Loading...
Logo TinLit
Read Story - Venus & Mars
MENU
About Us  

Pagi ini tentu bukalah pagi sembarangan apalagi pagi yang sama seperti sebelumnya. Pagi ini adalah pagi paling membahagiakan. Terbukti dari senyuman secerah matahari itu turut mengikuti di setiap langkah mantap Apy. Gadis itu dengan riang segera menuju gedung Aula Utama kampus mengabaikan jam kuliahnnya yang saat ini tengah berlangsung. Bolos sekali-kali tidak masalah kan? Begitu kira-kira yang ia pikirkan. Matanya kini tak lepas dari sekumpulan orang dengan baju toga hitam yang melekat di tubuhnya. Mereka berbondong-bondong mengisi absensi kehadiran di meja tamu. Apy berdiri tepat di belakang panitia yang sedang membagikan konsumsi. Dari sini ia dapat meneliti satu per satu wajah-wajah yang hadir dalam acara ini.

Hingga pada akhirnya ia menemukannya. Tubuhnya langsung membeku di tempat. Ingin sekali ia meneriakkan nama lelaki itu namun bibirnya kelu. Ada sesuatu yang bergejolak di dalam diri Apy yang membuatnya tegang dengan sendirinya. Lalaki itu, Ares, dia sedang menulis absensi kehadiran. Rambutnya yang gondrong nampak jatuh pada sisi wajahnya ketika lelaki itu menunduk untuk menulis. Tangan besar itu sedang mengayunkan jarinya menggores kertas yang berisi daftar hadir dihadapannya, sedang tangan lainnya membawa topi wisuda miliknya. Setelahnya muncul wanita paruh baya dengan pakaian kebaya yang turut mengisi daftar hadir disana.

Apa itu Ibunya? Tanya Apy berulang kali di dalam hati. Lalu, tibalah saat dimana Ares dan wanita paruh baya itu menerima konsumsi. Ares tersenyum lembut menerimanya dan bergegas masuk dengan tangan yang menggandeng wanita paruh baya disampingnya. Apy berjinjit untuk dapat melihat kepergiannya. Namun sejurus kemudian, senyum berjuta arti pun terbit di bibir Apy.

"Kamu yakin dia orangnya?" tanya Talita seraya mengaduk es jusnya.

"Ternyata apa yang orang bilang itu bener ya, dunia itu sempit." sahut Elena.

"Entahlah, tapi aku yakin seribu persen. Bedanya, kali ini di memakai baju toga." seru Apy tanpa menghilangkan senyumnya.

"Yah, setidaknya aku tidak kehilangan senyum itu lagi." ucap Talita yang membuat ketiganya tertawa.

"Ngomong-ngomong, nggak terasa sebentar lagi kita juga bakal lulus ya," ucap Elena seraya menatap jauh kearah gedung aula yang di depannya terdapat tulisan 'selamat datang para wisudawan dan wisudawati' serta berbagai macam karangan bunga besar dengan tulisan yang sama.

"Hmm, dan setidaknya aku sudah mendapat pekerjaan." seru Talita.

Benar, kenapa Apy sama sekali tidak memikirkannya? Entah kenapa akhir-akhir ini Apy terlalu memfokuskan diri pada lelaki hilang itu ketimbang masa depannya. 

"Oh ya, apa kamu yakin kalau saat itu Ares memang hilang? Apa kamu tidak berpikir jika ia sengaja meninggalkanmu?" ucap Talita.

"Benar, bukankah kamu pernah bilang jika ia sudah pernah mengunjungi Athena?" tambah Elena.

Tidak ada jawaban pasti yang keluar dari bibir Apy. Gadis itu bungkam seribu bahasa. Lagi-lagi ia membenarkan ucapan kedua sahabatnya. Kenapa ia begitu bodoh hingga tidak memikirkan hal semacam itu. Jika memang Ares sudah pernah mengunjungi Athena, bukankah ia sudah hafal tempat-tempat yang ada di sana? Apy menggelengkan kepala mengusir pikiran itu jauh-jauh.

"Kenapa?" ucap Elena heran dengan tingkah Apy.

"Aku berencana untuk menemuinya agar semua masalah ini tidak mengganggu pikiranku. Dan aku akan dapat jawaban tentang semua itu." Ucap Apy segera membereskan buku-bukunya dan melangkah pergi.

Kaki jenjang itu melangkah dengan langkah mantap ke arah gedung yang kini mulai ramai. Sepertinya acara wisuda telah berakhir. Semua orang nampak tersenyum senang. Beberapa ada yang mengambil foto, beberapa ada yang mengobrol ria dan beberapa ada yang kesusahan membawa buket bunga atau parcel ucapan selamat. 

