Read More >>"> CINLOV (KARENA CINTA PASTI LOVE) ( PERKELAHIAN PARA GADIS) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - CINLOV (KARENA CINTA PASTI LOVE)
MENU
About Us  

                                                                                                  Perkelahian para gadis

 

            Malto, Datra dan Zalmi sedang ada di gudang sekolah. Ada sebuah ponsel yang tergeletak di tengah-tengah mereka. Saat ini ketiga remaja itu sedang bermain Ludo King.

            "Kalau main ini di hp mah perasaan gak seru. Gak bisa curang," ucap Datra.

            "Iya sih. Kalau ini mah tinggal sentuh selesai." Zalmi menopang dagunya.

            Malto mengangkat satu kakinya. Ia terlihat bosan, beberapa kali dirinya menguap. Pintu gudang terbuka secara tiba-tiba membuat para remaja itu terkejut. Mereka menghembuskan napasnya ketika tahu yang masuk bukanlah guru melainkan Valdi.

            "Mal, ada yang mau gue omongin sama lo," kata Valdi.

            "Ngomong mah ngomong aja bro. Ini udah jamannya reformasi. Sekarang semua orang bebas buat bicara," ujar Malto.

            "Empat mata!"

            Datra dan Zalmi saling lirik mereka berdua mengerti dengan ucapan Valdi.

            "Ya udah, kita ke kantin yuk Mi." Datra merangkul Zalmi dan membawanya keluar gudang.

            "Lo so sweet banget sih pengen ngobrol berdua. Kalau orang lain liat cuma ada kita berdua di sini mereka pasti bakalan mikir yang aneh-aneh soal kita," ucap Malto ia menyandarkan tubuhnya di sofa.

            Valdi duduk di depan Malto. "Lo tau alasan kenapa gue selingkuh dari Mala."

            Malto menatap Valdi. Ia berpikir maksud dari perkataan Malto tadi. Untuk apa laki-laki itu membicarakan soal perselingkuhannya dengan Fara. Ia penasaran namun Malto hanya diam saja ia tidak bertanya tapi laki-laki itu lalu menggelengkan kepalanya.

            "Gue sebenernya udah bilang ini ke Mala tapi gue yakin dia gak bilang hal ini ke lo, mungkin karena dia malu." Valdi menarik napasnya panjang. "Selama gue pacaran sama dia secara gak sadar Mala lebih sering cerita soal lo dibandingkan soal lainnya. Dia bilang lo nyebelin tapi teman yang baik. Dia bilang lo mesum tapi marah kalau ada cowok yang ganggu dia. Mala bilang lo suka bantu dia. Mala bilang semua kekonyolan yang lo lakuin dari SMP. Dia tau semuanya mulai dari yang lo suka sampai yang lo gak suka.

            Di ceritain semua tentang lo. Setiap kali kita jalan di mal, taman, kafe, sampai kantin. Setiap kali cerita soal lo ekspresi wajahnya berubah. Gue bisa liat kalau dia sangat tertarik sama lo di bandingkan sama gue. Ya... sampai akhirnya gue tau kalau yang dia cinta bukan gue tapi lo."

            Malto terdiam laki-laki itu menelan ludahnya. Kini ia sudah sangat yakin soal perasaanya. Tidak ada keraguan lagi ia dan Mala sudah sama-sama tahu soal perasaan mereka masing-masing. Kini yang harus ia lakukan adalah menemukan momen yang tepat untuk menyatakan cintanya. Malto bangkit ia membuka lemari yang ada di sana. Laki-laki itu mengambil kapur tulis berwarna biru dan memasukannya kedalam saku celana.

            "Gue perlu bilang terima kasih gak sih ke lo. Karena udah ngasih informasi penting ke gue."

            Valdi tersenyum. "Gak perlu santai aja. Tapi gue harap hubungan kita bisa baik lagi kaya dulu."

            Malto tertawa kecil. "Hubungan kita bisa baik lagi kaya dulu. He, kampret kalau orang lain denger mereka bisa tambah curiga apalagi kita cuma berdua di sini."

