Read More >>"> CINLOV (KARENA CINTA PASTI LOVE) ( LA! JANGAN PELUK-PELUK NANTI NAKSIR) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - CINLOV (KARENA CINTA PASTI LOVE)
MENU
About Us  

                                                                                                  La! Jangan peluk-peluk nanti naksir

           

            Hari minggu adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh para penikmat musik. GOMFEST akan di adakan mulai jam tujuh malam. Mala berdiri di depan cermin ia mendempulkan sedikit bedak di wajahnya. Tidak lupa ia juga menyemprotkan minyak wangi di pergelangan tangannya dan juga leher.

            "La ada yang jemput nih," teriak Renina dari lantai bawah.

            Mala tersenyum bahagia. Ia berpikir pasti yang menjemputnya adalah Malto. Gadis itu lalu turun dan menuju teras rumahnya. Ia lihat seorang pria membelakangi dirinya. Pria itu berbalik sambil tersenyum. Mimik wajahnya berubah menjadi heran. Mala lihat Zalmi dengan kaos putih dan sebuah jaket berwarna abu-abu ada di teras rumahnya

            "Loh kok lo sih?"

            "Iya tadi Malto telepon gue. Dia minta gue jemput lo." Zalmi menggaruk rambutnya.

            "Memangnya tuh orang kemana?"

            Zalmi mengangkat kedua pundaknya. "Gak tau dia gak bilang. Tapi menurut gue sih kayanya dia sama si anak baru itu deh. Mereka temenan dari kecil kan," ujar Zalmi.

            Mala menghela napasnya. Ia sedikit kecewa dengan ketidakhadiran Malto. Namun gadis itu tetap menghargai kadatangan Zalmi. Ia lalu masuk untuk berpamitan dengan kedua orang tuanya. Zalmi menghidupkan motornya, dan Mala duduk di belakang pria itu. Tidak lupa mereka memakai helm untuk keselamatan nyawa mereka. Zalmi yang bertubuh kurus menjalankan motornya dan pergi dari area rumah Mala.

            "La!"

            "Apa?" Mala harus sedikit berteriak.

            "Lo suka ya sama Malto?" kata Zalmi.

            "Apa!"

            "Lo suka ya sama Malto?" Zalmi mengulang kembali pertanyaannya. Ia mengira gadis itu mendengar pertanyaannya.

            Mala memukul helm hitam yang di pakai Zalmi. "Gue gak budeg. Gue lagi kaget."

            Zalmi tersenyum. "Oh..."

            "Kok lo bisa ngomong kaya gitu. Kenapa?" Mala penasaran dengan pendapat temannya itu.

            "Tadi pas lo tau bukan Malto yang jemput lo, gue bisa liat raut wajah kekecewaan di muka lo. Gue bisa liat kalau lo berharap banget Malto yang jemput lo bukan gue. Kenapa La? Kenapa lo kecewa banget?"

            Mala terdiam ia tahu betul perasaanya namun apa benar apa yang di katakan Zalmi kalau dirinya menyukai Malto. Yang tadi ia rasakan hanya rasa kecewa karena Malto tidak menjemputnya. Tapi apakah rasa kecewa itu bagian dari rasa cinta? Gadis itu malah jadi bingung. Ia menghela napasnya dan secara tidak sengaja tangannya melingkar di pinggang Zalmi.

            Zalmi tersenyum ia menyadari kedua tangan Mala melingkar di pinggangnya. Namun laki-laki itu hanya diam sambil tersenyum. Mala tidak menyadari kalau mereka sudah sampai di area parkir GOMFEST. Di sana sudah ada Malto dan Syifa yang baru saja turun dari motor. Malto melihat Mala memeluk Zalmi. Alis matanya langsung berkerut melihat kedua temannya itu.

            "La, jangan peluk-peluk nanti naksir," ucap Zalmi.

            Mala yang sedang melamun tersadar. Ia melihat kedua tangannya sudah melingkar di pinggang Zalmi.

            "Yeee... ke geeran lo. Tadi gue khilaf."

            "Biasanya yang khilaf itu cowok La, bukannya cewek."

            Mala melihat kesekelilingnya. Ia baru sadar kalau dirinya sudah sampai di tempat parkir. "Jangan mulai ya. Udah cepetan turun." Mereka berdua lalu turun dari motor.

            "Mala, Zalmi," ucap Syifa.

            "Eh, kalian udah dateng. Ya udah yuk masuk. Lo sama gue ya Fa. Biarin mereka berduaan soalnya mereka lagi kangen buat berantem." Zalmi menarik tangan Syifa dengan lembut lalu meninggalkan Mala dan Malto.

            "Kegenitan banget sih, pake peluk-peluk segala." Malto menyilangkan kedua lengannya di depan dada.

            "Tadi tuh dia ngerem mendadak, makannya gue gak sengaja peluk dia." Mala mencari alasan yang kuat. Namun ia sempat berpikir kenapa juga ia harus memberi alasan pada Malto. "Lo sendiri katanya mau jemput gue. Gak taunya malah berduaan sama Syifa."

            "Dia itu kan gak tahu tempat ini, makannya gue harus bareng sama dia. Lagian mama sama papanya gak ngasih izin kalau dia pergi gak di temenin sama gue."

            Mala menggerak gerakan kepalanya. "Aduh, aduh, aduh, udah deket ya sama orang tuanya. Hebat lo tuh bener-bener hebat." Mala lalu berjalan pergi namun ia kembali membalikan badannya. "Satu lagi kenapa harus kirim Zalmi sih. Gue kan bisa naik ojek online. Lo liat sendiri kan baru pertama kali gue di boncengin sama Zalmi gue udah peluk dia. Nanti kalau gue jatuh cinta sama dia gimana?"

            Malto mengerutkan kedua alisnya. "Ya gak bolehlah."

            "Loh kenapa?"

            "Lo liat muka gue baik-baik." Malto menyodorkan wajahnya ke arah Mala. "Muka ini memang gak ganteng-ganteng amat. Tapi kalau lo mau pacaran lo harus pacarin cowok yang mukanya lebih ganteng dari gue. Tapi setahu gue sih ya di sekolah satu-satunya cowok yang mukanya lebih ganteng dari gue cuma Valdi. Tapi memangnya lo mau balikan sama dia lagi? Enggak kan. Jadi itu artinya cuma gue satu-satunya cowok di sekolah yang paling ganteng."

            Mala kebingungan Malto terlalu banyak bicara. Tapi setidaknya ia mengerti satu hal. Bahwa ia harus berpacaran dengan pria yang paling tampan di sekolah. Dan setahu dia menurut orang-orang di sekolah ada dua pria paling tampan di sekolah, yaitu Valdi dan Malto. Namun kini ia sudah berpisah dengan Valdi. Jadi apa mungkin maksud Malto adalah kalau dia harus berpacaran dengan Malto.

            "Gue kesini mau nikmatin musik bukan mau berdebat." Mala berjalan cepat ia lalu masuk kedalam. Di dekat pintu masuk ia melihat Arin, Datra, Zalmi dan Syifa sudah berdiri menunggunya.

            "Udah berdebatnya?" tanya Zalmi.

            Mala malah tersenyum, ia sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Zalmi. Arin berjalan mendekati Mala lalu merangkulnya.

            "Aduh kalian nih gak dimana mana hobinya berantem aja. Udahlah lupain dulu perdebatannya mendingan sekarang kita enjoy the music, uuuu..." Mereka semua lalu berjalan menuju panggung utama. Musik terdengar kencang seorang DJ memainkan alat DJnya. Ada ribuan orang yang menghadiri GOMFEST. Cahaya lampu berkelebatan di antara mereka. Mala dan Arin loncat-loncat kegirangan. Sementara Datra dan Zalmi saling merangkul pundak dan mengangkat satu tangan mereka.