Apy mengedarkan pandangan mencari sosok yang di carinya. Agak susah memang, namun gadis itu tetap berusaha mencari. Hingga akhirnya ia menemukannya. Ares, lalaki itu sedang duduk di tangga teras aula seraya memainkan ponselnya tanpa peduli apa yang terjadi di sekitarnya. Disamping lelaki itu terdapat topi wisuda dan segelas air mineral yang di biarkan begitu saja.

Beberapa pertanyaan pun kembali muncul dalam pikiran Apy. Apa yang sedang dilakukan Ares dengan ponselnya? Kemana wanita paruh baya yang tadi bersamanya? Dan kenapa ia nampak biasa-biasa saja sedang yang lain nampak bersuka cita? Kemana kerabat lelaki itu? Apy pun memutuskan untuk mengusir jauh-jauh pertanyaan tersebut dan memilih untuk melangkah mendekat.

"Ares?" Panggil Apy saat ia tepat berada di hadapan lelaki itu. Namun sayangnya lelaki itu tetap bergeming.

"Ares?" Panggil Apy sekali lagi. Tetap tidak ada jawaban. Lelaki itu tetap fokus pada ponselnya.

Akhirnya Apy pun memberanikan diri untuk menepuk bahu lelaki itu.

"Ares?" 

Akhirnya lelaki itu pun mengarahkan pandangannya kepada Apy. Mata hitamnya langsung menatap dalam ke arah Apy. Namun, sedetik kemudian lelaki itu malah menaikkan alisnya seolah bertanya siapa kau?

"Aku Apy, masing ingat?" ucap Apy pada Akhirnya.

"Apy?" ulang lelaki itu.

Apy nampak tersenyum mendengarnya. Namun raut wajah bingung nampak jelas di wajah Ares.

"Aku Aphrodite, ingat?" tambah Apy berharap lelaki dihadapannya ini mengenalnya.

Bukankah dua bulan bukan waktu yang terlalu lama untuk tetap mengingat seseorang yang pernah dikenal bahkan menghabiskan waktu bersama? Mengapa saat ini Ares justru bertingkah seolah ia tidak mengenalnya. 

"Maksudmu Dewi Aphrodite dalam mitologi Yunani?" tanya Ares yang kemudian di susul dengan tawa yang sama seperti saat dulu.

Apy bahagia ia dapat kembali berjumpa dengannya, mendengar suaranya dan melihat tawanya. Hanya saja semua hal buruk yang sebelumnya berada di dalam pikiran Apy kini seolah menghantam dadanya bertubi-tubi. Bahkan tanpa permisi, air matanya pun lolos dari matanya. Benar seperti apa yang di ucapkan Talita waktu itu, mungkin saja Ares sengaja meninggalkannya dan sekarang dia berpura-pura tidak mengenalnya. Membuatnya seperti orang bodoh dihadapan lelaki itu. Tapi kenapa Ares melakukan hal itu?

Sedangkan di sisi lain, hati Apy tidak mau menerima kenyataan tersebut. Berulang kali ia meyakinkan diri jika Ares bisa saja saat itu memang sedang tersesat atau sedang mencarinya namun tak kunjung menemukannya dan berakhir dengan menghilang. Sedangkan untuk kejadian saat ini Apy bisa saja menduga jika Ares sedang amnesia atas suatu kejadian dalam kurun waktu dua bulan ini. Tapi, kejadian seperti apakah yang membuat Ares sampai tidak mengingatnya?

Apy merasakan pening di kepalanya karena terlalu banyak yang dipikirkannya. Belum lagi rasa sakit hati akibat ucapan Ares yang begitu menyinggungnya seolah ia sedang bercanda. Lengkap sudah penderitaan Apy. Untuk saat ini, bagi Apy tidak ada rasa sakit sesakit saat dirinya sudah menanti seseorang terlampau lama namun orang tersebut telah melupakannya.

"Kamu menangis?" ucapan tersebut membuat Apy yang tadinya menunduk, kini mendongak menatap lelaki yang tiba-tiba berdiri itu.

Apy segera menghapus air matanya dan mengatakan,

"Nggak, lagi kelilipan." jawab Apy mengucek matanya.

"Jelas-jelas kamu lagi nangis. Kenapa? Aku salah ngomong ya?" tanya Ares.

"Bu..bukan, bukan karena kamu kok." ucap Apy dan segera berjalan menjauh berharap rasa sakit ini juga lekas menjauh.

Apy mengeluarkan ponselnya dan mendial nomor seseorang.

"El, lowongan kedai kopi waktu itu masih ada kan?" 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags