Read More >>"> CINLOV (KARENA CINTA PASTI LOVE) (UNSUR PERSELINGKUHAN) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - CINLOV (KARENA CINTA PASTI LOVE)
MENU
About Us  

                                                                                                        Unsur perselingkuhan

 

            Mala terbangun dari tidurnya. Sinar matahari sudah masuk melalui sisi-sisi gorden. Jam dinding berwarna kuning mencolok menunjukan pukul sepuluh pagi. Mala tidak terlambat sekolah karena memang hari ini adalah tanggal merah. Di lantai bawah rumahnya, kedua orang tua Mala sedang asik menonton acara gosip di tv.

            "Tuh kan bener aku bilang juga apa kan Pah, kalau dia itu pelakor. Memangnya dia gak bisa apa cari laki-laki yang masih single, kenapa juga harus pacaran sama suami orang," omel Renina ibu Mala.

            Taufik suami Renina yang duduk di sebelahnya menghela napas lalu menggelengkan kepalanya. "Kenapa ya di negara kita, setiap kali ada perselingkuhan pasti yang di salahin perempuannya. Padahalkan yang salah itu bukan cuma perempuannya tapi laki-lakinya juga."

            Renina berdesis menatap suaminya. "Kok Papah malah belain pelakor sih. Tetep aja kan pasti dia duluan yang goda suami orang."

            "Belum tentu Mah, siapa tau laki-lakinya yang genit."

            "Iya bener kaya Papah, genit!" Renina mencubit pelan pinggang suaminya hingga merasa geli.

            "Loh! Papah enggak pernah genit Mah. Mungkin kharisma Papah yang kuat jadinya bikin perempuan di luar sana pada naksir."

            Renina menggelengkan kepalanya, ia mendecakan lidahnya. "Sadar sama umur. Rambut udah ubanan, kulit udah keriput, kharisma darimananya?"

            Mala menuruni anak tangga. Dari atas dia sudah bisa mendengar keributan yang dibuat oleh kedua orang tuanya. "Ada apaan sih? Pagi-pagi udah ribut."

            "Ini La ada pelakor ketangkep basah sama artis," ucap Renina.

            Mala melihat ke layar tv. Kata pelakor sepertinya menghantui otaknya selama beberapa hari ini. Ia jadi memikirkan Fara. Tapi apa benar teman satu mejanya itu adalah seorang pelakor.

            "Dan kamu tau gak Papah kamu ini malah belain pelakor."

            Mala duduk di sofa. "Kok Papah belain pelakor sih?"

            "Idih kok sewot gitu sih. Biasa aja kali," kata Taufik.

            Mala tiba-tiba duduk dengan tegap. Ia mengerjap kedua matanya. Entah kenapa ia jadi bicara dengan nada yang sedikit kesal. Gadis itu merasa otak dan hatinya saat ini sedang sensitif dengan kata pelakor.

            "Papah tuh bukannya belain, cuma kasian aja. Orang ketiga kan belum tentu salah."

            "Jadi menurut Papah siapa yang Salah?" Mala menggeser posisi duduk menghadap ayahnya.

            "Mm... unsur perselingkuhan itu adanya daya tarik menarik dari kedua belah pihak, si pria dan si wanita. Tapi belum tentu mereka berdua salah. Bisa jadi karena pasangan mereka yang salah. Sehingga si pria dan si wanita itu mencari sosok lain yang menurut mereka lebih baik dan terjadilah perselingkuhan."

            Mala meangguk angguk pelan, ia paham dengan penjelasan yang panjang lebar dari papahnya itu. Namun sekarang Mala jadi berpikir apa mungkin dirinya yang salah, sehingga Valdi diam-diam berselingkuh darinya. Tapi apa salah Mala. Selama berpacaran dengan Valdi, gadis itu merasa tidak pernah ada masalah. Bahkan sampai detik inipun mereka tidak pernah bertengkar layaknya pasangan muda pada umumnya.

            "Ngomong-ngomong kamu mau kemana? Rapi amat." kata Renina melihat pakaian anak gadisnya.

            "Aku mau belajar kelompok di rumah temen. Pulangnya kayanya sore."

            "Temen atau pacar?" ucap Taufik.

            "Temen Pah, sama Malto juga kok."

            "Oh iya! itu bocah masih hidup. Kok udah lama gak pernah main kesini lagi," ucap Renina.

            Kedua orang tua Mala mengenal Malto karena Malto pernah beberapa kali main kerumah Mala. Namun Mala tidak pernah menceritakan hubungannya dengan Valdi, ia sendiri tidak tahu kenapa? Mungkin karena Valdi adalah pacar pertamanya sehingga ia takut kedua orang tuanya akan melarang hubungannya dengan Valdi.

            "Masih Mah. Tau deh tuh orang kapan matinya."

            "Sssttt... kalau ngomong," kata Taufik.

            "Abisnya dia suka bikin kesel sih."

            "Mungkin dia suka kali sama kamu. Cara cowok buat nunjukin rasa sukanya ke  cewek kan beda-beda. Ada yang bersikap manis, cuek tapi ada juga cowok yang suka bikin kesel cewek bukan karena dia benci tapi itu cara dia nunjukin kalau dia suka sama cewek itu." Renina menatap mata suaminya, tatapan matanya sangat dalam. Renina tersenyum pada Taufik. "Sama kaya Papah kamu. Dulu di kampus dia juga suka bikin kesel Mamah."

            Taufik menatap mata istrinya sambil tersenyum. Ia membelai rambutnya Renina dengan lembut. Mala melihat kedua orang tuanya ia tersenyum melihat mereka terlihat bahagia. Namun Mala memikirkan sesuatu. Ia teringat akan ucapan ibu Malto ketika di mal. Mala ingat ibu Malto bilang kalau anaknya sering membuat orang lain kesal karena itu adalah cara dia menunjukan rasa sukanya pada orang itu.

            Mala mendengus sambil menggelengkan kepalanya. Si otak mesum itu menyukai dirinya. Tidak mungkin, Mala menepis pikiran itu. Dari tingkah dan cara bicaranya sepertinya Mala tahu selera wanita Malto. Menurut Mala teman SMPnya itu menyukai wanita yang memiliki dada besar, bokong yang padat bibir seksi seperti Cinta Laura. Sementara dirinya jauh dari itu semua.

            "Udah ah aku mau makan dulu," Mala berjalan ke arah meja makan yang ada di dapur. Ia lihat ibunya sudah membuatkan ayam kecap manis kesukaanya. Mala mengambil piring dan nasi dan menuangkan kuah hitam ayam kecap ke atas nasi hangat.

 

Tags: twm18 twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • ajunatara

    jadi inget dulu pernah di jambak sama cewek gue di kelas

    Comment on chapter JAMBAKAN MALA
Similar Tags