Read More >>"> injured ({{ pertemuan }}) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - injured
MENU
About Us  

“Sebab tak semua pertemuan menghantarkan cinta.

Jangan percaya dengan kata benci menjadi

cinta sebelum kita membukutikanya.”

 ~~~

Tetesan hujan menemani paginya kali ini. tetes yang menyejukkan namun seringkali membawa kenangan. sebuah nikmat dari tuhan. ia berjalan membelak butiran hujan. menggunakan tangannya sebagai tadahan. Ia terus berlari menuju tempat dengan segala impian. apalagi kalau bukan gedung bertingkat tempat menimba ilmu, sekolah.

Untung saja hujan pagi ini tidak terlalu deras meski mampu membuat rambutnya lepek dan seragam yang ia kenakan sedikit basah. keira merasa tetesan hujan tak lagi memebasahi tubuhnya tapi hujan masih mengguyur tepat didepannya. ia mendongak ke atas, sebuah payung berwarna maron tepat meneduhi dirinya juga seorang pemuda.

Ia termangu menatap lekat mata seorang pemuda yang kini berdiri di sampingnya sebelah tangannya membawa payung yang dirinya pakai sebagai tadahan. Sorot matanya yang sayu dan meneduhkan, juga berperawakan sedikit lebih tinggi dari dirinya. pemuda itu tersenyum menyunggingkan sedikit bibirnya ke atas. manis, itulah kata yng mendominsi saat melihat wajah tampanya itu.

"ayo jalan entar telat." Perintah si pemuda itu dengan nada yang lembut.

Keira hanya mengangguk pasrah berjalan di sampingnya menenggelamkan wajahnya dalam dalam. payungnya yang berukuran sedang membuat sesekali tanganya menyentuh bahu pemuda itu. pipinya merah merona menahan senyum kasmaran. bahkan ia masih belum percaya "apa gue mimpi??" ucanya dalam hati

PLAAAK!!!

"Ketombe pir'auuun!!"

Keira menjerit ketika sebuah kayu menghantam meja yang ia gunakan untuk merebahkan kepalanya. membuat suara dentuman keras masuk menyelusup hingga berdengung di telinganya. membuat ia tersentak dan membangunkan diri dari mimpi indahnya itu.

Semua murid di kelas menahan tawa karna ucapanya yang ceplas ceplos. Kecuali dirinya dan bu emil. Mata bu emil masih dalam tatapan serius. Ia sedang mengajar di jam pertama ini.

"berani beraninya kamu manggil saya ketombe firaun!!" tegas bu emil.

"ma-maaf bu"  ucapnya terbata. Bu emil masih menatap lekat wajah keira dengan tatapan mengintimidasi, membuat nyalinya seketika menciut.

"untuk kesekian kalinya kamu tidur di jam saya, sekarang kamu keluar!!" perintahnya dengan nada penuh penekanan.

"Ta- tapi bu.."

"ngga ada alasan keluar sekarang juga!!"

suasana kelas begitu mencekam suara bu emil yang tegas membuat semua murid takut. kali ini dirinya sebagai tontonan dikelas, dan dirinya sebagai pemeran utama.

Bu emil masih menggenggam batang sapu yang ia gunakan. wajahnya serius tak ada sedikit raut senyum dibibirnya. niat untuk membela dirinya pun hangus saat bu emil memotong ucapannya.

Tak ada pilihan lain keira pun memilih keluar dari kelas. Toh kini mood nya sudah hancur ia tak akan fokus belajar, matanya pun ingin dipejamkan. Ingin melanjutkan mimpinya, apalagi mengingat perlakuan bu emil tadi membuat suasana hatinya tambah riweh.

Ia keluar kelas dengan santai melewati tubuh gumpal bu emil. Rasanya bodo amat jika guru itu terus menyumpahi dirinya. Toh ia sering di perlakukan seperti ini.

"Ada yang mau ikut dia?? Silahkan. Ibu ngga akan melarang" ucap beliau. keira berhasil menangkap ucapannya saat sudah di luar kelas.

--ooo--

Namanya bintan keira raditha. Gadis kelahiran tahun 2002 yang kini mengenyam pendidikan di bangku SMA. gadis cantik dengan rambut lurus yang di padu padankan dengan sedikit pirang, hidungnya yang runcing dan bibirnya yang tipis nan merah manis. Bentuk badan yang slim dengan tinggi yang tidak menyamai tiang listrik. Bisa di bilang dia mempunyai perawakan yang ideal.

