Loading...
Logo TinLit
Read Story - Venus & Mars
MENU
About Us  

Hari ini adalah hari ke sembilan puluh dari saat pertemuan di Leof. Andrea Syngrou Avenue dalam kejadian ketinggalan bus waktu itu. Itu artinya kejadian tersebut telah berlalu tiga bulan lamanya. Dan kejadian selama tiga bulan itu sungguh sangat menyiksa jiwa dan raga Apy. Hatinya terluka atas penantiannya yang berakhir tragis. Namun, hari ini ia telah berjanji pada diri sendiri untuk mengabaikan apa yang telah terjadi di masa itu dan membuka lembaran baru.

Apu menghembuskan napas pelan dan segera mendorong pintu kaca di hadapannya. Suara bel pun terdengar nyaring membuat seluruh pelayan menatapnya dari balik meja bar.

"Apy!!" di saat semua pelayan tersenyum manis menyambut kedatangannya, tiba-tiba saja suara tersebut membuat beberapa pasang mata itu berubah mengarah kearah sang empunya suara. Siapa lagi jika bukan Elena.

"Boss besar bilang kamu ditugaskan untuk meracik kopi. Dia sudah melihat sertifikat kursus barista mu." ucap Elena seraya memberi Apy sebuah apron berwarna coklat dengan tulisan 'Historic Coffe Shop' di bagian tengahnya beserta lambang secangkir kopi lengkap dengan kepulan asapnya.

Yah, Apy sudah memutuskan jika ia akan bekerja di kedai kopi yang tempo hari ditawarkan Elena. Setelah kejadian dimana Ares bertingkah seolah tidak mengenalnya itu, Apy akhirnya memutuskan untuk mengakhiri segala sesuatu yang berhubungan dengan lelaki itu. Termasuk rasa penasaran dan keingintahuannya tentang kejadian apa yang dialami Ares hingga membuat hatinya merasa di permainkan. Jika Ares sendiri telah memutuskan untuk melupakannya, bukankah Apy juga bisa melakukan hal yang sama? Kejadian dua hari di Yunani nampaknya berkesan sia-sia. Semua ucapan yang keluar dari mulutnya hanya bualan belaka. Kenangan yang mereka rajut bersama sepertinya telah hanyut dalam keramaian malam itu. Malam kelam dimana Apy merasakan sesuatu yang mungkin hanya dirinyalah yang merasakan. Sehari setelah kehilangannya, Apy baru memahami jika hatinya kini telah tertanam bibit cinta untuk lelaki yang bahkan menganggap namanya, Aphrodite. Hanya sebuah candaan.

"Cappuccino late 2, meja 3," seru seseorang seraya menaruh secarik kertas di meja bar hadapan Apy. 

Sekali lagi, gadis itu nampak menghembuskan napas sebelum jari lentiknya dengan lihai menggerakkan tuas-tuas mesin kopi.

"So, gimana rasanya jadi barista?" tanya Elena saat keduanya sedang istirahat makan siang. 

Ngomong-ngomong, untuk urusan kuliah, saat ini Elena tengah menyusun skripsi S1 nya sedangkan Apy tengah mengurus tugas akhir D3 nya. Itu artinya mereka tidak memiliki jadwal kuliah apapun selain pertemuan dengan dosen pembimbing. 

"I feel alive again," jawab Apy puas.

"Yeah, itulah yang jadi alasan kenapa aku nawarin pekerjaan ini," ucap Elena seraya menggigit donatnya.

Elena benar, bagaimanapun kopi adalah pelampiasan paling manjur bagi seorang Apy. Dari sejak SMP, Apy sudah jatuh cinta kepada biji hitam khas kopi, harumnya yang khas membuatnya terpikat dan rasanya yang unik membuat Apy semakin menggilainya. Hal itu bermula saat Mama Apy menyuruhnya mengantarkan secangkir kopi kepada Papanya yang saat itu sedang membaca koran sore di teras belakang rumah. Hingga kemudian menarik Apy untuk belajar lebih dalam mengenai kopi. Bahkan setelah lulus SMA, Apy lebih memilih untuk mengikuti kursus barista. Namun karena tuntutan Papanya, Apy terpaksa harus kuliah dan meninggalkan hobi yang di tekuninya itu. Apy bahkan masih ingat bagaimana penawarannya kepada sang Ayah.

"Apy mau kursus barista, Pa." ucap Apy kala itu.

"Nggak, kamu harus kuliah. Kuliah apa saja yang kamu inginkan. Yang penting kamu harus kuliah." seru Papa tak mau kalah.

"Kalau Apy nggak kursus barista, Apy juga nggak akan kuliah." ucapan tersebut akhirnya berhasil membuat Papanya bungkam dan baru unjuk bicara seminggu setelahnya.

"Kamu boleh kursus barista satu tahun, tapi setelah itu kamu harus kuliah." ucap Papa saat itu.

"D3 atau tidak sama sekali." ucap Apy yang dibalas helaan napas oleh Papanya. Namun pada akhirnya, Papa Apy pun menuruti kemauannya.

Apy tersenyum samar mengingat kejadian itu. 

"Ada apanih senyum-senyum gitu?" seru Elena yang membuat Apy tersadar dari bayangan masa lalunya.

"Lucu nggak sih, dulu Papa selalu nyuruh aku buat kuliah. Tapi aku nekat mau kursus barista. Nah sekarang, aku balik lagi ke profesi barista." ucap Apy di iringi tawa kecil.

Oh ya, ngomong-ngomong soal barista, Apy kembali mengingat kota kopi yang pernah di pijaknya, Melbourne. Memang, tidak tanggung-tanggung Apy pernah mengikuti kursus barista di kota dengan kedai kopi berjajar itu. Dan entah kenapa kilasan tentang kota itu seakan kembali mewarnai hari Apy. Namun sayangnya hal itu tidak bertahan lama saat kejadian wisuda akhir minggu lalu kembali memenuhi pikirannya.

"Aneh," satu kata yang terucap dari mulut Ares sesaat sebelum Apy pergi sungguh membuatnya sakit hati tak berkesudahan. 

Walau hanya kata sederhana, namun nyatanya hal itu membuat kepala Apy di penuhi oleh gema dari kata itu. Terus berdengung di telinganya dan menusuk hatinya. Membuat Apy berpikir benarkah lelaki yang di temuinya di Athena waktu itu sama dengan lelaki yang ditemuinya di hari wisuda?

"Apy? Apy!!!" seru Elena yang membuat lamunan Apy terpecah.

"Ya?" jawab Apy terkaget.

"Ayo! Kita harus kembali kerja!" ucap Elena yang telah bangkit dari duduknya dan melangkah kembali ke balik meja bar.

Baru saja Apy selesai mengikat apronnya, pesanan pun mulai berdatangan. Hingga kemudian Arel berjalan ke balik bar dan membisikkan sesuatu padanya. Sungguh tidak biasa, lelaki itu biasanya cukup meneriakkan pesanan pelanggan dengan berteriak atau menaruh secarik kertas di atas meja bar, tidak sampai menemuinya ke balik meja bar.

"Kali ini pesanan spesial, black coffe dengan sedikit gula plus dengan tambahan es secara terpisah." ucap seorang pelayan lelaki yang diketahui Apy bernama Arel.

"Es?" tanya Apy memastika.

"Iya, dia ini pelanggan tetap di sini. Dia bilang karena tidak ada kedai kopi lain yang mengerti kopi yang dia inginkan." ucap Arel.

"Maksudmu Black Coffe dengan sedikit gula plus es secara terpisah?" Arel menganggukkan kepalanya.

"Sudah, buatkan saja."

Apy pun segera membuatkan pesanan dari yang katanya adalah pelanggan tetap di sini. Toh pesanan itu bukan sesuatu yang sulit.

"Sudah siap?" tanya Arel bertepatan dengan tuangan kopi terakhir Apy.

"Sudah, ini es batu." ucap Apy seraya menaruh secangkir kopi diatas nampan Arel beserta secangkir es balok kecil-kecil yang sengaja dipisah sesuai keinginan sang pelanggan. 

Dan akhirnya, setelah memenuhi keinginan pelanggan tetap yang aneh itu akhirnya Apy terbebas dari pekerjaannya. Barista penggantinya pun telah hadir untuk mengisi shift malam. Jam telah menunjukkan pukul 4 sore, Apy melepas apronnya dan segera mengambil tasnya di loker pegawai dan pulang ke rumah. Sungguh hari yang indah karena pada akhirnya Apy bisa kembali pada kegemaran lamanya dan hari yang melelahkan karena pesanan super aneh dari pelanggan terakhirnya yang katanya adalah pelanggan tetap di kedai itu.

"Apy?!!! Gulanya masih terlalu banyak. Kurangi lagi!" ucap Arel yang datang dengan secangkir kopi yang beberapa detik lalu dibuatnya.

"Masa sih? Tadi itu udah satu sendok aja gulanya." bantah Apy.

"Ya udah, pokoknya buat lagi dan kurangi gulanya. Cepetan!" 

Apy pun segera membuatkan kopi baru sesuai perintah Arel. Dan kemudian setelah beberapa detik kopi itu diantarkan, Arel kembali lagi dan mengatakan bahwa kopi tersebut kurang gula. Jadilah Apy kembali membuat kopi dengan takaran gula lebih banyak dari sebelumnya dan lebih sedikit dari takaran yang pertama. 

Namun, hal menyebalkan pun kembali terulang. Arel kembali dan mengatakan jika kopi tersebut masih kurang pas. 

"Are you kidding me?" ucap Apy seraya menghembuskan nafasnya keras-keras. Apy berharap siapapun orang itu sebaiknya ia segera pensiun dari karirnya sebagai pelanggan tetap di kedai tempat Apy bekerja.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags