"Apa? Kok aku sendiri baru tau. Pantes akur sama Senja."
"Kami? Pernah kok ga akur. Gara gara, itu loh Senja marahin gue ga becus gara gara keranjang."
"Haha lucu amat."
Kami dan kami berpacaran karena kami tahu karna, kami duduk bersebelahan canda tawa bersama semua nya berubah.
Sebelumnya 2 hari setelah datang dari pindahan.
"Anjel anak baru itu pacaran? Sama siapa lo?"
"Sama Angi kayanya sih."
Semua itu terdengar dari dalam mereka.
Pukul 14.30.
Angi pergi dan keluar bersama Senja. Dan akibatnya aku di ajak ikut dengan anak dua.
Pada saat itu aku kenal teman cewe, dia Ghina.
Ghina teman baik sama Angi. Dia juga diajak Ghina.
"Gue Ghina Danish Affarel. Oh ya lo, sebangku nya Angi kan?"
"Iya kok tau sih." Hampir malu aku menginjak kaki orang yang ada di belakang.
"Eh, brangkat nya bareng ya. Ah, jangan manggil aku kamu deh, Lo gue aja weka."
"Menyesap."
"Eh Nja. Apaan nih." Senja menarik dengan flash.
"Naik motor gue. Buruan."
"Jel? Sini." Panggilan sapaan Angi.
"Ngi?"
Tiba- tiba saya dihadapkan dengan dua pilihan yang sulit. Sama sama penting.
"Eh Ngi, Gue ikut." Ghina yang datang dengan sapaan yang ramah.
"Oh, Oke. Ghin." Muram muka Angi.
"Nih helm. Buruan telat gue gebuk lu."
"Garang."
"Ga sih, Slow aja. Ya masa gue gebuk lu."
Gara-gara kami dengan santai lewat geng mantan Senja itu.
Ini hari terfavorit diriku. Angin dengan lansia membuat rambut panjang ku terseret begitu saja.
Dia bukan tipe cowok modus, tapi dia humoris.
Diriku saja belum dengan lebih dari dirinya. Belum tau apa sih.
"Ohya, Nja kalo lo menang. Aku dikasih hadiah apa ini?"
"Doain aja, emm, apa ya. Nanti aja deh. Masih belum ada pencerahan nih."
"Emm, oke."
Kami turun di tempat yang dituju dan disusul Angi bersama Ghina.
Angi yang murem berubah dengan muka merah merah malu. Aku mendekati Angi.
"Angi, mukanya merah abis di godain apa sama Ghina?" Bisik di kuping Angi.
"Apaan si lo. Lol aja."
Sejak hari itu Senja bener bener perhatian dia udah kaya nempel gitu kaya perangko ga bisa jauh ga bisa lepas.
Kami seperti kencan berempat.
Ghina menyemangati Angi dan diriku. Dua duanya.
Ada rasa iri sama Ghina.
Angi sangat perhatiaan sama Ghina. Sampe sampe aku sempet nangis saat itu.
Disaat mereka bertanding. Aku disamping lapangan menangis.
"Lho, lo kenapa Njel? Senja ngeliatin lo di lapangan itu." Ghina mengelus rambut ku.
"Gapapa, ga enak badan aja. Salam buat Senja gitu. Aku ga enak badan aja. Bay."
"Eh?!Iya."
Keesokan nya.
Aku sakit besok nya. Angi sendiri di samping.
"Njel, budak gelo kemana ini? Jadi rindu."
"Iya rindu." Senja menyambung.
Room Chat.
Senja: "Besok lo masuk makan bakso ato seblak itu kurang makan seblak."
Anjel_: Ga sakit beneran. Godain aja:(
Senja: kan diriku rindu.
Anjel_:Ah makin sayanggg?
Senja: jadi bayper.
Anjel: tahe.
15.30
"Apakah dia utusan tuhan untuk jodoh ku?"
"Anjel gue mau ngomong serius. Ini seriusan ya."
"Ha?Yakin lu." Tawa diriku yang kaget dengan kata kata panjang nya.
"Fiks."
"Jih."