Aku tau hujan melampiaskan amarah nya sekarang hari ini hujan. Mungkin hujan benci aku karna aku tak ingin lebih darinya.
Mungkin hari ini akan lebih buruk dibandingkan hari sebelumnya gelap.
"eh kamu anjel kan? bisa bikin buku ibu di lab? ini ya kuncinya."
"ohya, iya iya bu. mangga atuh abdi bade ka atas heula."
Aku berjalan dengan gugup. Ada firasat buruk yang ga baik. Ada suara jejakan kaki di belakang. Ah! mungkin itu anak ibu TU.
Kukira ini ga bagus. Kekunci? loh.
Ini gimana? aku pasti ditunggu.
Aku mencari yang ada di lab sama sekali ga ada. Cukup tabung. Ini bubaran. Ga mungkin ada yang denger.
"BUKA, SIAPAPUN DILUAR SANA TOLONG AKU. AKU DI LAB."
Berapa kali pun dengungan suara ku ga ada respon. Apa lagi di lab atas ga mungkin. Aku membukan hp. Disana aku memasukkan semuanya ke teman temanku.
Sama sekali ga ada respon.
Aku akan tenang dan santai. Tapi itu sulit. Bagaimana pun itu sulit.
Dan notif berbunyi mereka merespon. "apasih lo ga usah halu sebelumnya kan balik sama gue. Jauh gue dari sekolah baru aja nyampe."
Dan baru kali ini semenjak kami berantem dan lalu men-desain Angi.
"Ngi, lo masih marah? Lo bisa jawab gue bentar kali ini. Penting Ngi. Gue di lab kekunci. Ngi? Ngi. Gue takut ngi."
Dan hal hasil Angi belum On.
dan gue mengobrol Senja. "Nja, ini anjel. Lo dimana? Gue di lab` kekunci '. Nja?"
Dan Off juga. Aku ga kuat dingin. Disini dingin. Ac nya masih nyala.
Dan perempuan, masuk ke pintu lab. Dia pakai jaket hitan dan masker hitam. Tampak ajaib dan sama sekali aku belum dilukis mata nya.
"Hm, mampus ya lo. Makanya lo tidak pernah deket sama Senja lo kira Senja suka sama lo? Ga kali. Gue tau lo suka sama Senja. Eh lo, deket nya sama Angi aja. Gausah ngusik kebuasan guue. Gue gita."
Dia membuka masker nya.
"Gita? Ko lo jahat sama gue?"
"betul"
sapan Gita membuat ku geram. Itu adalah sindiran keras bagiku.
Dia menguci lagi lab nya.
"Gita." teriak aku.
"Inget. Ya lo jangan pernah kenalan sama gita." - Angi.
"Jadi aku tau, Angi benar. Dia sungguh benar. Sangat benar dan benar. Terbukti dia ingin menumpas habis kehidupan ku. Aku jahat sama Angi."
gumam hatiku.
Pukul 21.00 Wib di Sekolah.
Hampir tengah malam duduk di lantai. Tanapa seorang pun yang datang.
Sekalipun Senja dan Angi. Handphone saya habis baterai nya. Dan tanpa khabar.
Mungkin mama akan menanyakan ku. Bagaimana mama tidak takut ini hari pertama ku seorang pindahan siswa.
Senja membaca obrolan ku. ia berjuang dari arah kanan menuju sekolah.
Ia menaiki pagar tanpa peduli.
"Kamu suka naik naik. Turun ada apa ini?"
"Anterin saya pa ke lab sekarang."
"Anjel? Anjel."
"Njel. Masih kuat?"
"Sen..ja mak.asih. Udah ba..ik sama .. gue."
"lo kenapa?!"
"Anjel? Lo masih kuat ga? Njell."
Kata Senja mukaku pucat dan bibir ku kering kulit ku juga keriput katanya.
"gue ajak lo ke rumah sakit oke?"
"mau balik Ja. Mamah nyariin."
"ga bisa lo gini pucat tau ga? nanti gue pinta siapa yang gini sama lu."
".. ga .. ada .. yang gi"
"Pak? Punya nomer ambulan?"
"Sebentar."
"udah deh pak, saya yang bawa aja ke rumah sakit deket sini."
Dia menggedong ku. Pengabdian seorang Senja anak keranjang anak terkenal yang gendong demi seorang Framendita Anjelina.
Dari sudut sana juga ada Angi. Angi melihatku.
Dia membalikan badan nya dan kembali lagi.
"Senja, ini aja gue kuat."
"Ga, ga ada orang sakit tapi kuat."
"Ada."
"Udah, diem lo."
"Lepasin ga lo. Gue kuat. Lepas."
Aku melepaskan ikatan Senja.
"Makasih."
Diriku lari dari Senja dan kembali ke rumah.
Mama sama sekali ga nyariin. Ini udah jam 22.30 Bisa dibilang ini cukup malam.
-----------------------------------------------
Paginya Angi ada di depan rumah. Dengan motor ninja nya dia duduk di atas motor sambil memainkan handphone nya.
"ini Angi bukan ? atau jelmaan nya? Ini Angi?"
"Bukan Ango"
"Wah, mbak salah ya." tawa kehumoran Angi.
Kami berdua baikan lagi. Bahagianya seorang Framendita Anjelina.
Jujur setiran Angi lebih baik daripada supir mamah. Ga pake hati.
"Aku tadi ijin loh sama ibu lo, dan kataku kalo gue pinjem dulu buat anter anak tante. wkaka" tawa suara Angi dengan puas sambil menyetir.
"Hah?jadi lo pikir gue apaan dipinjem." ketus diriku.
"Nanti lo ikut gue ya."
"Apaan?"
"Kepo abis dah."
"Sip Kepo again."
Kami berdua jalan menuju kloter kelas. Senja ada di depan sana.
Tangan nya menutup seperti palang karcis.
"Suut. Dilarang masuk. Duduk dulu Sip?"
"Sip."
"Jadi gini hari ini gue tanding semangatin gue dong wkaka tepatnya jam 4 oke?!"
"Ya iya deh. "
Dan disana Angi tepar di atas jaket nya
"Nanti jam 3 temenin gue lomba tanding."
"tanding apaan?"
"basket oh iya lo baru tau ya kalo gue se tim sama Senja."
"Basket?omoooo. Oke semangat bebebs!"tawa muka ku yang memerah.
"Apaansi lu ga jelas main ngomong bebebs aja."
------
"Anjel?"
tangan mereka mengajak ku untuk naik motor keduanya.
"iya.. tapi"