja, cowok yang satu ini memang sangat penasaran padaku. Dan berkali-kali ingin mengajakku pergi.
Pukul. 2 malam aku tiba dirumah, aku mengklakson mobilku. Agar penjaga pintu membukakan pintu gerbang.
Tin...tin...aku berkali-kali menekan klakson mobilku, "woi...pak anton buka pintunya" teriakku sambil memanggil.
Tak lama security penjaga rumahku barulah datang, membukakan gerbang halaman. Dan aku pun memasuki mobilku dan mermakirkannya.
"Gimana sih, pak. Kenapa lama banget dibukainnya" aku sedikit kesal saat turun dari mobil,
"Maaf non, bapak tadi ketiduran" ujarnya, yang memang sudah mengenakan sarung sebagai selimutnya. Tapi aku tetap saja marah.
"Bapak itu kerja atau tidur sih, seharusnya kalau jaga itu ya gak boleh tidur." Aku mengomentari pak anton karna menurutku salah.
"Pak anton tidur, karna ini sudah jam dua. Wajar saja kan kalau waktumya istirahat" tiba-tiba aku mendengar suara papi dibelakangku, aku langsung menoleh. Dan memamg ternyata papi dan mami ada didekatku. "Kamu dari mana saja silly, kenapa jam segini baru pulang"
"Jalan dengan temanku..." jawabku tanpa merasa bersalahnya.
"Jalan malam-malam begini.." papi jadi tampak marah, tapi aku tak meresponnya. "Kamu itu perempuan apa pantas pulang jam segini"
"Pah sudahlah, sudah malam tidak enak di dengar tetangga" mami mencoba menenangkan papi yang kelihatan kesal.
"Pantas atau gaknya itu kan urusanku, lagian aku kan bukan anak kecil lagi. Aku bisa ngurus diri sendiri pi...udahlah papi istirahat aja." Ujarku malah merasa tenang saja.
"Kamu ini...makin hari makin susah di nasehati ya" cetus papi yang malah mengomel.
"Udah aku capek pi, aku mau tidur" celetukku, pergi begitu saja melewati mereka.
"Silly...papi belum selesai bicara" papi masih saja mau bicara padahal aku sudah melangkah pergi.
"Pi...udah, biarin silly istirahat." Ujar mami.
"Ini karna, kamu terlalu manjain dia. Dia jadi begitu"
"Loh kok jadi salahin mami sih, siapa yang dari dulu manjain dia. Itu Papi kan, papi selalu dukung apa yang dia lakukan"
"Tapi kamu selalu membela dia kalau dia salah, papi kan jadi gak bisa marah"
Pa anton yang masih berdiri disana jadi geleng-geleng papi dan mami jadi main salah-salahan. "Maaf tuan, nyonya sebaiknya kalian pergilah istirahat saja." Pak anton menyela pembicaraan mereka.
"Ya mi lebih baik, kita tidur saja. Yang penting anak itu kan sudah pulang" gerutu papi berhenti berdebat dengan mami malah mengajak mami untuk kembali masuk kedalam.
ya, begitulah setiap harinya, papi dan mami tidak akan bisa memarahiku dengan tegas karna mereka berdua sayang padaku.
***
Hah lagi-lagi telat, padahal pagi ini ada pelajaran penting yang harus aku ikuti.
Aku membawa mobilku, dengan kecepatan lebih cepat dari biasanya. Aku harus tiba 10 menit dari seblum pelajaran itu mulai.
Saat sedang fokusnya menyetir, justru seorang nenek yang sudah kelihatan tua melintasi jalan yang aku mau lewati, tanpa melihat mobilku sinenek langsung menyebrang. dan Aku pun harus berhenti dahulu, menunggunya sampai menyebrang jalan. Tapi jalannya tampak tergopoh-gopoh karna menggunakan tongkat ditangannya, membuatnya menjadi lambat melangkah.
Karna sangat lama, dan menghabiskan waktuku. Aku pun menekan klakson ku untuk memberitahukan kalau aku juga ingin jalan.
'Tinn...Tinnn...'
Tapi nenek itu malah berhenti dipertengahan jalan, aku membuka kaca mobilku sesaat
"Nek cepetan donk jalannya...saya mau lewat nih" teriakku sambil mengklaksokan lagi mobilku.
Si nenek sepertinya kagetan mendengar klaksonku, dan masih berhenti ditenggah jalan tepat didepan mobilku.
Aku jadi geram melihatnya, aku pun turun dari mobil untuk menegur si nenek yang tidak aku kenal itu.
"Nek, nenek mau mati ketabrak ya...kenapa gak jalan sih. Saya itu mau lewat" ketusku.
"Astagfirullah hal azim.." si nenek mengucap istigfar, sambil melihat padaku.
Tapi aku malah berfikir nenek itu menantang kemarahanku yang menatapku seperti itu, dan sepertinya aku harus ajak nenek itu kepinggir,
"nek..." baru aku ingin melangkah menuju nenek itu, seseorang sudah lebih dulu merangkul si nenek, dan memapahnya untuk berjalan menyebrang.
Aku terdiam dari posisiku berdiri, memperhatikam cowok yang tiba-tiba membantu si nenek menyebrang, 'kayaknya pernah liat' pikirku.
Cowok itu akhirnya membantu nenek menyebrang, dan sedikit berbicang dengan si nenek. Si Nenek yang kelihatan begitu senang dengan cowok yang sudah membantunya.
Tapi sudahlah, aku jadi gak perlu capek-capek mengeluarkan emosi untuk menegurnya. Aku juga gak peduli dengan cowok yang sepertinya aku kenal. Aku langsung berbalik dan mau melanjutkan jalanku. Tapi saat aku mau membuka pintu mobilku, aku mendengar seseorang yang bicara denganku
"Kenapa kamu bicara begitu sama orang tua"
Aku menoleh kembali, ternyata cowok yang baru saja membantu nyebrang si nenek datang menghampiriku, dan kali ini aku bisa melihat jelas cowok itu. Dia ternyata cowok yang kemaren sore ada di musholah dekat kampus.
"Kamu gak pantes bicara seperti tadi, seharusnya kamu bantu nenek itu menyebrang. Bukan memarahinya" ujar cowok itu, ternyata mendengar apa yang aku katakan tadi.
"Sorry ya, aku lagi buru-buru dan gak ada waktu buat berdebat soal itu" ketusku,
"Apa urusan kamu lebih penting dari keselamatan orang lain, lebih penting dari menghormati orang yang lebih tua?"
"Ya memang lebih penting, jadi kamu gak usah ikut campur. Atau mungkin dia itu nenek kamu jadi kamu datang marah-marah cuma mau membelanya" ujarku.
"Nenekku atau bukan, bersikaplah lebih sopan. Jika kamu berpendidikan kamu bisa lebih mengerti artinya menghargai dan menghormati" cowok itu bicara membuat aku sangat teringgung.
"Apa kamu bilang, kamu mau bilang aku gak berpendidikan??" Aku sangat geram, yang tadinya buru-buru ingin pergi malah terbawa emosi. "Jangan bicara sembarangan yah, kamu itu gak tau bicara dengan siapa?"
Cowok itu malah mengacuhkan aku, saat aku sedang mengomeli. Juga berbalik pergi.
"Hei...tunggu, dasar cowok brengsek. Mungkin kamu yang gak berpendidikan....hei..." sorakku masih kesal memanggil, tapi dia benar-benar mengacuhkan aku.
Hah...sial. bisa-bisanya aku ketemu cowok seperti dia. cowok yang beraninya bilang aku gak berpendidikan dan Baru kali ini juga ada cowok yang berani mengacuhkan aku seperti itu. Awas saja jika nanti aku ketemu lagi dengannya. mungkin aku akan beri dia perhitungan.
****
Akhirnya aku tidak melewati mata pelajaran hari ini, karna sayang kalau melewatkannya jumlah sksnya sangat pengaruh untuk tambahan nilaiku. Tapi ternyata dosennya yang justru terlambat,
"Kenapa sih, kayaknya aku lihat kamu beda banget hari ini" vera yang duduk disampingku, melihat raut wajahku yang kelihatan agak sedikit bete. Ia kebetulan dapat satu kelas denganku. Dan akhirnya temanku mengajak mengobrol.
"Ya, aku kesel banget. Ketemu cowok nyebelin yang buat aku emosi" ujarku,
"Cowok..."
"Iya, dia nyebelin banget." Ketusku.
"Masa sih, ada cowok yang nyebelin. Bukannya kamu yang selalu buat kesel cowok. Tapi kenapa..." vera bahkan meledekku, "hehhe sorry, maksud aku itu biasanya kamu yang buat para cowok penasaran dan slalu pengen kenal kamu. Loh tapi kok ini malah buat kamu kesel."
"Aku juga heran, dia gak lihat apa kalau aku cantik begini. Malah dibuat kesel dengan ucapannya"
"Masa sih, emang dia ngomong apa?" Temanku vera malah penasaran.
"Ya pokoknya bikin aku kesel" jawabku malas untuk diceritakan.
"Kayak apa sih cowoknya,"
"Dia itu seperti...." suaraku terhenti saat aku menoleh kearah depan kelas, mataku menangkap seseorang yang masuk kedalam kelas kami. Dan berjalan menuju tengah kelas. Dia....dia...
Aku yang duduk dibangku ketiga dari depan, sangat tak percaya. Melihat orang yang baru saja aku ceritakan pada vera, kini ada didalam kelasku. Bahkan berdiri didepan kelas. Hah... mau apa dia?
"Selamat pagi semuanya," sapanya yang sudah berada berdiri didepan kelas, "perkenalkan saya farhan, saya yang akan menggantikan pak haidar sementara untuk mata kuliah metodo riset bisnis. Karna beliau sedang berhalangan untuk hadir"
Apa!!?? Dia itu dosen pengganti?? Hampir tak percaya aku ia ada di kampusku apalagi dikelasku sekarang
Aku langsung menyembunyikan diriku terutama wajahku dengan bersembunyi dibelakang temanku yang duduk didepanku. dan Untung saja hari ini aku tidak duduk paling depan jadi aku tidak mudah diperhatikan.
Tapi semua orang-orang dikelas jadi saling pandang dan berbisik-bisik membicarakannya.
"Oh ternyata dia dosen juga ya, tapi kok muda banget ya." "Iya, mungkin dia cuma asdos. Tapi dia lulusan apa yah" "lumayan yah, dia manis juga, udah pinter cakep pula"
Berbagai obrolan terdengar dari sana-sini membicarakannya.
Tapi aku hanya diam saja, yang penting orang itu jangan melihatku. Dan mudah-mudahan dia lupa. Karna aku tadi dijalan sempat berteriak kata 'cowok brengsek'
"Baiklah, kita akan mulai saja pelajarannya. Nanti perlahan kita akan bisa saling kenal." Ujar farhan, sedikit mendengar pembicaraan para mahasiswa/i membicarakannya. Dan ia lebih fokus dengan pelajaran yang ia akan bawakan.
Tapi aku masih tidak tenang selama dua jam, aku berada dikelas dengan orang yang berdebat denganku, rasanya ingin kabur saja.
Selang satu jam, untungnya ia masih gak mengenali aku, jadi aku masih bisa tenang.
"Dalam metode ini ada pengukuran yang sangat penting dalam rangka menentukan riset dalam bisnis, apa ada yang tau apa saja teknik-teknik reliabilitas tersebut..?" Tanya farhan pada mereka semua, tapi farhan mencari-cari satu orang yang bisa menjawab pertanyaannya itu.
"Kamu..." ia menunjuk dan mengarah padaku tiba-tiba. Tapi aku spontan langsung menegakkan bukuku, untuk menutup wajahku. Pura-pura tak medengar.
Aduh bagaimana ini??
"Tolong, kamu yang dibalik buku itu, jawab apa yang saya tanyakan tadi" ucapnya.
Aku menggigit jari dan sedikit meremas buku ditanganku. Karna Ia sudah menyebutkan orang yang di maksud itu ya aku,
aku perlahan menurunkan buku yang kupegang. karna Akhirnya yang akan menjawab pertanyaanya. akupun berdiri dari dudukku, tapi aku memalingkan wajahku tidak mau melihat padanya.
"Ehm...teknik itu. Teknik yang digunakan seperti teknik test-retes, juga teknik..." aku tiba-tiba ngebleng begitu saja. Padahal aku hafal materi itu. Sambil sekilas menoleh pada vera yang sedang berbisik memberitahu jawaban.
Dan saat itu juga farhan tau dan sadar tentang aku. Ia ingat pernah bertemu denganku.
"Dan Teknik test..." aku sudah mnyebutkan empat dari jawabanku, tapi aku lupa dengan yang satu ini, dan aku sedang berusaha membaca isyarat vera yang sedang memberitahuku. tapi tidak jelas aku dengar. "test..test sperma brown" celetukku sangat jelas
Dan semua justru tertawa mendengar jawaban akhirku. Mereka mentertawaiku. aku jadi bingung. tapi saat aku menyadari.
Opss...aku langsung menutup bibirku dengan tanganku. Barusan yang aku sebut terakhir, memang salah. Bukan itu jawabannya, seharusnya spearman brown.
"Ini pelajaran bisnis atau tentang biologi" farhan malah menanggapi dan tersenyum, yang malah membuatku malu didepan anak-anak lain.
Dan aku berfikir, justru ia sengaja memberikan pertanyaan itu untuk menjebakku dan membalasku. Karna ia sudah mengenalku sejak tadi. Huh...awas saja nanti. dia makin membuatku kesal.
*****