            Valdi tertawa ia mengerti maksud Malto. "Jijik banget ya. Hubungan? Hubungan apanya. Ayo keluar! sebelum ada yang liat."

            Mereka berdua keluar sambil tertawa kecil. Kini mereka mencoba untuk menjalin hubungan yang baik lagi. Kedua pria itu berusaha untuk melupakan masalah yang pernah terjadi.

 

                                                                                                                 ===

 

            Mala sedang bercermin di dalam toilet wanita. Ia merapihkan pakaiannya yang sedikit berantakan. Syifa masuk kedalam toilet dan langsung berdiri di depan wastafel. Mala melihatnya sekilas tapi mengacuhkannya.

            "Jangan terlalu percaya diri, Malto masih belum jadi milik siapa-siapa." Syifa menatap bayangan Mala di cermin.

            "Gue gak mau ngerebutin dia seolah Malto barang obralan. Gue bakalan jadiin dia yang terbaik. Dan gue akan sabar menunggu karena cuma orang-orang sabar yang akan mendapatkan yang terbaik." Mala menyentuh wastafel dan menatap bayangan Syifa di cermin.

            "Lo terlalu percaya diri. Jangan lengah gue masih ada di sini," ucap Syifa tatapannya setajam elang.

          Mala mendengus. "Untuk mendapatkan apa yang kita mau kita harus percaya diri. Kenapa lo gak percaya diri?"

            Fara yang ada di dalam bilik terdiam. Ia sejak tadi mendengarkan percakapan kedua gadis itu.

            "Gue sama Malto udah pernah ciuman lo liat sendiri kan. Gue yakin itu pasti berkesan buat dia, dan dia pasti gak bisa ngelupain gue."

            Mala tersenyum melecehkan, aura di toilet wanita mendadak panas. "Iya betul, tapi kesan yang gak baik. Malto itu gak suka sama barang murah. Dia sukanya sama barang yang mahal dan berkualitas. Dengan lo cium dia, lo sama aja udah nunjukin ada dimana level kualitas lo. Yang jelas gak ada di level yang Malto suka."

            "Kurang ajar lo. Lo mau bilang kalau gue gak berkualitas, kalau gue murahan gitu maksud lo anjrit!!!" Syifa menjambak rambut Mala lalu mendorongnya ke sudut toilet.

            Mala juga menjambak rambut Syifa. kedua gadis itu tersungkur ke lantai. Ada seorang pelajar yang masuk namun ia segera keluar ketika melihat perkelahian itu. Fara keluar dari dalam bilik. Ia menarik Syifa dan memisahkan mereka berdua. Tapi Syifa kembali bangkit dan menarik kerah baju Mala dan menyeretnya.

            Fara segera berdiri ia lalu mendorong Syifa dan menamparnya. Mala terlepas ia kini yang justru harus memisahkan Fara dan Syifa.

            Pak Arda guru Olahraga masuk kedalam toilet dan memisahkan mereka. "Stop! Bapak bilang berhenti. Kalian pikir kalian ini preman. Ikut Bapak!"

            Mereka semua keluar, di luar sudah ramai oleh murid-murid yang lainnya. Ketiga gadis itu merapikan rambut dan pakaian mereka yang berantakan. Pak Arda membawa mereka ke ruang BK. Sesampainya di sana mereka saling tuduh satu sama lain. Tapi Fara menjelaskan semuanya kepada guru BK.

            "Kalian tau kan perkelahian, kekerasan, bullying, dan aksi premanisme tidak bisa di toleril di sekolah ini. Dan berdasarkan peraturan yang ada kalian bertiga Ibu skors selama tiga hari. Ini kasih ke orang tua kalian," ujar Bu Lista guru BK sambil memberikan amplot berisi surat untuk orang tua ketiga gadis itu.

            Tadi kuping mereka terasa panas tiga puluh menit bu Lista menceramahi mereka. Kini justru tangan mereka yang panas karena harus menerima surat skors yang harus di berikan ke orang tua mereka. Mala, Fara dan Syifa keluar dari ruang Bk. Ternyata di luar sudah ada Malto dan Valdi yang berdiri sambil menyandar ke tembok.