Dia salah satu murid famous di SMA BINA TARUNA. Dia bukan termasuk salah satu anggota OSIS bukan pula anak ROHIS namun bukan berarti dia terkenal karna bad girl dengan rok mini dan baju yang terlalu ketat. Dia terkenal karna sifatnya yang cuek, sombong, bodo amat-an, anti sosial dan yang paling mengejutkan yaitu buronan guru BK.

Bagi kebanyakan siswa, ruang BK  adalah ruangan yang paling dihindari, ruang yang anti untuk didatangi, ruang yang mencekam dan ruang sidang versi dunia sekolah. Namun semua pendapat di salahkan oleh seorang keira. Baginya ruang BK adalah ruang ternikmat di area sekolah setelah kantin dan perpustakaan. dan, satu lagi kamar mandi sekolah. Ruang dengan udara dingin dan higenis karna AIR CONDITIONER, ruang dengan sofa yang empuk, dan ruang dengan segala kenyamanan yang ada. Ya, itu menurutnya.

Setelah berhasil di keluarkan dari ruang kelas, kakinya berjalan tak menentu arah. Ia hanya mengikuti jalanan di koridor sekolah yang tampak lengang. Bagaimana ramai? ini adalah jam pelajaran. Semua siswa sudah masuk di dalam kelas untuk mengikuti kegiatan belajar. Sedangkan dirinya di luar ruangan berjalan luntang lantung.

Tak disangka tak diduga ternyata kakinya melangkah dalam ruang yang sering disebut surga versi sekolah bagi kebanyakan siswa. Apalagi kalau bukan kantin. Suasana kantin masih sepi. Semua pedagang sedang mempersipkan daganganya, ada pula yang mondar mandir mengambil peralatan dagang. "Ternyata ketika perut lapar bisa mengendalikan kaki berjalan kemana ia butuhkan" gumamnya.

Ia duduk disalah satu kursi. merogoh saku bajunya juga saku roknya mencari keberadaan uang yang tadi pagi ia selipkan. "kok ngga ada yaa??" Tanyanya pada diri sendiri.

"Ehh bego uang gue abis di tagih si rena buat bayar uang kas satu bulan." ucap keira seraya menepuk keningnya frustasi. Dia menghela nafasnya gusar "gue belum sarapan lagi. Ya masa gue ngebon sepagi ini. Bukanya dapet makan malah dapat depakan" keluhnya.

Keira merebahkan kepalanya dengan tangan sebagai tumpuan. Berniat menenangkan cacing dalam perutnya yang kini sedang koar-koar. "Seperti tersesat di pulau dengan gundukan permata tapi sayang, imitasi. Iyaa, percuma!" Gumamnya dengan gaya mendramatiskan.

Dari pada menunggu waktu istirahat yang sekitar 2 jam lagi keira memilih melanjutkan mimpinya. Mimpi bertemu dengan pemuda manis itu, semoga saja ia bertemu dengannya langsung bukan hanya di mimpi. "Hidup itu kenyataan bukan kepalsuan apalagi sekedar mimpi" gumamnya lalu tertawa renyah. Yang malah terlihat aneh.

Tak butuh waktu lama bagi dirinya agar terlelap tidur. Benar saja, setelah mendapatkan posisi yang nyaman untuk tidur matanya langsung terlelap. Bagaikan ada magnet yang menempel dimatanya sukar di bangunkan tapi mudah ditidurkan.

--ooo--

Sekolah yang dipijaknya ini termasuk sekolah yang bisa dikatakan luas, bahkan untuk menyambangi ruang kepala sekolah pun rasanya sulit. Meizar sudah melihat denah sekolah tapi tidak sesuai dengan petunjuk yang tertera disana. Mungkin denah sekolah belum di up date itu sebabnya salah. Karna menutrut kabar yang beredar sekolah ini baru saja direnovasi besar besaran.

Yang ditemui saat ini bukanlah ruang yang dituju Ia malah menemuka ruang dengan tulisan besar 'KANTIN SISWA' yang bahkan tak ada niatan sedikit pun untuk mendatanginya. Ralat, belum ada niatan. "lahh kenapa malah nyasar ke kantin?" gumamnya.

Meizar celingukan mencari seseorang yang mungkin bisa membantunya. matanya menangkap sosok yang sedang duduk di deretan kursi kosong. Meizar mulai mendekat memasuki kantin yang amat begitu sepi berniat menanyakan ruang kepala sekokah. Tak ada seorang pun disana kecuali dirinya dan si dia. Rambutnya menutupi sebagian permukaan wajahnya membuat meizar sedikit bergidig ngeri.

