Read More >>"> CINLOV (KARENA CINTA PASTI LOVE) (MALTO BINGUNG ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - CINLOV (KARENA CINTA PASTI LOVE)
MENU
About Us  

                                                                                                             Malto bingung

 

           Pagi hari ini udara terasa dingin. Mala memakai jaket berwarna putih. Ia berjalan perlahan menuju sekolahnya. Sebuah mobil hitam melintas di dekatnya. Mobil itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Mala melihat Malto keluar dari mobil itu. Gadis itu heran karena biasanya Malto berangkat dengan menggunakan GoTrans. Setelah Malto, Mala melihat seorang gadis keluar dan berdiri di dekat Malto.

            Mala mengerutkan dahinya. Ia tidak mengenal siapa gadis itu. Mala baru pertama kali melihatnya. Mala terdiam sejenak ia berpikir siapa sebenarnya gadis itu. Ia lalu kembali jalan menuju gerbang sekolah yang berwarna hijau.

            Mala sudah terduduk di kursinya. Ia membuka tas dan mengeluarkan LKS bahasa Inggris. Ia melihat Malto datang sambil tersenyum senyum tidak jelas. Ada apa dengan pria itu sepertinya ia terlihat bahagia. Mala ingin menanyakan siapa sebenarnya gadis yang tadi ia lihat bersama Malto. Namun Mala terdiam ia menunggu Malto untuk memberitahunya sendiri.

            "Widih... Malto si bad boy." Datra datang sambil menepuk-nepuk pundak Malto. "Tadi gue liat lo lagi ngegandeng cewek. Siapa tuh? Calon korban lo?"

            "Bukan, dia tuh Syifa temen masa kecil gue. Dia pindah kesini, terus masuk di kelas 12-F."

            "Kalau temen dari kecil berarti hubungan lo sama dia udah kuat ya. Bisa di jadiin pacar dong." Zalmi duduk bersandar di kursinya.

            "Pacar apanya. Gue sama dia cuma temen."

            "To, pacaran itu kan berawal dari temen. Meskipun sekarang cuma teman tapi nanti lama-lama pasti jadi demen." Datra menyimpan tas di atas mejanya.

            Mala sejak tadi terdiam namun kupingnya ia pasang baik-baik. Entah kenapa Mala menjadi kesal. Ia tidak menyukai pembicaraan ketiga orang itu. "Kalian tuh ya pagi-pagi gak ada obrolan yang lebih berkualitas apa." Mala berdiri lalu pergi dari sana.

            "Idih, kenapa lo La kesambet setan sekolah lo ya." Zalmi bingung dengan sifat Mala barusan.

            Malto juga heran kenapa Mala marah, padahal mereka bertiga tidak sedang membicarakan hal yang kotor.

            Mala berada di dalam toilet. Ia menghadap cermin gadis itu menghela napasnya kencang. Ia membasahi bibirnya dengan air lalu kembali menatap dirinya sendiri di cermin. Seorang gadis masuk dan berdiri di sebelah Mala. Gadis itu menyalakan keran air dan mencuci tangannya. Mala tersentak melihat gadis itu. Ia jadi terdiam melihat gadis yang tadi ia lihat turun dari mobil bersama Malto.

            Mala melihat bayangan Syifa di cermin. Rambutnya hitam lurus, kulitnya putih, bibirnya merah ceri, dan yang paling penting ia cantik. Syifa melirik ke arah Mala lalu tersenyum. Di saat yang sama Mala juga melihat Syifa ia membalas senyuman gadis itu. Agak sedikit canggung namun Mala berhasil tersenyum.

            Jam pelajaran terakhir sebelum istirahat adalah fisika. Hitung-hitungan yang rumit membuat banyak murid kelas 12-E terlihat malas-malasan.Tapi ketika bel istirahat berdering semuanya langsung semangat.

            "Kalian tuh ya, giliran istirahat semangat. Tapi dari tadi ibu jelasin malah males-malesan, nguap, tidur. Gak sopan." Guru Fisika terlihat geram.

            "Bu udah jam istirahat saya mau makan dulu." Malto berlari keluar kelas meninggalkan gurunya yang sedang kesal. Sebenarnya Malto tidak ke kantin ia menuju kelas 12-F yang ada di sudut gedung sekolah. Ia berdiri di dekat pintu dan menunggu Syifa untuk keluar.

            "Rin, Tra, kalian nanti jadi dateng ke GOMFEST?" Mala meminum pop ice cokelat dengan taburan meses.

            "Jadi, gue udah beli tiga tiket." Datra duduk di samping Arin yang sedang memakan Bakso.

            "Kok tiga?" tanya Mala.

            "Iya satu lagi buat Zalmi. Kasian dia jomblo. Katanya dia gak bakalan ke sana kalau gak ada yang ngajakin, makannya gue beliin satu."

            "Mau jadi Bromance ceritanya La," kata Arin.

            "Lo sendiri berangkatnya sama Malto kan?" Datra meminum es teh manis yang ada di dalam gelas bening.

            "Gak tau tuh orang. Gak jelas, mau jemput apa enggak."

            "Tuh orangnya," Arin melihat kedatangan Malto namun ia tidak datang sendiri ada Syifa di sampingnya.

            "Genk esek-esek, kenalin ini Syifa." Malto memperkenalkan satu persatu teman-temannya. Ia lalu duduk dan Syifa juga ikut duduk di sampingnya.

            "He, To tar lo ke GOMFEST-nya sama Mala kan?" tanya Arin.

            "Gampang. Tenang aja ya La."

            "GOMFEST apa sih?" Syifa penasaran.

            "Bogor music festival. Eh lo ikut aja sama kita. Beli tiketnya online aja. Soalnya kita semua udah pada punya tiket," ujar Arin.

            "Ok gue ikut. Nanti kita berangkatnya bareng ya Mal," ucap Syifa sambil memegang lengan Malto.

            Laki-laki itu terdiam ia jadi bingung. Ia sudah janji untuk pergi dengan Mala tapi Syifa tidak mungkin pergi sendirian karena ia baru di sini. "Mm... iya," Malto melirik ke arah Mala yang tidak memperhatikannya sama sekali.

            "La lo kenapa diem aja? Aneh tau gak kalau lo diem aja," ucap Arin.

            Mala tersentak, ia melihat Arin dengan kaget. "Oh, enggak kenapa-napa."

            "Justru bagus kalau dia gak banyak omong. Mulut dia kan isinya sampah semua. Jadinya kalau dia ngomong bau." Malto menatap Mala sambil tersenyum.

            Mala tersenyum sinis, ia sudah biasa di tantang seperti itu. "He! Kunyuk mulut lo tuh yang isinya kotor. Gak cuma mulut, tapi otak lo juga kotor."

            "Baju kali kotor. Gue ini kalau ngomong sesuai fakta gak pernah di buat-buat."

            "Yang mana faktanya. Coba sebutin satu. Bisa gak, gak bisa kan."

            "Ada satu, soal dada lo yang rata itu fakta kan," ucap Malto.

            Muka Mala memerah, Malto mengajaknya berperang. Dengan cepat Mala menjambak Malto dengan kedua tangannya. "Dasar cabul. Lo tau darimana dada gue rata liat aja belum pernah kan. Dasar!! Laki-laki busuk."

            "Aduh... aduh... aduh... rambut gue bisa botak kalau lo jambak terus." Malto meringis kesakitan.

            "Biarin. Rasain nih! Rasain!!!"

            "La, jangan La, dosa. Gue gak mau ngerasain sebelum gue nikah."

            Ucapan Malto semakin membuat gadis itu kesal. "Ihhh... Dasar mafia bokep. Otak lo harus di buang ke laut."

            Datra dan Arin menghela napasnya. Mereka berdua sudah biasa melihat kedua remaja itu bertengkar. Syifa hanya tersenyum ia diam melihatnya. Namun ia merasa hubungan Malto dan Mala terlihat sangat dekat. Gadis itu memandang ke arah lain sambil menghela napasnya.

            "Maaf ya Fa, mereka berdua memang suka mendadak gila," ucap Arin.

            Syifa hanya tersenyum ia tidak menanggapi ucapan Arin.

 

Tags: twm18 twm18

How do you feel about this chapter?

0 2 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • ajunatara

    jadi inget dulu pernah di jambak sama cewek gue di kelas

    Comment on chapter JAMBAKAN MALA
Similar Tags