            "La lo gak apa-apa?" Malto menghampiri Mala dan memeriksa kondisi tubuhnya.

            Begitupun Valdi, pria itu memeriksa keadaan Fara yang saku bajunya robek.

            "Gue gak apa-apa. Cuma di skors." Mala memperlihatkan amplop putih di tangannya.

            "Asik," kata Malto ia malah senang.

            "Kok asik sih?" Mala bingung.

            "Gak usah pura-pura deh. Skorsing bagi anak sekolah kaya kita itu artinya sama aja libur gratis dari sekolah."

            Mala terkekeh. "Sumpah gue gak kepikiran sampe kesitu."

            "Masa sih?" Malto mencolek pinggang Mala.

            "Udah yuk ke kelas," ajak Valdi.

            "Tunggu sebentar! Gue belum bilang terima kasih sama lo. Makasih Ra. Gue gak nyangka lo bakalan bantuin gue."

            Fara menjilat bibirnya ia menatap Mala. "Gue cuma ngelakuin apa yang seharusnya teman satu meja lakuin. Anggap aja itu permintaan maaf gue ke lo. Karena gue udah ngerebut Valdi dari lo."

            Suasana menjadi haru Fara menahan air matanya. Ia tahu kalau sebenarnya ia telah melakukan sesuatu yang jahat pada Mala. Jadi seharusnya ia meminta maaf pada gadis itu. Tapi Fara selalu berpikir apakah Mala mau maafkannya.

            "Enggak! Sebenarnya di sini gue yang jahat. Karena mikirin cowok lain ketika masih pacaran sama Valdi."

            Fara meangguk pelan. "Iya kalau gitu anggap aja kita semua yang ada di sini sudah saling menjahati satu sama lain. "

            "Setuju. Anggap juga kalau apa yang kita lakuin adalah bagian dari kenakalan remaja kita. Dan kita harus ambil sisi positifnya," ujar Malto.

            "Sisi positifnya, apa?" kata Mala.

            Valdi mengacungkan jari telunjuknya. "Sisi positifnya adalah sekarang kita jadi tau siapa sebenarnya orang yang benar-benar kita cinta. Iya kan."

            Mereka berempat tertawa kecil seolah sedang mentertawakan kehidupan remaja mereka yang rumit dan penuh dengan intrik. Mereka lalu berjalan bersama menuju kelas mereka masing-masing. Syifa menahan air matanya ia sedih seolah Malto tidak meanggap keberadaannya.

            "Malto!" teriak Syifa.

            Malto menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap tajam Syifa yang berdiri di koridor sekolah seorang diri. Laki-laki itu lalu berjalan cepat menghampiri gadis yang di kenalnya sejak kecil.

            "Aku kecewa sama kamu. Kamu udah berubah, Syifa yang aku kenal dari kecil gak mungkin ngelakuin hal bodoh kaya gitu."

            Syifa menahan air matanya. "Aku ngelakuin itu karena aku suka sama kamu. Aku gak mau kehilangan kamu, aku sayang kamu."

            Malto berusaha tegar ia sebenarnya tidak tega memarahi Syifa. Tapi ia harus memberi gadis itu pelajaran. "Dengan kamu ngelakuin hal itu, justru kamu udah kehilangan aku. Sekarang aku udah tau gadis mana yang baik buat aku. Dan aku sangat, sangat kecewa sama kamu. Mungkin Syifa yang aku kenal dulu tertinggal di luar negeri. Aku mau ketemu sama Syifa yang dulu. Sampai hal itu terjadi aku gak mau ketemu sama kamu dulu." Laki-laki itu lalu kembali kepada teman-temannya yang berdiri di ujung koridor.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: twm18 twm18

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (1)
  • ajunatara

    jadi inget dulu pernah di jambak sama cewek gue di kelas

    Comment on chapter JAMBAKAN MALA
Similar Tags