"Permisi, mbak" ucapnya.

Tak ada respon yang meizar terima. Ia pun mencoba memanggilnya sekali lagi.

"Mba, permisi. Mau nanya"

Untuk kedua kalinya perempuan itu masih saja diam. Bahkan gerak-gerik nafasnya tak kentara. Ia merasa gugup fikiranya sudah melayang bebas diudara, hal hal negatif sudah masuk di dalam otaknya.

"Apa dia udah.. mati??" Ucapnya dalam hati.

Ia merasa panik namun tak ada seorang pun disana. Sedangkan yang terkahir bersamanya adalah dirinya. Ia tak mau dianggap pembunuh. Meizar keluar kantin dan mencari seseorang yang bisa membantu. Ia berlari menyusuri koridor sambil celingukan mencari seseorang yang bisa membantunya.

Meizar menemukan sosok laki-laki yang sepertinya habis menelfon, ia baru saja menaruh kembali ponselnya ke saku celana berwarna hijau khas seorang guru. Meizar terus berlari sebelum dia pergi. "pak!!" Panggilnya berteriak.

Ia menoleh menatap meizar dengan aneh. "Iyaa kenapa??" Tanya bapak itu.

Meizar melirik name tag yang terpasang di atas saku bajunya lalu menuturkan apa yang baru saja ia lihat " Pak  di kantin A-ada mayat!" Tutur maizar terbata.

"Hah mayat!!?" Pekik pak arto.

Mendengar penuturan murid yang bahkan tak dikenal oleh nya. Pak arto langsung berlari ketempat kejadian ia tak menghiraukan murid yang melaporkannya tadi.

Meizar hanya mengekor dibelakangnya. Perasanya was-was sudah merasukinya. pasti ia akan dijadikan saksi atau mungkin dikira tersangka.  Ia menggelengkan kepalnya kuat kuat menghapus semua prasangka buruk yang akan terjadi pada dirinya.

Setelah sampai di kantin pak arto membelak rambut gadis yang berada sendirian di area kantin. Ia langsung mengenali wajah siswanya itu. "Keira..." panggilnya.

Sama seperti yang dilakukan meizar untuk kali ini pun tak ada respon yang diberikan keira. "Keira.." panggil pak arto lagi. Namun kali ini dibarengi dengan mengguncangkan pelan tubuh keira.

Keira mengibaskan tangan pak arto namun matanya masih terlelap tidur. Wajah cemas pak arto seketika berubah menjadi merah padam. Sedangkan meizar tertegun tak percaya. Ia meneguk salivanya susah payah.

"BINTAN KEIRA RADITHA!!!."

"MATILAHH KAU MUSUH BUMI!!" ucap keira menjerit spontan  karna suara pak arto yang meneriakan namanya.

Keira terkelonjak kaget ketika tamparan tangan pak arto mengenai dataran meja yang menghasilkan suara mengagetkan. Matanya langsung membulat sempurna ketika melihat guru BK nya sudah berdiri tepat didepannya dengan tatapan yang tidak mengenakkan.

Lagi lagi meizar tak percaya seorang murid perempuan mengatakan atau lebih tepat menyumpahi gurunya dengan kata kata kasar. TIDAK PATUT DITIRU. Sedangkan keira masih menganga tak percaya.

"Sekarang kalian ikut saya" perintah pak arto.

"Mampus gue"

--ooo--

Mereka memasuki ruangan ber-AC yang sudah lama tak dikunjungi keira. Tak ada rasa bersalah ataupun gugup yang melanda. Wajahnya terlihat santai seperti malaikat tak berdosa. berbeda dengan meizar ia bahkan belum resmi menjadi murid namun sudah merasakan atmosfir ruang BK yang mencekam. "Sial" umpatnya dalam hati.

Pertanyaan pertanyaan mengintimidasi langsung keluar dari mulut pak arto yang kini duduk di singgasananya. Terutama untuk keira. Wajah pak arto terlihat merah padam menahan emosi yang tersulut karna kelakuan anak didiknya yang satu ini.

"Kenapa kamu keluar kelas??" Tanya pak arto dengan tatapan yang tajam seperti lasser. Jarinya diketukkan diatas meja sehingga menghasilkan suara yang terkesan menyeramkan.

"Disuruh bu emil pak" jawab keira santai.

"Terus kenapa Kamu tidur di kantin??"

"Ngantuk pak. Tadi malam bergadang nonton bola nyampe jam setengah 3. Seru lagi. Ada tendangan pinalty kartu kuning sampe 2 kali. Pertandingan yang sengit sekali pak" jawab keira jujur atau lebih tepatnya bercerita.

"Kamu itu siswa harusnya kamu tidur lebih awal jangan larut malam. Kamu harus bisa kontrol diri kamu sendiri" ucap pak arto.

"Lahh serah gue dong" ucap keira dalam hati. Sebenarnya keira ingin langsung mengeluarkannya dalam bentuk suara namun untung saja sedikit rasa sopan santunnya masih bisa menggagalkan tindakan tak terpuji itu.

"Terus kenapa kamu menyumpahi saya??"

"Lahh masa??” sentaknya “Engga kok pak. Tadi tuh keira lagi ngimpi jadi pahlawan yang di iklan peddelpop." Jawabnya santai. membuat pak arto hampir terkena serangan jantung ringan karna kelakuannya sedangkan meizar dengan susah payah menahan tawanya.

Suara pak arto yang tak asing bagi pendengaranyanya malah membuat keira merasa tubuhnya rileks. Tak ada rasa takut yang menjelejar di tubuh keira. Bahkan saat diwawancara seperti ini ia malah merasa bahwa dirinya artis dengan sejuta prestasi. Keira memang sudah benar-benar gila.

Pak arto menghembuskan nafasnya. "Makasih karna kamu sudah melaporkan keira ke saya" ucap pak arto yang kini pandanganya sudah berganti pada meizar.

meizar hanya mengangguk kaku

"Kamu bukan murid disini??"

"Iya pak, Saya lagi ada kepentingan dengan pak firman, saya juga lagi nyari ruang kepala sekolah" ucap meizar santun.

Pak arto memalingkan pandangannya kini kembali pada wajah keira namun ia malah membalas Dengan senyum manisnya, melihatkan deretan gigi putihnya. Lagi-lagi tak ada rasa bersalah pada pak arto karna telah membakar emosinya.

"Keira anterin dia ke ruangan kepala sekolah. Dan langsung mengambil peralatan kebersihan. Sapu dan pel semua koridor kelas 11 dan bersihkan kaca ruang kepala sekolah!" tegas pak arto.

Ia menganga tak percaya satu kesalahan langsung dengan tiga hukuman. Oh my god ini gila. namun keira menanggapinya dengan santai tak ada rasa menyesal toh ia malah senang ketika mendapat hukuman. "pak kalo hukumanya pas pulang sekolah boleh ngga pak. Biar ngga ketinggalan pelajaran" tawarnya

"Boleh. Tumben kamu mikir kesitu"

Eh??

Meizar memeguk salivanya. Mendengar hukuman yang mengerikan namun di tanggapi santai oleh si keira keira ini.

--ooo--

"Jadi lo yang laporin gue?!" Tegas keira. Matanya memicing ke arah meizar tentunya bukan tatapan bersahabat.

Meizar tetap berjalan santai tak menghiraukan murid aneh disebelahnya sedangkan keira berusaha menghalangi-halangi jalannya "Lahh gue ngga tau kalo lu masih idup. Gue kira lu udah mati"

"Whaat!! Gila lu yaa??!!" Keira memekik tak percaya. ia sudah beberapa kali tidur di kantin, kelas, atau ruang UKS namun baru kali ini dirinya dianggap bahwa nyawanya sudah melayang. Untung saja keira belum pernah merasakan atmosfir  tidur di ruang mayat.

Meizar hanya mengedikan bahunya bersikap tak perduli dengan ocehan murid yang tidak dikenalnya itu.

"Gara-gara lu gue langsung dapet 3 hukuman. Pokoknya gue ngga bakal lupain lu. Benci gue sama lu" desis keira. Ia menjeda. "Ikutin koridor belok kiri ntar ada ruangan kepala sekolah." Lanjutnya. Kemudian keira pergi meninggalkan murid baru pembawa sial itu.

Ia mendumel sepanjang koridor umpatan umpatan kecil keluar dari bibirnya. Ia mendumel bukan karna hukumannya tapi karna murid baru yang melaporkanya. Rasanya ia ingin sekali menyayat bibir murid baru itu namun ia sadar itu adalah tindakan kriminal.

*****

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags