Read More >>"> injured ({{ murid baru }}) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - injured
MENU
About Us  

Tak ada pembeda di dunia ini selain kasta namun ingat dihadapan tuhan semua sama, tetaplah rendah bak  tanah supaya di junjung tinggi sampai ke langit atas sana. 

***

KRINGGG!!!

Dentingan suara bel di setiap penjuru sudah mengundang semua siswa agar masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran kembali setelah selesai mengistirahatkan otak dan menambah kekosongan perutnya.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu guru mata pelajaran datang. Bu risa, guru mata pelajaran yang akan mengajar di jam ini sudah menapaki ruang kelas. Namun, ada yang berbeda kali ini bukan karna baju yang dikenakan bu risa seperti baju yang di pakai prilly saat membintangi iklan bukan pula rambutnya yang di gerai bebas seperti anggun saat membintangi iklan shampo. Bukan, bukan itu semua.

Yang membedakan bu risa kali ini adalah belau datang dengan pemuda tampan yang umurnya terlihat lebih muda darinya. Pemuda itu menggunakan seragam yang berbeda dengan identitas sekolah ini.

Semua murid menerka-nerka tentang si pemuda. Apakah dia asistent barunya?? Atau dia suaminnya!!?? Oh no.

“assalamualaikum wr.wb” salam bu risa yang kini sudah berdiri tegap layaknya seorang paskibraka.

“waalaikumsalam warrahmatullahi wabarokatuh” jawab semua murid serentak.

“wiihh bu risa bawa yang baru nihh” pekik akira menyeleweng.

“ssst” Ucap bu risa memperingatkan namun tidak terkesan tegas polesan sedikit bedak dan lipstik mate-nya malah membuat kesan menggemaskan. Bu risa adalah salah satu guru muda dan cantik, penampilannya juga selalu modis. Ia sering di jahili murod cowo karena statusnya yang masih lajang. Guru bahasa indonesia yang sering dirayu oleh para penggombal receh ketika materi puisi atau bahkan yang kemaren terjadi saat materi teks prosedur salah satu anak didiknya mampu membuat cara cara mencintai bu risa. Sungguh menggelikan memang.

“selamat pagi menjelang siang!! Masih semangat!!” sapa beliau ceria.

“semangat!! Semangat!! Semangat!!” jawab semua siswa menggebu-gebu.

“oke, sekedar info, jadi jumlah anggota kelas kalian akan bertambah” ucap bu risa dengan nada halusnya. Ia mengalihkan pandangannya menginterupsi si murid baru untuk memperkenalkan dirinya. “silahkan perkenalkan diri kamu, nak”

Ia hanya mengangguk menuruti perintah bu risa “perkenalkan nama saya meizar dirgam albany, saya pindahan dari bandung. Terimakasih” perkenalan yang singkat namun mampu membuat semua murid cewe tak sudi untuk mengalihkan pendanganya walau sebentar. Suaranya yang lembut membuat mereka terperangkap untuk tetap memperhatikan.

Semua mata terperana dengan wajah rupawan yang dimiliki meizar dengan mata zahel dan hidung mancungnya. Alisnya yang tebal dan potongan rambut yang rapi. Sebenarnya meizar merasa segan diperhatikan oleh banyak murid, mereka mulai berbisik-bisik sesekali memandang kearahnya. Entah apa yang mereka katakan namun tetap saja pasti mengikut sertakan dirinya dalam obrolan itu.

Meizar mengedarkan pandanganya ke penjuru kelas upaya untuk menghilangkan rasa nerves yang bersemayam dibenaknya. Kelas yang rapi dan bersih kelas yang dihuni oleh 29 siswa didominasi oleh kaum hawa. Wajar bila kondisi kelasnya sangat nyaman.

Meizar sempat tertegun ketika manik matanya bertemu dengan siswa yang tak asing bagi penglihatanya. ekspresi meizar yang sebelumnya penuh dengan senyum manis kini berubah menjadi tercengang, benar saja. Ia melihat cewe yang kemarin masuk BK karna ulah dirinya.

“kamu duduk disana” peintah bu risa sambil menunjuk kursi kosong dibarisan tengah.

Ia hanya mengguk menuruti perkataan sang guru barunya lalu pergi menuju kursi kosong yang ditunjuk bu risa. meizar duduk dengan hamizan atau yang lebih akrab dipanggil izan jabatanya sebagai ketua kelas.

Rasanya keira ingin menjerit dan berkata kasar. Mengumpat  kesialan yang lagi-lagi mampir dihidupnya. Setelah membuat dirinya amsuk dalam ruang BK dan mendapat hukuman kini ia satu kelas dengan dirinya. Sinopsis seperti apakah yang kau rancang untuk hamba, tuhan?

“welcom to XI IPA 4, brother” penyambutan yang apik dari si ketua kelas, hamizan atau yang lebih akrab di panggil izan “benar kan kata gue, kita itu masih seangkatan bahkan sekarang kita satu kelas” lanjutnya.

Belum sempat meizar membalas ucapan dari hamizan, suara cempreng milik akira sudah langsung berkumandang hebat mendominasi keributan kelas. “hai meizar, hai dirgam, eehh hai albany. Aduuuhh gue pusing harus manggil lo apa” cerocos akira dalam satu tarikan nafas.

“panggil aja gue meizar” ucapnya sinngkat.

“hmm okeh, gue akira pake embel-embel cantik juga boleh, jadi akira cantik hehe”

Meizar menyunggingkan bibirnya melengkung ke atas perlakuan akira memang membuat gelak tawa pada dirinya. Tingkah lakunya yang supple membuat meizar lupa dengan sosok yang duduk tepat didepan dan disebelah akira.

“dih amit-amit pede banget lu cunguk ” tukas hamizan cepat.

“yee paketu sirik bae, Cemburu bilang woyy!” tegas akira cuek.

“naudzubilah gue cemburu sama jelmaan mak lampir”

“yee dasar. Maapin dia yaa zar, biasa cemburunya kumat” ucap akira sambil mengkibaskan rambutnya yang digerai.

“wehh udah diem ribut mulu” ucap salah seorang teman sekelasnya “meizar nama gue frizka istirahat tukeran nomor WA Yaa” lanjut frizka yang malah mendapat sorakan dari seluruh warga kelas.

“sttt, sesi perkenalan bisa dilanjut istirahat sekarang kita fokus belajar lagi” ucap bu risa memperingatkan.

bayang-bayang kelas bebas selama satu jam sudah bertengger di relung hati mereka para penikmat jamkos namun ternyata semuanya hanya halusinasi belaka sebab bu risa langsung melanjutkan pelajaran tanpa jeda. secara otomatis semua mengaduh dan tak bersemangat. Mereka kira akan ada satu atau dua jam untuk sesi perkenalan dan pendekatan. Meski fikiran mereka tak logis namun yang namanya berharap apa salahnya.

“kei, kenapa lo diem aja?” akira bertanya setelah beberapa detik teman sebangkunya mengalami perubahan sikapnya sedikit. Keira hanya memilih diam dan sesekali mengecek ponselnya tidak seperti siswa lain yang berbondong-bondong untuk berteman dengan meizar.

“emang gue harus apa? Teriak sambil joget joget?” bukannya menjawab keira malah bertanya balik.

“yee, sensi amat lu” ucap akira dengan bibir yang dimajukan sendikit. Akira merasa sebal dengan jawaban yang diberikan keira. Membuat naik pitam saja.

Pelajaran berjalan normal mencatat, mendengarkan dan memahami. Begitu pula dengan keira yang menghabiskan 15 menit untuk izin ke kamar mandi dengan alasan panggilan alam, mengantuk, dan cuci tangan karna tinta pulpen yang keluar. Akira yang mencerocos tanpa henti dan dan kekacauan lainya yang terjadi di ruangan persegi itu.

 “kei, gue ngga lagi lagi deh makan bakso pake sambal 5 sendok. Masih mules ini perut” ucap akira tampa memperhatikan lawan bicaranya.

“beneran deh kei gue ngga boong sampe bosen sendiri gue nongkrong di WC”

“ngga usah deh lu kasih dare ke gue makan bakso pake sambal seabreg kaya gitu, okeh? Akira terus mengoceh sambil memasukan buku dan memeriksa beberapa catatanya yang berserakan dimejanya.

“gila sejak kapan lu?” ucap salah seorang temannya

“yee lu kali yang gila, sinting lo yah” teriak akira tak terima dikatai gila.

“dia yang gila kan kei, orang cantik masa dibilang gila. Ya ngga ...” akira tak mealnjutkan ucapanya melihat meja disampingnya sudah tak berpenghuni. Sedangkan semua teman kelasnya yang masih dikelas memperhatikan dnegan tatapan aneh.

Memang, saat mendengar bel istirahat keira bergegas keluar bahkan sebelum bu risa meninggalkan kelasnya. Tentu saja ini tak seperti biasnya dan ini pun masih ada sangkut pautnya dengan kedatangan si siswa baru pembawa sial alias meizar.

--ooo--

Setiap langkah kakinya mampu membuat satu pasang mata tak berkedip, satu kibasan tangannya ke rambut mampu membuat berpasang-pasang mata memperhatikan. Berita tranding di SMA BINTAR memang tentang kedatangan siswa baru yang sekilas mirip dengan jefri nichol membuat kebanyakan siswa kepo akan parasnya. Dan benar saja kebanyakan siswa mengakuinya.

Tidak hanya parasnya yang tampan berjalan berdampingan dengan hamizan siketua kelas juga menambah kesan ke-kece-annya. Karna ternyata hamizan tidak hanya merangkap sebagai ketua kelas XI IPA 4 tapi ia juga mempunya jabatan sebagai kapten basket.

Hamizan ber-tos ria saat bertemu dengan dariel salah satu anggota basket. Dariel berbeda dengan anggota pemain basket yang lainya ia terkesan pendiam dan dingin. Dariel tidak satu kelas dengannya ia duduk di kelas XI IPS 1. Ia memang lebih memilih pelajaran ekonomi dibanding rumus fisika maupun kimia.

“kenalin teman baru gue” ucap hamizan santai.

“dariel” ia mengulurkan tangannya tanda perkenalan sebaliknya dengan meizar yang membals uluran tangan itu.

“meizar”

Meja belakang paling pojok memang sudah menjadi langganan anak basket. Namun saat ini hanya ada mereka bertiga yang mendudukinya.

“lu  dipanggil pak edi ” ucap dariel disela sela saat menyeruput es teh.

“ pak edi ketua umum PSSI? Wihh kayaknya gue bakal direkrut jadi anggota timnas nih” kebiasaan hamizan yang tak banyak diketahui kebanyakan siswa adalah sikapnya yang suka becanda. Mereka tertawa bersama tak menghiraukan beberapa pasang mata yang dibuat terpesona olehnya.

“pertanyaannya emang pak edi kenal sama lu?”

“kenal dong, pak edi guru olahraga kan?”

“bodo amat kecebong, gih sana lu  pergi dari sini” ucap meizar gemas. Sedangkan hamizan dan dariel tertawa lepas.

--ooo—

Laki-laki terus mendribel bola basket yang melambung tinggi hingga menyamai pinggangnya. Dengan lincah ia berputar ke kiri, ke kanan hingga berputar arah, ia  juga melopat untuk menembakan bola basket ke dalam ring yang menggantung di atas dari jarak dua meter dari tubuhnya.

Tak ada sorakan yang memanggil namanya dengan lantang, tak ada lawan yang menggagalkan dirinya untuk menggiring bola, ia hanya bermain sendiri dalm ruagan berdebu yang sudah tak terpakai.

Lapangan basket indoor ini memang sudah lama tak di pakai lagi. Hanya ada beberapa meja dan kursi yang rusak, debu yang mengotori, bahkan tapak sepatunya mampu ter-cap dengan jelas. Namun arul merasa nyaman dengan suasana seperti ini.

Bahkan saat kedatangan segerombol orang yang memasuki ruangan ini tak mampu mengalihkan titik fokusnya pada satu benda bulat yang masih di pantul-pantulkan.

Mereka adalah alfi, niko, dan arga. Bad boy yang terkenal akan tangannya yang suka main kasar dan emosi yang selalu memuncak. Mereka bahkan tak segan segan melayangkan bogeman mentah pada siapa saja yang membuat dirinya merasa tak nyaman.

Niko menatap ke arah laki-laki itu dengan tatapan yang mematikan, tak ada raut bersahabat yang menghiasi wajahnya. Giginya berkelutuk menahan amarah. Entah mengapa ia menjadi siswa yang arogan padahal dia salah satu anak dari pemegang saham di sekolah ini. Faktor itu pula yang membuat sifat semena-menanya tumbuh berkerambang.

“ngapain lo disini?” itu suara alfi bertanya dengan nada pongahnya.

Arul itu memelankan laju pergearkan bola basketnya, ia melirik sebentar. “kenapa? Ada masalah?”

“songong!” bukk!! Satu tinjuan berhasil mendarat di pipi kanannya, membuat setetes darah keluar dari ujung bibirnya.

Rasa perih menjalar disekitar bibir yang baru saja mendapat pukulan keras dari orang yang bahkan tak dikenalinya. Ia mengelap tetesan darah itu namun tak bersuara sedikit pun. Arul  hanya memandang lekat wajah mereka satu persatu tanpa rasa takut.

“pergi lo dari sini” perintah niko dengan congkak seakan-akan ia raja yang harus dituruti keinginannya.

“perlu gue turutin perintah lu??” bukanya merasa kapok ia malah bersuara dengan nada cueknya. Membuat mereka merasa panas dengan jawabanya.

Satu bogeman mentah hampir saja mendarat lagi di pipi kirinya namun pergerakan tangan arul mampu menehan dengan kuat ia mencengkeram kuat lalu memutar tangan lawanya dengan sergap. Tentunya mampu membuat arga meringis kesakitan. Cengkraman kuat itu belum dilepas dari tangannya namun sebuah kaki menjulur dengan kuat hingga mampu dirinya tertendang dan tersungkur.

Niko menendang tanpa belas kasihan sedikit pun, ia tak perduli dengan organ tubuh yang terkena tendangannya. Melihat arul tersungkur membuat senyum liciknya tercetak dibibirnya.

Niko mencengkerem seragam arul dengan kuat bahkan mampu membuat tubuhnya sedikit terangkat. Ternyata efek tendangan yang mengenai perutnya membuat arul mendadak lemas.

Hamizan mengendap-endap saat pendengarannya menangkap keributan di lapangan basket indoor yang sudah tak terpakai.

Indera penglihatanya langsung menangkap 4 orang murid yang sedang berkelahi. Ia langsung masuk dan melerai semuanya. 

"Ngapain kalian semua disini??" Ucap hamizan sambil menopang tubuh arul yang lemas.

Semuanya terdiam. Tentu saja, tiga bad boy itu memang sangat alot untuk berkata panjang dan lebar. Percuma saja hamizan bertanya seperti itu.

Tak ada suara yang terdengan dari ke-empat nya. "Kalo kalian punya masalah ngomongin baik-baik" hamizan menjeda kalimatnya "semuanya ngga akan selesai dengan kekuatan" lanjutnya.

"Bukan urusan lu" ujar alfi.

"Kita masih hidup di bumi yang sama jadi ngga usah bersikap seperti langit,sorry" hamizan sudah tak tahan dengan sikap pongah mereka bertiga. Ia tau kata yang baru saja kelur dari mulutnya membuat tiga bad boy itu merasa benci padanya. 

Hamizan dan arul bergegas pergi dari lapangan sedangkan niko dan kawan-kawan dibiarkan berdiam diri. 

"Kita ke UKS ya biar lo dapet pertolongan" saran hamizan yang hanya di angguki oleh arul.

*****

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags