Read More >>"> CINLOV (KARENA CINTA PASTI LOVE) ( COWOK ITU MARAH BUKANNYA NGAMBEK) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - CINLOV (KARENA CINTA PASTI LOVE)
MENU
About Us  

                                                                                         Cowok itu marah bukannya ngambek

 

            Malto turun dari sebuah bus umum. Ia berjalan memasuki sebuah kawasan perumahan yang setiap sisi jala utamanya di tumbuhi oleh pepohonan. Laki-laki muda itu berjalan sambil tertunduk. Sesekali kali ia menendang kerikil di atas aspal, tidak ada yang sedang ia pikirkan. Remaja tanggung itu berjalan hanya mengikuti langkah kakinya.

           Di persimpangan jalan Mala mendadak menghentikan langkahnya. Ia melihat Malto seperti melihat hantu saja. Di saat yang sama Malto juga melihat Mala. Laki-laki itu seketika menghentikan langkahnya. Ada perasaan canggung di antara mereka. Perdebatan yang kedua orang itu lakukan kemarin di sekolah membuat hubungan mereka menjadi kaku.

            Mala mengerjapkan matanya. Mulutnya kelu ada sesuatu yang ingin ia ucapkan namun sulit untuk di katakan. Malto menarik napasnya, ia lalu jalan begitu saja tanpa menghiraukan temannya itu. Mala menghembuskan napasnya suasana tegang yang ia rasakan menghilang ketika Malto pergi dari sana. Gadis itu lalu berjalan di belakang Malto. Jarak mereka agak berjauhan Mala berusaha agar tidak terlalu dekat dengan teman prianya itu.

            Ketika berjalan pelan mendadak Malto menghentikan langkahnya, yang membuat Mala juga menghentikan langkahnya. Diam beberapa detik lalu Malto kembali berjalan. Tidak lama laki-laki itu mendadak menghentikan langkahnya lagi, Mala yang terkejut juga langsung menghentikan langkahnya. Gadis itu mengerutkan alisnya. Mala penasaran apa yang sedang dilakukan oleh Malto.

            "Dia tuh ngapain sih?" gumam Mala.

            Malto tersenyum penuh kebanggaan. Ia sedang mengerjai teman wanitanya itu. Ia lalu kembali melangkahkan kakinya dengan tenang. Malto tiba-tiba jongkok ia sedang menggoreskan sesuatu di atas aspal. Ia kembali berdiri lalu berjalan. Mala penasaran ia ingin tahu apa yang baru saja di lakukan oleh Malto. Gadis itu berdiri di tempat Malto tadi berjongkok.

            "Jelek!" Mala mengerutkan dahinya ia membaca kata yang tadi di tulis oleh Malto.

            Gadis itu kembali berjalan di belakang Malto. Tidak lama pria itu kembali berjongkok dan menuliskan sesuatu di atas aspal. Malto berdiri lalu kembali berjalan. Mala berlari kecil ia sudah berdiri tepat di tempat Malto tadi jongkok.

            "Cewek alay!"

            Mala berkacak pinggang ia mendecakan lidahnya. Gadis itu yakin kalau kata-kata itu di tujukan untuknya.

            "To ayo masuk," ucap Valdi ketika melihat Malto sudah ada di depan teras rumahnya. "Kalian bareng?" lanjut Valdi ketika melihat pacarnya berjalan di belakang Malto.

            "Enggak! Tadi ketemu di depan." Mala melepaskan sepatunya. Ia lalu masuk ke rumah Valdi. Namun langkahnya terhenti mendadak ketika ia melihat Fara sudah ada di ruang tengah sedang menatap ke layar laptop.

            "La sini," Fara melambaikan tangannya, ia tersenyum manis seolah dirinya adalah seorang bidadari. "Gue udah ngerjain sebagian nih. Tadi Valdi udah masukan foto-fotonya jadi kita tinggal buat kata-katanya aja," ucap Fara ketika Mala berdiri di dekatnya.

            Biasanya jika ada kegiatan belajar kelompok. Pasti yang benar-benar belajar hanya satu atau dua orang saja. Sementara sisanya hanya bermain, bercanda, bahkan ada yang malas-malasan tidak peduli apakah tugasnya itu selesai atau tidak. Begitu juga dengan Malto. Ia hanya duduk di ujung sofa. Tangannya memegang remote dan terus mengganti saluran televisi.

            Mala juga begitu, ia duduk satu sofa dengan Malto namun ia duduk di ujung satunya. Gadis itu hanya menatap kelayar ponselnya. Sesekali ia melirik ke arah Valdi dan Fara yang sedang berdiskusi di depan laptop. Aneh! kenapa mereka berdua malah asik sendiri. Seharusnya kan mereka mengajak Mala dan Malto berdiskusi. Tapi mereka malah asik berdiskusi berdua.

            "Kita harus tulis apa aja yang di lakuin para remaja di tempat umum. Seperti di taman, mal, kafe sama kaya yang waktu itu kita liat," ucap Fara menentukan isi artikelnya.

            Valdi meangguk ia melirik ke arah Mala yang terlihat bete. Valdi merenggangkan tubuhnya. Ia lalu menghampiri pacarnya itu dan duduk di sebelahnya. "Kamu kenapa sih dari tadi diem aja." Valdi lalu menoleh ke arah Malto. "Lo juga To kenapa diem aja. Biasanya lo yang paling berisik. Oh, gue tau kalian lagi berantem ya. Kali ini apa lagi yang kalian debatin? Soal artis? Bintang? Mumi?."

            Selama mengenal mereka berdua Valdi tahu kedua orang itu suka memperdebatkan hal yang tidak penting menurutnya. Dan perdebatan itu biasanya akan membuat mereka saling diam meskipun beberapa saat kemudian mereka pasti akan berdebat lagi.

            "Enggak. Cuma lagi males aja, gak tau kenapa," ucap Mala.

            Valdi meangguk pelan. Ia lalu mengelus elus rambut Mala dengan lembut. Malto melihatnya begitu juga dengan Fara. Gadis berkulit putih bersih itu sesaat melirik ke arah Mala, ia sempat tersenyum sinis lalu kembali fokus pada laptopnya.

            "Sekarang waktunya ngerjain tugas bukan pacaran!" kata Malto dengan nada yang ketus.

            "Sirik aja sih lo To. Makannya cari pacar. Di kelas kita kan banyak yang jomblo," ucap Valdi.

            "Siapa? Fara! Ra lo mau jadi cewek gue," kata Malto

            Valdi menarik napasnya. Ia menyingkirkan tangannya dari kepala Mala. Mala merasa aneh, ia bisa merasakan tarikan napas Valdi. Sepertinya laki-laki itu tidak menyukai perkataan Malto.

            Fara masih menggerakan jari pada laptop. "Enggak deh! Makasih. Lagian gue udah punya cowok."

            "Ha! Siapa?" ucap Mala dan Malto secara bersamaan.

            Fara duduk dengan tegap ia lalu bergantian menatap Malto dan Mala. Gadis itu lalu tersenyum pada Mala. "Sekarang itu yang lebih penting bukan pacar gue siapa, tapi tugas artikel ini. Tiga hari lagi di kumpulin loh, jadi kita kerjain sekarang ya."

            Mala menghembuskan napasnya, ia lalu menatap Malto yang duduk di ujung sana. Valdi tersenyum ke arah Mala sambil membelai rambutnya. Gadis itu membalas senyuman Valdi lalu duduk bersandar pada sofa.

            Sinar matahari sudah mulai berwarna jingga pekat. Cahayanya perlahan tenggelam di ufuk barat. Hari sudah sore, kelompok belajar itu menyudahi kegiatannya.

            "Gue harus nunggu sopir gue dulu nih. Katanya dia sebentar lagi nyampe. Kalian berdua bareng sama gue aja," kata Fara menawarkan tumpangan pada Malto dan Mala.

            "Iya La kamu bareng sama Fara aja," ucap Valdi.

            "Harusnya lo yang nganterin Mala," ujar Malto berdiri di atas teras.

            "Nganterin pake apa? Mobil lagi di bawa bokap gue. Motor lagi di bengkel. Terus Fara juga lagi nunggu sopirnya. Masa kita ninggalin Fara sendirian di sini."

            Malto menyilangkan kedua lengannya. "Lo kok jadi peduli gitu sih Fara. Biasanya juga cuek."

            Tiba-tiba ada suasana canggung yang menyelubungi mereka berempat. Fara mengerjapkan matanya. Valdi menelan ludahnya. Sementara Mala menggigit bagian bawah bibirnya.

            "Mm... gak apa-apa kok, biar aku pulang naik bus aja. Kamu kan tau aku suka naik transportasi umum. Ya udah aku pulang sekarang ya. Ra gue duluan ya." Mala pergi meninggalkan rumah Valdi. Begitu juga dengan Malto yang berjalan di belakangnya.

           Mala berdiri di sebuah halte ia menunggu bus GoTrans, yang merupakan singkatan dari boGor Transportation. Malto datang dan berdiri tidak jauh dari Mala. Gadis itu melihatnya. Malto hanya cuek ia menggerak gerakan telapak kakinya sambil menunggu bus datang.

            Mala mengingat tulisan yang Malto tulis di atas aspal. "Jelek, cewek alay, siapa yang lo maksud?"

            Malto tersenyum, pandangannya menatap ke jalanan. "Ya buat siapa aja yang ngerasa."

            Mala mendecakan lidahnya. Ia yakin tulisan itu di tujukan untuknya. "Lo masih ngambek?"

            "Gak tau," Malto mencari cari bus yang menuju arah rumahnya.

            Bus GoTrans berhenti tepat di depan halte. Mala melihat ke arah Malto yang sepertinya tidak peduli dengan kedatangan bus itu. "Gak tau malu!" Kata Mala lalu menaiki GoTrans. Gadis itu menempelkan kartus bus pada mesin yang ada di dekat pintu masuk.

            Malto penasaran dengan maksud Mala barusan. Ia lalu menaiki bus itu, di dalam ia lihat Mala sudah duduk sambil menghadap ke arah jendela. GoTrans lalu melanjutkan perjalanannya. Dan Malto langsung duduk di kursi kosong yang ada di belakang Mala.

            Ketika GoTrans jalan Mala sudah tidak melihat keberadaan Malto di halte. Ia masih belum sadar kalau Malto berada tepat di belakangnya.

            "Apa tuh maksudnya gak tau malu." Pertanyaan Malto membuat Mala terkejut. Gadis itu menoleh kebelakang dan melihat Malto sedang menatapnya.

            Mala menyunggingkan bibirnya. Posisi duduknya miring sehingga ia bisa melihat ke arah Malto dengan jelas. "Iya gak tau malu. Masa cowok ngambek. Cowok itu marah bukannya ngambek. Yang ngambek itu harusnya cewek."

            Malto menumpuk kedua lengannya di atas ujung kursi tempat Mala duduk. "He, cewek alay sejak kapan ngambek itu mengenal jenis kelamin. Aneh tau gak lo. Pantesan aja di selingkuhin. Cewek aneh!"

            Mala menghela napasnya. "Coba bilang sekali lagi."

            "Dasar cewek..." Belum selesai Malto bicara tiba-tiba bus berhenti mendadak. Wajah malto terdorong kedepan dan secara tidak sengaja bibirnya mencium bibir Mala. Gadis itu membelalakan matanya begitu juga dengan Malto. Kedua orang itu dengan cepat memundurkan tubuh mereka.  Jantung mereka berdegub kencang. Mala membalikan tubuhnya dan Malto bersandar pada kursi.

            Napas Mala terengah engah ia menyentuh jantungnya yang berdebar. Apa yang baru saja terjadi padanya membuat gadis itu syok. Malto menghela napasnya laki-laki itu masih terdiam. Ia sama syoknya dengan Mala.

            "Maaf ya semuanya, tadi ada orang nyebrang mendadak," ucap si sopir lalu kembali menjalankan bus itu.

            Beberapa halte terlewati sudah lima belas menit Mala dan Malto berada di dalam bus. Sejak kejadian tadi mereka hanya diam saja. Tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mulut mereka. Bus berhenti di sebuah halte kecil, Mala keluar dari dalam bus. Ia lalu jalan di atas trotoar. Ketika bus berjalan secara sekilas Mala melihat Malto yang ada di dalam bus. Di saat yang sama laki-laki itu juga menatap dirinya. Pandangan mereka bertemu, namun dengan cepat kedua orang itu mengalihkan tatapannya.

            Malto sudah sampai di depan rumahnya. Ada lampu-lampu taman yang menyala di bawah pohon membuat suasana jadi temaram. Pria muda itu masuk ia langsung menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Kamar Malto di dominasi oleh warna hijau, mulai dari gorden, seprai hingga lemari. Malto langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia mengingat kejadian tadi, dirinya tersenyum dan tidak lama laki-laki itu tertawa.

            "Ciuman pertama gue!" Mala terduduk didepan meja riasnya. Ia menyalakan bohlam lampu yang mengelilingi bingkai cermin riasnya. Gadis itu menyentuh bibirnya. Tatapan matanya tajam melihat bayangannya sendiri. Mala lalu menutup matanya dan merengek seperti anak kecil. "Dasar buluk! Ciuman pertama gue. Awas lo ya!"

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: twm18 twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 1 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • ajunatara

    jadi inget dulu pernah di jambak sama cewek gue di kelas

    Comment on chapter JAMBAKAN MALA
Similar Tags