            Lantunan musik berubah menjadi pelan. Syifa menggoyang goyangkan tubuhnya di samping Malto. Ia mengikuti irama musik yang pelan. Gadis itu merangkul Malto ia lalu menyandarkan kepalanya di pundak laki-laki itu. Ada perasaan tidak enak yang Malto rasakan ia melirik sedikit ke arah Syifa gadis itu terlihat santai bersandar di bahunya.

            Mala menarik napasnya ada perasaan aneh yang saat ini sedang di rasakannya. Gadis itu melihat Malto sedang asik berduan. Ia lihat Syifa sedang menyandarkan kepalanya di bahu Malto. Secara tidak sengaja Malto menoleh ke arah Mala berdiri. Tatapan mereka berdua bertemu di antara orang-orang yang sedang asik menikmati musik.

            Malto mengerjap ngerjapkan matanya. Ia tidak suka Mala melihatnya dalam keadaan Syifa sedang menyandarkan kepalanya. Mala menelan ludahnya matanya mengerjap beberapa kali. Mala masih menatap laki-laki yang sangat di kenalnya itu. Sepertinya ia tidak suka melihat keadaan itu. Mala lalu berjalan pergi ia menuju toilet yang ada di ujung.

            Mala membasuh kedua matanya dengan air. Ia menatap bayangannya di cermin ada sesuatu yang saat ini sedang ia pikirkan. Kenapa perasaanya tidak suka melihat Malto sedang bersanding dengan Syifa. Padahal selama ini Malto sering tebar pesona dengan banyak wanita di sekolah namun ia biasa saja. Tapi kenapa ketika ia melihat Syifa menyandarkan kepalanya di bahu Malto dirinya seakan tidak rela ia sangat tidak menyukainya.

            "Ada apa sih sama gue?" Mala menyentuh jantungnya.

            Valdi berjalan menuju toilet pria yang bersebelahan dengan toilet wanita. Ketika hendak masuk ia melihat Mala keluar dari toilet wanita.

            "Mala,"

            Gadis muda itu terkejut melihat kehadiran Valdi. Ia merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan. "Val."

            "Mala, aku mau ngomong sama kamu sebentar, ini penting."

            Mala menghembuskan napasnya. Ia sangat tidak nyaman dengan kehadiran Valdi di dekatnya. Gadis itu menggaruk sikutnya, ada banyak orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.

            "Apalagi? Kamu mau jelasin apalagi?"

            Valdi berjalan mendekati Mala. "Alasan kenapa aku selingkuh. Kalau kamu mau tau ikut aku. Kita ngobrol di tempat lain."

            Valdi berjalan melewati Mala. Gadis itu terdiam, ia sedikit ragu namun dalam hatinya Mala sangat penasaran. Keingintahuan Mala begitu kuat mungkin tanpa ia sadari kedua kakinya melangkah. Mala berjalan mengikuti Valdi. Dari kejauhan Fara sudah menyaksikan Valdi dan Mala sejak tadi. Ia melihat kedua orang itu pergi bersama. Fara tidak tahu mereka pergi kemana? Namun hatinya berubah menjadi kesal. Tatapan mata wanita itu tajam melihat Mala berjalan di belakang Valdi.

           Di sebuah taman yang di hiasi oleh lampu warna warni, Mala dan Valdi duduk di satu kursi taman yang sama. Valdi duduk di ujung sementara Mala di ujung satunya. Valdi memarkirkan motornya di tepi taman. Laki-laki itu menggunakan parfum yang sangat di sukai Mala ketika ia masih menjadi pacarnya.

            "Jadi apa alasannya?" tanya Mala.

            Valdi berdeham beberapa kali. Ia menarik napas panjang sebelum mulai bicara. "Ini semua karena kamu."

            Mala langsung memberengut. Ia merasa di tuduh dan salahkan atas perbuatan yang Valdi lakukan. Kenapa semuanya jadi salah dia? Ini tidak masuk akal. Mala berdiri ia terlihat sangat kesal. "Aneh kenapa jadi aku yang salah? Cowok tuh memang kaya gitu ya, kalau selingkuh pasti ceweknya yang di salahin."

            "La, La dengerin aku dulu." Valdi menarik lembut tangan Mala dan membuatnya kembali terduduk. "Ini semua karena kamu gak tau siapa sebenarnya yang kamu cinta."

            "Maksudnya?"

            "Aku pikir kayanya kamu cinta sama Malto," kata Valdi.

            Mala mengerutkan alisnya. Ia bingung kenapa hari ini sudah ada dua orang yang mengatakan kalau dirinya menyukai Malto. Pertama Zalmi ketika sedang memboncenginya sekarang Valdi. Ada apa sih sebenarnya dengan kedua orang itu. Kenapa mereka seolah-olah lebih tahu isi hati Mala di bandingkan dengan Mala sendiri.

            "Kamu ngomong apaan sih? Aku gak ngerti."

            "Aku gak tau ya selama ini kamu sadar atau enggak. Tapi selama kita pacaran apa kamu tahu siapa yang paling sering kamu omongin?"

            Mala berpikir dalam kepalanya. Ia mencoba mencari tahu jawaban dari Valdi. Namun yang ia berikan hanya sebuah gelengan kepala.

            "Malto," ucap Valdi.

            "Malto!" Mala kaget apa mungkin selama ini ia sering membicarakan Malto di depan Valdi.

            "Iya Malto. Kamu lebih sering ngomongin Malto dibandingkan hubungan kita. Setiap kali kita jalan di mal, taman, kafe, bioskop, bahkan sampai di kantinpun yang paling sering kamu omongin itu dia. Coba deh kamu bayangin perasaan aku yang mendengar pacarnya lebih sering membicarakan pria lain di bandingkan pacarnya sendiri."

            "Tapi itu semua kan karena Malto nyebelin dan sering bikin aku kesel."

            Valdi menggeleng. "Enggak La. Kamu bilang Malto begini, Malto begitu, tapi kamu juga tau semua kelebihan, kekurangan, apa yang Malto suka apa yang Malto suka. Sampai akhirnya aku tau kalau kamu sebenarnya cinta sama dia. Inget waktu di kafe Shock Coffe kamu cerita Malto pernah nyiram kakak kelas yang pernah bikin kamu nangis di SMP.

             Waktu aku liat mata kamu, Mata kamu berbinar penuh kekaguman dan kamu tersenyum dengan perasaan bahagia yang dalam. Aku gak pernah ngeliat kamu seperti itu sebelumnya. Bahkan senyuman kamu ke aku aja berbeda. Sejak hari itu aku tau kalau kamu sebenarnya suka sama Malto."

            Mala terdiam ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi taman. Mala mencoba untuk mengingat semuanya. Ia ingat ketika dirinya dan Valdi sedang jalan di mal, di taman, bioskop dan kafe. Iya benar pada saat itu semua Mala memang selalu membicarakan Malto, Malto dan Malto. Namun Mala sama sekali tidak menyadarinya. Semua itu terucap begitu saja. Ia sendiri bingung kenapa dirinya selalu membicarakan Malto. Apa mungkin benar kata Valdi dan Zalmi kalau ia memang mencintai Malto.

            Aku… aku..." tiba-tiba Mala jadi gagap. Ada perasaan sedih, bingung dan penasaran yang saat ini sedang di rasakannya. Mala menoleh kearah Valdi. Mimik wajahnya menunjukan rasa penyesalan. "Aku jahat ya. Aku udah jadi cewek yang jahat karena selalu membicarkan Malto di depan kamu."

            Valdi tersenyum ia menunduk lalu menatap Mala. "Enggak La, kamu enggak jahat. Yang jahat itu aku karena udah selingkuhin kamu."

            Mala menghembuskan napasnya. Ia lalu menatap ke arah pepohonan yang tumbuh di hadapannya. "Yah... kalau begitu kita berdua sama-sama jahat."

            "Tapi memang mungkin harus kaya gitu caranya. Dengan kita pacaran, kita justru jadi tau siapa sebenarnya yang kita cinta," ujar Valdi tatapannya nanar kedepan.

            Kegelapan sudah semakin pekat. Saat ini jam menunjukan pukul sebelas malam. Kemeriahan GOMFEST sebenarnya masih berlangsung namun Malto, Syifa, Arin, Datra dan Zalmi mereka semua sudah mau pulang. Mereka berjalan menuju parkiran.

            "Di toilet gak ada. Di booth makanan juga gak ada. Jangan-jangan dia di culik," ucap Arin yang mencari cari keberadaan Mala.

            "Siapa sih yang mau nyulik cewek kaya dia? Gak ada. Hobinya marah-marah, suka jambak rambut orang, gak mau ngalah, nyebelin," ujar Malto.

            "Ya sama kaya lo. Kalian berdua tuh cocok. Mendingan kalian berdua pacaran deh. Atau lo mau gue yang pacarin Mala," ucap Zalmi sambil merangkul pundak Mala.

            Malto tersenyum sinis. "Jangan mimpi, selera dia tuh tinggi. Sementara lo." Malto memperhatikan Zalmi dari atas kebawah.

            "Loh itu dia kan!" Arin menunjuk kearah Mala yang sedang di bonceng oleh Valdi.

            Malto memberengut seketika mimik wajahnya itu dilihat jelas oleh Syifa yang berdiri di sampingnya. Arin, Datra dan Zalmi melihatnya dengan terheran heran. Mereka tidak habis pikir kenapa Mala bisa bersama dengam Valdi.

            Mala turun dari motor Valdi ketika pria itu memberhentikan motornya di parkiran. Gadis itu merapihkan rambutnya yang berantakan karena tertiup angin malam.

            "Di cariin gak taunya malah disini. Lo abis dari mana?" tanya Arin yang berjalan ke arah Mala.

            Gadis itu terkejut melihat teman-temannya sudah ada di sana. Ia merasa seperti di gerebek oleh petugas kepolisian. "Mm... enggak abis dari mana-mana."

            "Paling pacaran lagi. CLBK, cinta lama bersama kembali." Malto menatap Mala dengan sinis. Perkataanya terdengar sangat sinis.

            "Jangan sok tau jadi orang."

            "Terus kalau bukan CLBK apa namanya? Nostalgia? Reunian? Silaturahmi? Mengenang masa-masa indah waktu pacaran. Apa coba apa? Apa?" Mata Malto terbuka lebar ia gemas sekaligus kesal.

            "Kenapa juga gue harus jelasin sama lo. Pacar bukan, gebetan bukan, lo tuh cuma temen jadi jangan lebay." Mala mengarahkan jari telunjuknya ke Malto.

            "Hemm... mereka berantem lagi. Kalau begitu terus mah mendingan kita langsung kawinin aja lah. Biar gak berisik." bisik Zalmi yang berdiri di antara Datra dan Arin.

            "He! gue denger tuh!!!" bentak Mala dan Malto secara bersamaan.

            "Aduh ini udah malem ayo pulang. Besok pada terlambat baru tau rasa." Arin menarik lengan Datra menuju motornya.

            "Ayo La pulang, atau lo masih mau berdebat di sini?" kata Zalmi menghidupkan mesin motornya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: twm18 twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 1
Submit A Comment
Comments (1)
  • ajunatara

    jadi inget dulu pernah di jambak sama cewek gue di kelas

    Comment on chapter JAMBAKAN MALA
Similar Tags